..::::::..

NABI-NABI PALSU DAN PARA PENYESAT UMAT

NABI-NABI PALSU DAN PARA PENYESAT UMAT
Karya Hartono Ahmad Jaiz

Sudah menjadi keyakinan umat Islam, sesudah Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi nabi (Al-Ahzaab: 40). Bila ada yang mengaku-aku sebagai nabi, pastilah ia seorang nabi palsu, sekaligus seorang pendusta (Al-Kadzdzab).

Buku berjudul Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat yang disusun Hartono Ahmad Jaiz ini, membahas tentang nabi-nabi palsu dan aneka aliran sesat. Yaitu, nabi-nabi palsu sebelum datangnya Islam, nabi-nabi palsu di zaman Islam terutama di zaman nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash-Siddiq ra serta Khulafaur Rasyidin, juga nabi palsu di zaman penjajahan. Pada buku ini juga bisa ditemukan nabi-nabi palsu di berbagai negara, nabi-nabi palsu dan penyesat di Indonesia, serta suburnya aliran-aliran sesat di Indonesia (berikut rangkaian serta latar belakangnya).

Pada buku ini juga dijelaskan pengertian dan perbedaan antara Rasul, Nabi, dan Wali. Juga dijelaskan tentang kebohongan dan kebodohan pemahaman tasawuf sesat yang mengunggulkan wali daripada nabi.

Menurut Hartono, ditampilkannya nabi-nabi palsu dari sebelum zaman Islam sampai saat ini di berbagai belahan dunia, ditambah para penyesat dan aliran sesat yang berseliweran di Indonesia, dimaksudkan agar pembaca bisa mendapatkan ibrah (pelajaran dan peringatan) yang insya Allah memadai di dalam menghadapi aneka kesesatan dengan segala aneka tipu dayanya.

Buku ini juga mengulas betapa hinanya para pendukung nabi-nabi palsu, baik hina di dunia maupun di akhirat kelak.

Fenomena suburnya aliran sesat dan nabi palsu di Indonesia telah mendorong mahasiswa UI (Universitas Indonesia) khususnya di lingkungan FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) menggelar seminar berjudul Indonesiaku Subur Aliran Sesat. Seminar yang berlangsung Senin 26 November 2007, digelar sebagai salah satu topik dalam rangkaian pengajian bulanan di kalangan mereka. Sebagai narasumber dihadirkan Ketua LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) M. Amin Djamaluddin, yang juga anggota Komisi Pengkajian dan Pengembangan di MUI (Majelis Ulama Indonesia). Selain Amin, juga dihadirkan Hartono Ahmad Jaiz penulis buku-buku Islam (di antaranya berjudul Aliran dan Paham Sesat di Indonesia).

Suburnya aliran dan paham sesat di Indonesia beserta aneka nabi palsu yang menyertainya tentu membuat kita prihatin. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah adanya dukungan yang membabi-buta dan kesetanan terhadap kesesatan seperti itu. Misalnya sebagaimana dicontohkan oleh Abdul Moqsith Ghazali yang berkiprah di Universitas Islam Negeri (UIN) yang juga dikenal sebagai tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL). Di Metro TV edisi 29 November 2007 malam, Abdul Moqsith mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir, namun ia menolak bila Ahmad Moshaddeq yang mengaku sebagai nabi baru difatwa sesat oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Bahkan ia juga menolak keputusan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta yang melarang aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah pimpinan Moshaddeq sang nabi palsu.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP