..::::::..

Kaum liberal pendukung semua kesesatan!

Semua pendapat yang bertentangan dengan aqidah dan keyakinan umat islam yang murni dipertahankan dan didukung sekuat tenaga oleh kaum liberal! Ya, itulah kerja mereka. mereka hidup hanya untuk menanmkan keragu-raguan dalam hati kaum muslimin. Semuanya pasang badan dan selalu bersiap siaga jika pendapat-pendapat yang nyleneh itu diserang, banyak cara yang mereka pergunakan, mulai dari artikel-artikel mereka, ceramah-ceramah, buku-buku, dan lain sebagainya.

Atas dasar kebebasan berpendapat, mereka memarahi dan menghujat orang-orang yang membela kebenaran dan keharuman nama islam. Atas nama studi ilmiah mereka melabrak dan menghancurkan sendi-sendi keislaman.
Ya, mereka itulah kaum liberal, kaum yang serba bebas, bebas berpendapat, bebas berbicara, bebas menulis, bahkan bebas beragama, semuanya diperbolehkan hanya karena atas dasar “kebebasan berpendapat.”
Mereka tak lagi mementingkan seberapa bergunanya agamanya bagi akhiratnya, yang jelas mereka tidak mau ada orang yang mengaku-ngaku benar sendiri, karena menurut mereka, kebebasan itu relativ. Tergantung siapa yang mengutarakannya, siapa aja boleh berpendapat dan tidak boleh menyalahkan pendaat orang lain.
Dunia ini serba bebas menurut mereka, tidak boleh ada orang yang mengatur-atur ini salah, ini benar. Kalau mau kafir ya silahkan, kalau mau islam juga boleh, karena menurut mereka semua agama itu sama, tujuannya sama yaitu surga dan rahmat tuhan, hanya cara-cara beragama saja yang berbeda. Mau lesbi, mau homo, mau yang biasa-biasa aja juga boleh, karena seorang liberal berkata; “Allah mengharamkan homoseks pada zaman Nabi Luth itu karena mnusia pada saat itu masih sangat terbatas, jadi dikhawatirkan jika lelaki menikah sama lelaki maka tidak akan ada yang melanjutkan generasi, sedangkan sekarang, proyek Allah untuk menciptakan manusia ini sudah kebablasan sehingga homoseks pada zaman ini sudah tidak dilarang lagi.”, ada juga yang mengatakan, mau berzina, mau tidak, juga boleh, karena ada seorang liberal yang mengatakan; “wong masalah islam dan kafir saja, Allah berikan pilihan sama kita dan kita bebas memilih, lah kok ini masalah segumpal daging yang berada di antara dua paha aja kok dipermasalahkan,”
Hidup ini harus bebas, kita tidak boleh diatur oleh satu aturanpun di dunia ini. Karena yang menciptakan dunia dan manusiapun memberikan pilihan kepada kita antara islam dan kafir, terserah, mau pilih yang mana, ini menurut mereka.
Ketika ada seorang uskup agung yang berkata kepada seorang liberal; anda dan saya seiman meskipun beda agama, langsung ketka itu orang liberal tadi membenarkan ucapannya, masya Allah, perkataan kufur seperti ini dibela bahkan dipertahankan, seakan-akan itulah aqidah dia dalam beragama! Ia berkata; “apakah tidak bisa dikatakan sama kepada orang yang sama-sama percaya kepada tuhan? Sama-sama percaya terhadap nabi-nabi dan utusan, sama-sama percaya terhadap malaikat, sama-sama percaya terhadap jin, neraka dan surga?,” orang liberal tadi mendukungnya dengan segudang logika yang rusak dan dalil yang dicomot-comot.
Ketika ada yang mengatakan alquran itu makhluq maka merekapun mendukungnya dengan penuh kekuatan, alquran itu karya budaya menurut mereka. perkataan bathil seperti inipun mereka tidak berhenti untu membelanya, bahkan setelah itu merekalah yang menyeberkan paham yang sangan bathil dan rusak ini.
Itulah mereka, itulah kedok mereka, itulah sifat mereka, mereka beragama hanya untuk main-main, yaitu mempermainkan ayat-ayat alquran, setiap ada yang bathil maka itulah yang mereka bela, setipa ada yang menyimpang maka disitulah mereka menyiapkan untuk mendukungnya dengan segundang dalil akal dan dalil teks yang diacak-acak dan main comot sana comot sini.
Marilah kita mendoakan kepada mereka agar mereka bertobat dari kemunafikan dalam beragama, mudah-mudahan mereka mendapatkan hidayah, karena jika kemunafikan itu masih bersarang dalam hati-hati mereka maka sesungguhnya mereka itulah syetan yang berwujud manusia, mereka itulah musuh dalm selimut!

Read More......

Kecemburuan Istri Rasulullah

Written by Ummu Raihanah


Cemburu merupakan tanda adanya cinta, mustahil orang yang mengakui mencintai kekasihnya (suaminya/istrinya) tidak memiliki rasa cemburu. Cemburu merupakan tanda kesempurnaan cinta, akan tetapi cemburu bisa tercela apabila terlalu berlebihan dan melampui batas. Aisyah radhiyallahu anha adalah seorang wanita pencemburu hal ini terjadi karena begitu besar rasa cintanya kepada kekasihnya yaitu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.Nah, marilah kita simak kisah beliau

Dari Aisyah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam keluar dari rumahnya pada suatu malam.Aisyah menuturkan, "Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.

"apakah engkau sedang cemburu?" tanya beliau.

"Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?"

"Rupanya syetan telah datang kepadamu", sabda beliau

"Apakah ada syetan besertaku?' tanyaku

"Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan" jawab beliau.

"Besertamu pula?" tanyaku.

"Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat", jawab beliau. (ditakrij Muslim dan Nasa'i)

Dari Aisyah, dia berkata, "Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, yang ketika itu beliau di rumahku.Seketika itu badanku gemetar karena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Akupun menjadi menyesal sendiri. Aku berkata,"Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?" Beliau menjawab, "bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama" (ditakrij Abu Daud dan An-Nasa'i)

Sedangkan dalam riwayat lain dari Anas bin Malikk radhiyallahu anhu, dia menceritakann, Nabi shalallahu alaihi wassalam pernah berada disisi salah seorang istrinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu istri Nabi yang berada dirumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah. Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Beliau berkata:"Ibumu cemburu, makanlah." Maka merekapun segera memakannya. Sehingga beliau memberikan mangkuk yang masih utuh dari istri dimana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya.(HR.Bukhari, Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah)

Hadits senada diatas dengan beberapa tambahan, yaitu di dalam Ash-Shahih, dari hadits Humaid dari Anas Radhiyallahu anhu, dia berkata," Ada diantara istri Nabi shalallahu alaihi wassalam yang menghadiahkan semangkuk roti dicampur kuah kepada beliau, selagi beliau berada di rumah istri beliau yang lain (Aisyah). Aisyah menepis tangan pembantu yang membawa mangkuk, sehingga mangkuk itu pun jatuh dan pecah. Nabi Shalallahu alaihi wassalam langsung memunguti roti itu dan meletakkan kembali diatas mangkuk, seraya berkata, "makanlah. Ibu kalian sedang cemburu." setelah itu beliau menunggu mangkuk pengganti dan memberikan mangkuk yang pecah itu kepada Aisyah".(diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Nasa'i)

Begitupula kecemburuan Aisyah terhadap Shafiyah. Tatkala Rasulullah tiba di Madinah bersama Shafiyah yang telah dinikahinya, dan beliau berbulan madu bersamanya ditengah jalan, maka Aisyah berkata,"Aku menyamar lalu keluar untukmelihat. Namun beliau mengenaliku. Beliau hendak menghampiriku, namun aku berbalik dan mempercepat langkah kaki. Namun beliau dapat menyusul lalu merengkuhku, seraya bertanya,"Bagaimana pendapatmu tentang dia?" Aku menjawab, "Dia adalah wanita Yahudi di tengah para wanita yang menjadi tawanan" (ditakrij Ibnu Majah).

Aisyah Radhiyallahu anha pernah berkata, "Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, "Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu". Beliau bersabda, "Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku" (Diriwayatkan Bukhari)

Aduhai, kecemburuan yang sangat mendalam hanya karena kekasihnya menyebut wanita lain padahal wanita yang disebutnya telah kembali kepada Zat Yang Mulia tetap membuatnya cemburu. Akan tetapi bisa engkau lihat ya ukhti,...betapa mulianya akhlak Rasulullah terhadap istrinya yang cemburu . Tidaklah beliau mengeluarkan perkataan yang kasar melainkan kata-kata yang haq.Semoga para suami kita bisa meneladani sikap dan akhlak beliau, shalallahu alaihi wassalam.Karena hanya beliaulah sebaik-baik sosok teladan yang patut untuk ditiru dan di contoh oleh semua umatnya.Sebagaimana dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (Al-Ahzab:21).

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, istri-istrinya, keluarganya, dan sahabatnya. Wallahu'alam bish-shawwab.

Rujukan:

1. Al-Qur'anul karim dan terjemah dalam bahasa Indonesia, Departemen Agama.

2. Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Uwaidah, Pustaka Al-Kautsar.

3. Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Falah

4. Al-Qur'an dan As-Sunnah bicara Tentang Wanita,Muhammad Shiddiq Khan. Darul Falah.

Read More......

Qadha dan Qadhar

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: {يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ}. {وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى: قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري).
Saudara-saudara kaum Muslimin jamaah Jum’ah yang berbahagia.
Dalam khutbah jum’ah ini, kami hendak memberikan nasehat terutama untuk saya sendiri dan untuk jamaah semuanya.

Untuk memperbaiki kualitas ibadah kita, marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Selalu bersyukur kepada Allah setiap waktu, di setiap tempat, dan di setiap keadaan, atas segala kenikmatan dan karuniaNya yang tidak dapat kita hitung. Juga selalu menjalankan yang disyari’atkan Allah dan yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, dengan cara; semua yang diperintah-kan kita jalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan; sedangkan yang dilarang kita tinggalkan, tidak kita lakukan, bahkan mendekatipun jangan.
Saudara-saudara jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah.

Iman kepada qadha dan qadar merupakan satu masalah ushul (pokok) dalam Islam, Iman seorang hamba tidak akan sempurna kecuali mesti beriman kepadanya. Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab  bahwa ketika Rasulullah  di tanya oleh Jibril  tentang iman, beliau bersabda :
 أَنْ تُـؤْمِنَ بــــِاللهِ وَ مَلاَ ئِكَتِهِ وَ كُتــُبِـهِ وَ رُسُلِهِ وَ الْيـَوْمِ اْلآخِرِ وَ تـُـؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ  رواه مسلم
”Engkau beriman kepada Allah, para Malaikat–Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman kepada taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk” (HR. Muslim)
Adapun dalil-dalilnya cukup banyak, antara lain, Allah  berfirman:
 إِ نـــَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنـَاهُ بـــِقَدَرٍ  القمر:49
“Sesungguhnya Kami Menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran)“ (Al Qamar : 49)
Di ayat lain Allah  berfirman :
 ... وَ كَانَ أَمْرُ اللهِ قَدَرًا مَقْدُوْرًا  الأحزاب : 38
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku” (Al Ahzab : 38)
Rasulullah  bersabda :
 لاَ يُؤْمِنُ عَبـْدٌ حَـتـَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ مِنَ اللهِ وَ حَـتـَّى يَعْلَمَ أَنَّ مـَا أَصَابـَهُ لَمْ يـَكُنْ لِيُخـْطِئــــَهُ وَ أَنَّ مـَا أَخْطَأَهُ لَمْ يـَكُنْ لِيـُصِيْـبـَهُ  رواه الترمذي
“Tidaklah beriman seorang hamba sampai dia beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk dan mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang ditakdirkan menimpanya tidak akan meleset darinya dan apa yang ditakdirkan bukan baginya tidak akan mengenainya” (HR. Tirmidzi, di shahihkan oleh Al Albani)
Defenisi Qadha Dan Qadar
Qadha menurut bahasa bermakna hukum(حُكْمٌ) artinya قَضَى-يَقْضِيْ-قَضَاءً menghukumi. Adapun Qadar adalah Taqdir.
Sedangkan Qadha dan Qadar menurut istilah adalah Hukum Allah  yang telah Dia tentukan untuk alam semesta ini dan Dia menjalankannya sesuai dengan konsekuensi hukum-Nya dari sunnah-sunnah yang Dia kaitkan antara akibat dan sebab-sebabnya semenjak Dia menghendakinya sampai selama-lamanya, maka setiap apa yang terjadi di alam ini adalah berdasarkan takdir yang mendahuluinya.
Tingkatan Beriman Kepada Takdir
1. Mengimani bahwasanya Allah  Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi, mengetahui perbuatan semua makhluk-Nya sebelum mereka diciptakan sebagaimana Dia mengetahui rezki, ajal, gerak-gerik dimana mereka berpijak. Allah  berfirman:
 …إِنَّ اللهَ بـــِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيـْمٌ  التوبة : 115
“……Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (At Taubah : 115)
Di ayat lainnya Allah  berfirman :
 …وَ أَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بـــِكُلِّ شَيْءٍ عِلــْمـًا  الطلاق : 12
“…Dan Sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu” (At Thalaq : 12)
Rasulullah  bersabda :
 اللهُ أَعْلَمُ بــــِمَا كَانـُوْا عَامِلِيـْنَ إِذْخَلَقَهُمْ  رواه البخاري ومسلم
“Allah lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan ketika Dia menciptakan mereka” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Mengimani bahwasanya Allah  telah menuliskan semua taqdir makhluknya-Nya di Lauh Mahfudz, Allah  berfirman :
 … وَ كُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنــَاهُ فِيْ ِإمَامٍ مُّبِيْنٍ 
“…Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata(Lauh Mahfudz)” (Yaasin : 12)
Rasulullah  pernah bersabda yang artinya :
“Mahluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah adalah Pena kemudian Dia berfirman kepadanya :”Tulislah” pena itu berkata:”apa yang hamba tulis?” Dia berfirman :”Tulislah apa saja yang akan terjadi" maka dia pun menulis apa yang terjadi dan apa yang bakal terjadi sampai hari kiamat”. (HR. Ahmad)
3. Iman kepada kehendak Allah  bahwa segala apa yang terjadi di alam ini merupakan kekuasaannya. Dia memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan Rahmat-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan Hikmah-Nya dan kehendak Allah  tidaklah mengurangi kesempurnaan-Nya sebagai Rabb semesta Alam. Allah  berfirman :
 وَ مَا تــَشَاءُوْنَ إِلاَّ أَنْ يــَّشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu ) kecuali apabila dikehendaki Allah Tuhan semesta alam” (At Takwir : 29)
Namun dalam hal ini tidaklah masyiah (kehendak) Allah  menafikan ikhtiar manusia sepenuhnya, tetapi ada perbuatan yang mampu dilakukan dan dalam kehendak mereka sehingga jalan kebenaran atau kesesatan kembali kepada pilihan masing-masing. Allah  berfirman :
 إِنـَّا هَدَ يـْنــَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَ إِمَّا كَفُوْرًا  الإنسان : 3
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus ada yang bersyukur dan ada pula kafir” (Al Insan : 3)
Dan di ayat lain Allah  berfirman :
 َوقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبـــِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيـُؤْمِنْ وَّ مَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ …  الكهف : 29
“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir…” (Al Kahfi : 29)
4. Mengimani bahwasanya Allah  adalah Pencipta segala sesuatu, tidak ada Khaliq selain-Nya, dan tidak ada Rabb selain-Nya. Allah  berfirman :
 اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَ هُـوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيْلٌ  الزمر : 62
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” (Az Zumar : 62)
Macam-macam Takdir
1. Takdir Azali yaitu meliputi segala hal sejak lima puluh ribu tahun sebelum terciptanya langit dan bumi, semuanya telah tertulis dalam Lauh Mahfudz. Allah  berfirman :
 مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبـَةٍ فِيْ الأَرْضِ وَ لاَ فِيْ أَنــْفُسِكُمْ ِإلاَّ فِيْ كِتـَابٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نـــَبْرَأَهـَا...  الحديد : 22
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di Bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfidz) sebelum Kami menciptakannya...” (Al Hadid : 22)
2. Takdir Umuri, yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya, ketika pembentukan air sperma sampai pada masa sesudah itu. Rasulullah  bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya setiap orang diantara kamu di kumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya 40 hari berbentuk nutfah, kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus malaikat yang diperintahkan (menulis) empat perkara :Rizkinya, Ajalnya, Amalnya, Sengsara atau bahagia” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Takdir Sanawi (Tahunan) yaitu yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun. Allah  berfirman :
 فـِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمـْرٍ حـَكِيْمٍ  أَمـْرًا مِّنْ عِنْدِنــَا إِنـــَّا كُنــَّا مُرْسِلِيـْنَ  الدخان : 4-5
"Pada malam itu (lailatul qadar) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah  (yaitu) urusan yang besar disisi Kami, sesungguhnya Kami adalah yang Mengutus rasul-rasul” (Ad Dukhan : 4-5)
4. Takdir Yaumi (harian) yaitu dikhususkan untuk semua peristiwa yang telah ditakdirkan dalam satu hari, mulai dari soal penciptaan, rezki, hidup, mati, pengampunan dosa dan sebagainya. Sebagaimana Allah  berfirman :
 … كُلَّ يـَوْمٍ هُـوَ فِيْ شَأْنٍ  الرحمن : 29
“…Setiap waktu Dia dalam kesibukan” (Ar Rahman : 29)
Penutup
Jadi tidaklah boleh seorang hamba yang mengaku beriman menganggap amal perbuatannya adalah kehendak Allah  semata tanpa ada usaha dan kehendak dari dirinya, juga tidaklah dia menganggap dirinya yang paling kuasa untuk berkehendak tanpa sepengetahuan dan kehendak Allah  sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh kaum yang menyimpang (jabariah dan qadariah), akan tetapi yang benar adalah kita mengumpulkan antara ikhtiar dan masyi’ah Allah  sebagaimana yang telah kita jelaskan diatas dengan dalil-dalil yang cukup banyak. Adapun mereka yang menyimpang dari jalan yang benar cukuplah firman Allah  di bawah ini sebagai peringatan :
 …قُلْ كُلٌّ مـِنْ عِنْدِ اللهِ فَمَالـِهَؤُ لاَءِ الْقَوْمِ لاَ يـــَكَادُ وْنَ يَفْقَهُـوْنَ حَدِيـْثــًا  النساء : 78
“….Katakanlah, semuanya (datang) dari sisi Allah maka orang-orang itu hampir-hampir tidak memahami pem-bicaraan sedikit pun.” (An Nisa:78)
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَا مِنَ المْشُرْكِيِنْ.َ
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ قَالَ اللهُ تَعَالَى: اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


-Muhammad Salim Ahmad-
Maraji’ :
1- Al Wajiiz Fii Manhaj As Salaf
2- At Tauhid Lishaffis Tsani Al ‘Ali



Read More......

PETAKA AKIBAT DOSA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Jamaah Jum’ah rahimakumullah

Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza wajalla, yang telah menganugerakan rasa cinta dan benci dihati para makhlukNya. Dan hanya Dia pulalah yang berhak mengatur kepada siapakah kita harus mencintai dan kepada siapa pula kita membenci.
Jama’ah sidang Jum’ah rahimakumullah
Maksiat dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap iman seseorang, yaitu dapat mengurangi kadar kekuatannya, dan jika maksiat terus menerus dilakukan, maka ia dapat menutupi dan mengka burkan iman, sehingga seakan-akan hilang sama sekali iman seseorang.
Maksiat adalah segala macam pelanggaran terhadap syari'at Allah, yang dalam bahasa kita dikenal dengan dosa. Ketika Allah memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah hanya pada-Nya, lalu si hamba ternyata menyembah bintang, berhala, pepohonan, dan sema camnya, maka ini adalah suatu pembangkangan terhadap perintah Allah, inilah yang disebut maksiat atau dosa, ketika Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat, dan ternyata si hamba menolak untuk mendirikan shalat, ini juga maksiat, ketika Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada sesama makhluq, dan si hamaba malah melakukan pengrusakan terhadap ciptaan Allah seperti membakar hutan, membunuhi binatang tanpa sebab yang benar, menciptakan peperangan antar sesama manusia tanpa sebab yang ditentukan oleh syari'at, memfitnah sesama apalagi sesama muslim ,ini semua adalah pembangkangan atau maksiat.
Dan jika kita perhatikan lagi ternyata dari sekian banyak dosa dan maksiat ini antara satu dengan lainnya tidaklah sama, artinya bobot pelanggaran, kadar, dan derajatnya tidak sama, ada dosa yang begitu berat yang dapat mencelakakan pelakunya, ada juga dosa yang terlihat ringan. Jadi dosa atau maksiat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu dosa besar dan dosa kecil.
Dosa Besar
Yaitu setiap dosa yang mengharuskan adanya had ( sanksi hukuman yang telah diatur oleh syari'at, seperti hukum rajam, cambuk 100 kali, dan hukum qishash ), atau semua dosa yang diancam oleh Allah dengan neraka jahannam, atau laknat dan murkaNya. Ada juga yang mengatakan bahwa dosa besar adalah maksiat yang dilakukan secara berani atau dengan terang-terangan serta meremehkan status dosanya.
Di antara contoh dosa besar adalah apa yang yang dijelaskan oleh Rasulullah ` dalam sabdanya :
"Jauhilah oleh kalian 7 perkara yang membinasakan !, para sahabat bertanya , ' Apakah 7 perkara itu wahai Rasul?' beliau mejawab, ' Syirik menyekutukan Allah dengan lain-Nya, perbuatan sihir, membunuh tanpa sebab yang benar, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan jihad, dan menuduh berzina wanita mukminah yang lalai dari kemaksiatan." Hr. al-Bukhari dan Muslim.
Dosa Kecil
Adalah segala maksiat yang tidak mempunyai had di dunia, juga tidak terkena ancaman khusus di akhirat.
Contoh dosa kecil, diriwayatkan oleh Abu Hurairaha, bahwasanya Rasul ` bersabda:
"Telah dicatat atas anak manusia bagiannya dari zina, yang pasti dia akan mendapakannya tidak boleh tidak, maka dua mata zinanya adlaah melihat, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah ucapan, tangan zinanya memegang, kaki zinanya melangkah, dan hati zinanya adalah menginginkan dan mendambakan, semua itu dibenarkan ( ditindaklanjuti ) oleh kemaluan atau didustakannya." (H.R. Muslim )
Dalil pembagian dosa menjadi dosa besar dan kecil
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kamu masukkan kamu ke tempat yang mulia(surga)". ( Q.S. an-Nisa' : 31 )
"(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunanNya". ( Q.S. an-Najm : 32 )
"tiada dosa besar dengan beristighfar, dan tiada dosa kecil ( jika dilakukan ) terus menerus."
Hukum Pelaku Dosa Besar
Dalam kaitannya dengan masalah Iman, bagaimana hukum pelaku dosa besar ?
Terjadi perbedaan pendapat dalam masalah ini,
Pertama, ahlus Sunnah, berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar, seperti sihir, membunuh, tidaklah menjadi kafir jika ia termasuk ahli tauhid dan ikhlas. Tetapi ia masih tetap mukmin dengan keimanannya dan fasik dengan dosa besarnya, dan ia berada di bawah kehendak Allah. Artinya jika Allah mau maka Dia akan mengampuninya, dan jika mau Dia akan menghukumnya karena dosanya dalam Neraka kemudian Allah akan mengeluarkannya dan tidak menjadi kannya kekal dalam Neraka.
Kedua, murji'ah, meyakini bahwa segala macam dosa tidaklah berbahaya dan tidak berpengaruh apa-apa terhadap Iman, artinya pelaku dosa baik besar maupun kecil tidak menjadikannya kafir keluar dari Islam, bahkan ia tetap sebagai mukmin sejati.
Ketiga, mu'tazilah, mengatakan bahwa orang yang melakukan dosa besar bukanlah mukmin juga bukan kafir, tetapi ia berada pada manzilah (tempat/posisi) antara mukmin dan kafir. Dan jika ia mati sebelum bertaubat maka ia akan kekal dalam Neraka.
Keempat, khawarij, mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, telah keluar dari Islam, dan nanti di akhirat ia akan kekal dalam Neraka.
Mukmin Tapi Fasik
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya.Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat ." (Q.S. al-Hujuraat: 9 - 10 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah l masih tetap mengakui keimanan pelaku dosa peperangan yang tentunya di situ terjadi saling bunuh, sedangkan membunuh tanpa sebab yang dibenarkan syari'at adalah termasuk dosa besar dari orang mukmin, demikian juga pembangkang dari sebagian golongan atas sebagian yang lain, dan Allah menjadikan mereka sebagai saudara, dan Allah juga me meritahkan orang-orang mukmin untuk mendamaikan saudara mereka seiman.
Abu Sa'id al-Khudriya bahwasanya Rasulullah ` bersabda:" Allah memasukkan penduduk syurga ke dalam syurga, memasukkan siapa yang dikehendaki dengan rahmat-Nya, dan memasukkan penduduk neraka ke dalam neraka. Kemudian Dia berkata (kepada para malaikat), ' Lihatlah orang-orang yang kalian dapatkan dalam hatinya ada iman (walau) seberat biji sawi lalu keluarkan mereka!, maka dikeluarkanlah mereka dari nereka dalam keadaan hangus terbakar, kemudian mereka dilemparkan ke dalam sungai kehidupan atau air hujan, maka mereka tumbuh di situ seperti biji-bijian yang tumbuh dipinggir aliran air. Tidakkah kalian lihat bagaimana ia keluar berwarna kuning melingkar ?. " ( H.R. al-Bukhari dan Muslim )
Hadits ini menunjukkan bahwa nanti tidak kekal orang-orang yang berdosa besar dalam neraka, bahkan orang yang di dalam hatinya ada iman walau hanya sebesar biji sawi artinya iman yang paling rendah tingkatannyapun nati akan dikeluarkan dari Neraka, dan iman seperti ini tidak lain hanyalah milik orang-orang yang penuh dengan dosa berkubang maksiat, dengan melakukan berbagai larangan agama serta meinggalkan kewajiban-kewajiban.
Setelah uraian diatas, insya Allah kita mengetahui bagaimana pengaruh dosa maksiat terhadap keimanan seseorang, dan sebagai penutup rubrik ini ada baiknya kita ulang kembali penuturan diatas dalam beberapa poin yaitu :
Pertama, maksiat dan dosa terbagi menjadi dua; dosa besar (kabirah) dan dosa kecil (shaghirah).
Kedua, iman adalah bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar banyaknya ketaatan dan kemaksiatan, semakin banyak taatnya maka iman berada pada tingkatan tinggi dan sebaliknya semakin banyak maksiat yang dilakukan maka iman akan sampai pasa tingkatan paling rendah.
Ketiga, dosa besar adalah dosa yang mewajibkan adanya had ( sanksi ) di dunia, juga ancaman dan laknat serta murka Allah di akhirat.
Keempat, pelaku dosa besar statusnya di dunia ia masih sebagi mukmin dengan keimanannya dan fasik karena maksiatnya. Dan kelak di akhirat di bawah kehendak Allah, jika Allah berkehendak ia akan diampuni dan jika Allah berkehendak ia akan disiksa dalam api Neraka kemudian dikeluarkan darinya, dalam kata lain ia tidak kekal dalam Neraka.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.



Abu Yusuf M. Al-Faiz

Read More......

Perusak Keislaman

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kaum muslimin, khususnya diri saya pribadi untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kita sebagai bekal untuk menghadap Illahi Rabbul Jalil. Serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya.

Sesungguhnya Tauhid merupakan kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul, yang merupakan pondasi da’wah mereka, Allah  berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ  النحل : 36
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : ”Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut” (QS. An Nahl:36)
Dan Tauhid itu adalah merupakan hak Allah  yang paling besar atas hamba-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah  :
 حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلاَ يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا  رواه البخاري ومسلم
“Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempe-rsekutukan-Nya dengan yang lain” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka barangsiapa yang mengamalkan Tauhid akan masuk Surga dan barangsiapa yang me-ngamalkan dan menyakini hal-hal yang ber-tentangan dengannya, maka ia termasuk penghuni Neraka. Dan karena Tauhid itu pulalah para rasul diperintahkan untuk meme-rangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda Rasulullah  :
 أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ الـنَّـاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ  رواه البخاري و مسلم
“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah”(HR. Bukhari dan Muslim)
Merealisasikan (mewujudkan) Tauhid adalah jalan menuju kepada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, sedang melakukan hal-hal yang bertentangan dengannya adalah jalan menuju kepada kesengsaraan. Menga-malkan Tauhid adalah jalan untuk menya-tukan barisan dan kalimat ummat. Sedang kesalahan dalam Tauhid adalah penyebab perpecahan dan tercerai berainya ummat ini.
Sesungguhnya tidak semua orang yang mengucapkan La Ilaha Illallahu termasuk ahli Tauhid hingga terpenuhinya syarat-syarat Tauhid, yaitu:
1. Mengetahui makna dan maksudnya dengan kedua dimensinya, baik dari segi peniadaan ( لاَ إِلَهَ ) “tiada sesembahan”, maupun dari segi penetapan (إِلاَّ اللهُ ) “kecuali Allah”. Jadi tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah .
2. Meyakini kandungannya dengan keyakinan yang kuat.
3. Menerima apa yang dimaksudkan oleh kalimat ini dengan hati dan lisan.
4. Tunduk kepada kandungannya.
5. Jujur yaitu ia menyebutkannya dengan lisan yang dibenarkan oleh hatinya.
6. Ikhlas yang tidak dicampuri oleh perasaan riya’.
7. Mencintai kalimat ini dengan segala kandungannya.
Sebagaimana kita wajib untuk mengamal-kan Tauhid dengan memenuhi syarat-syarat La Ilaha Illallahu, maka kitapun diwajibkan untuk menghindari dan mencegah diri dari perbuatan syirik dengan segala bentuk, pintu dan tempat masuknya, baik syirik yang besar maupun syirik yang kecil, karena sebesar-besar kezhaliman adalah syirik kepada Allah , dimana Allah  mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali perbuatan syirik itu, dan barangsiapa yang terperosok ke dalamnya maka Allah  mengharamkan Surga baginya dan Nerakalah tempat kembalinya. Allah  berfirman:
 إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَ يَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ  النساء:48
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”(QS. An Nisaa:48)
Dan diantara hal yang dapat membatalkan dan merusak Tauhid keislaman seseorang adalah :
1. Memakai kalung atau benang (yang diikatkan di leher atau di tangan), dari jenis apapun, seperti kuningan, besi ataupun kulit dengan maksud mengangkat dan menolak bencana, karena hal ini termasuk perbuatan syirik.
Diriwayatkan dari Imran bin Husain , bah-wasanya Rasulullah  pernah melihat seorang laki-laki yang mengenakan gelang dari kuni-ngan, maka beliau  bertanya :
 مَا هَذِهِ ؟  قَالَ : "مِنَ الْوَاهِنَةِ" فَقَالَ :  اِنْزِعْهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ مُتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا  رواه أحمد
“Untuk apa ini?” laki-laki itu menjawab : “untuk mencegah atau menghilangkan kejelekan (bala’)” maka Rasulullah  bersabda : “Lepaskanlah gelang itu; karena gelang itu tidak membantumu kecuali akan membuatmu semakin lemah, dan apabila kamu mati dan gelang itu masih engkau kenakan maka (di akhirat kelak) kamu tidak akan selamat” (HR. Ahmad)
2. Menggunakan mantra-mantra atau jampi-jampi bid’ah untuk pengobatan dan menggu-nakan tamimah (jimat)
Mantra-mantra bid’ah yang dimaksud ada-lah coretan-coretan, gambar-gambar dan per-kataan-perkataan yang tidak dimengerti, serta meminta pertolongan kepada jin dalam men-deteksi suatu penyakit atau melepaskan dari dari sihir atau kesurupan. Sedang yang di-maksud dengan tamimah adalah apa-apa yang dikalungkan pada manusia atau hewan yang terbuat dari benang atau ikatan lainnya, baik yang tertulis dengan ucapan bid’ah yang tidak bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah, ataupun yang bersumber dari keduanya (ber-dasarkan pendapat yang rajih/kuat), karena ini termasuk hal yang melahirkan perbuatan syirik. Rasulullah  bersabda :
 إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَ التِّوَلَةَ شِرْكٌ  رواه أحمد و أبو داود
“Sesungguhnya mantra, tamimah dan tiwalah (sihir cinta) adalah perbuatan syirik” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Termasuk perbuatan ini adalah menggan-tungkan selembar kertas, lempengan logam kuningan atau alumunium di pintu rumah, di ruang tamu atau di dalam mobil yang diatas-nya tertulis lafzhul jalalah ( الله ) atau ayat kursi atau meletakkan mushaf Al Qur’an de-ngan keyakinan bahwa itu semua dapat menjaga dan mencegah dari kejelekan seperti sihir atau pencuri. Termasuk pula memasang sepotong kertas atau logam yang berbentuk telapak tangan atau terdapat gambar mata dan sebagainya. Ini semua tidak boleh di pasang dengan keyakinan dapat mencegah dari kejelekan. Rasulullah  bersabda :
 مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَــيْهِ  رواه أحمد و الترمذي
“Barangsiapa yang menggantungkan dirinya (bertawakkal) kepada sesuatu (selain kepada Allah), maka Allah akan membuatnya tetap ber-gantung (bertawakkal) kepadanya” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
3. Mencari berkah pada orang-orang tertentu dengan menyentuh dan meminta berkahnya atau mencari berkah pada pohon-pohon, batu-batu, kuburan-kuburan yang pemiliknya dianggap wali dan lain-lainnya, bahkan kepa-da ka’bah, hajar aswad atau kuburan Rasulullah  pun tidak boleh disentuh dengan tujuan mencari dan mengambil berkahnya. Berkata Umar  ketika mencium hajar Aswad :
((إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنـْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ  يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ)) متفق عليه
“Sesungguhnya saya tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan mudharat dan manfaat,seandainya saya tidak melihat Rasulullah  menciummu, saya tidak akan menciummu”(Muttafaqun ‘Alaihi)
4. Menyembelih hewan bukan karena Allah , seperti untuk para wali, setan-setan dan jin dengan tujuan untuk mengambil manfaat dan mencegah kejahatan mereka. Perbuatan ini termasuk syirik paling besar. Rasulullah  bersabda :
 لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ  رواه مسلم
“Allah melaknat orang yang menyembelih kepada selain Allah” (HR. Muslim)
Dan sebagaimana kita dilarang menyem-belih untuk selain Allah , maka kitapun di-larang menyembelih pada tempat-tempat penyembelihan yang biasa digunakan me-nyembelih hewan untuk selain Allah , walaupun orang tersebut menyembelih de-ngan niat untuk Allah . Seperti seseorang yang menyembelih hewan qurban, aqiqah atau nazar dengan niat karena Allah , namun ia laksanakan di tempat-tempat yang biasa digunakan penyembelihan hewan kepa-da selain Allah  seperti di kuburan para wali fulan, syaikh fulan, pohon angker, bangunan keramat dan tempat-tempat lainnya maka ini perbuatan yang dilarang, namun apablla di tempat-tempat tersebut tidak pernah di laku-kan penyembelihan kepada selain Allah  maka hal tersebut tidak mengapa namun hendaknya dihindari, hal ini bertujuan untuk mencegah seseorang terperosok ke dalam perbuatan syirik. Diriwayatkan dari Tsabit bin Dhohhak  ia berkata :
نَذَرَ رَجُلٌ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلاً بِبُوَانَةَ، فَسَأَلَ النَّبِيَّ  ؟ فَقَالَ :  هَلْ كَانَ فِـيْهَا وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِـيَّةِ يُعْبَدُ ؟ قَالُوْا : "لاَ" قَالَ :  فَهَلْ كَانَ فِـيْهَا عِيْدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ ؟ قَالُوْا : "لاَ" فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ  :  أَوْفِ بِنَذَرِكَ فَإِنَّهُ لاَ وَفَاءَ لِنَذَرٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ... رواه أبو داود
“Seseorang telah bernazar (kepada Allah ) untuk menyembelih seekor unta di daerah buwanah, maka ia bertanya kepada Nabi , maka Nabi  bersabda : “Apakah di dalam (daerah buwanah) terdapat sebuah berhala dari berhala-berhala ?” maka para shahabat menjawab :”Tidak”, Nabi  bersabda : “Apakah tempat tersebut pernah di-laksanakan upacara keagamaan dari acara-acara keagamaan (penyembah-penyembah berhala)?” maka para shahabat menjawab : “Tidak”, maka bersabda Rasulullah  :”Laksanakanlah nazar-nya tersebut karena tidak boleh melaksanakan nazar untuk bermaksiat kepada Allah  ...” (HR. Abu Daud)
5. Ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap para wali dan orang-orang sholeh dan mengangkat mereka melebihi kedudukannya. Yaitu dengan berlebih-lebihan dalam memuliakan atau mengangkat mereka sederajat dengan kedu-dukan para rasul atau menganggap mereka sebagai orang-orang yang ma’shum (terbebas dari dosa), Rasulullah  bersabda :
 إِيَّاكُمْ وَ الْغُلُوَّ، وَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَـبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ  رواه أحمد
“Hati-hatilah kalian dari sifat ghuluw, sesungguhnya binasanya ummat terdahulu adalah dikarenakan sifat ghuluw” (HSR. Ahmad)
6. Ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap kubu-ran orang-orang shalih hingga menjadikannya sebagai sesembahan selain Allah  dengan melakukan suatu bentuk ibadah seperti shalat, penyembelihan hewan dan lain-lain, ini termasuk perbuatan syirik. Rasulullah  ber-sabda :
 أَلاَ فَلاَ تَـتَّخِذُوْا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، فَإِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ  رواه مسلم
“Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari perbuatan itu” (HR. Muslim)
di hadits lainnya Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata :
(( لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ  ...اَلْمُـتَّخِذِيْنَ عَلَـيْهَا الْمَسَاجِدَ وَ السُّرُجَ )) رواه الترمذي
“Rasulullah  melaknat…orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid dan orang-orang yang memasang penerangan (lampu, lilin dan semacamnya di kuburan, sebagai bentuk pengagungan terhadapnya)”(HHR. Tirmidzi)
Kalau saja kita dilarang untuk shalat di kubu-ran atau menghadap ke kuburan karena da-pat menggiring seseorang kepada perbuatan syirik, maka bagaimana pula apabila shalat dan beribadah kepadanya? Na’udzu billah
7. Mendatangi tukang sihir, dukun, paranor-mal, ahli nujum dan sebagainya karena mere-ka adalah orang yang kafir, maka tidak boleh mendatangi, bertanya dan membenarkannya, walaupun diantara mereka telah bergelar haji atau kyai atau mengaku sebagai wali, syaikh dan sebagainya. Rasulullah  bersabda :
 مَنْ أَتَى كَاهِنًا، فَصَدَّقَ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ   رواه أبو داود
“Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun, paranormal dan lain-lain) lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka sesungguhnya ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan atas Muhammad  (Al Qur’an)” (HSR. Abu Daud)
8. Tathayyur, yaitu perasaan pesimis terha-dap burung, hari, bulan atau orang tertentu, seperti mendengarkan suara burung jenis tertentu lalu berprasangka buruk akan adanya malapetaka, atau berprasangka bahwa ada hari atau bulan jelek dan sebagainya sehingga menghalanginya untuk melaksanakan hajat-nya. Rasulullah  bersabda :
 اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ  رواه أبو داود
“Tathayyur adalah perbuatan kesyirikan” (HR. Abu Daud)
di hadits lainnya Rasulullah  bersabda:
 مََنْ رَدَتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَـتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ  رواه أحمد
“Barangsiapa yang terhalangi untuk melakukan suatu pekerjaan dikarenakan tathayyur, maka sesungguhnya ia telah syirik” (HR. Ahmad)
Sebagaimana kita wajib untuk mengamal-kan Tauhid ini dengan benar maka kita juga harus berhati-hati dari segala hal yang dapat merusak dan membatalkan Tauhid itu. Jangan sampai kita terjatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan Tauhid, sehingga ia mengeluarkan kita dari Islam tanpa kita sadari.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ وَالآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكْم فِيْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغفر لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

-Abu Abdirrahman-

Maraji’ :
1. Al Qaul Al Mufid ‘Ala Kitab At Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin
2. Nasyrah Fadhlu At Tauhid wa At Tahdzir Mimma Yudhaduhu (terj), Syaikh Abdullah bin Jibrin




Read More......

Penyakit Riya dan Terapinya

Khutbah pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ...

Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
Jamaah Jum’at yang berbahagia ...

Riya merupakan penyakit kronis yang mengendap dalam jiwa seseorang yang sulit untuk di-hindarkan dan dihilangkan kecuali bagi mereka yang betul-betul meng-ikhlaskan ibadahnya kepada Allah . Penyakit ini mampu menyelusup pada semua amal perbuatan dan membatal-kannya, penyakit yang sangat tersem-bunyi dan lebih halus dari rambatan semut serta tak seorang pun yang dapat mendeteksinya. Hal ini terma-suk jebakan syetan yang paling besar dan berbahaya yang berupaya terus menerus untuk memalingkan hamba-hambanya yang mukhlisin.
APA ITU RIYA’
Riya’ berasal dari kata Ru’yah (melihat), orang yang Riya’ adalah mereka yang menginginkan agar orang-orang bisa melihat apa yang di-lakukannya, dan orang yang beramal kepada Allah  tetapi juga diniatkan untuk selain Allah dan hari akhirat. Bahkan orang yang riya’ pun melak-sanakan ibadah yang Allah perin-tahkan tapi bukan karena Allah. Penyakit ini timbul karena disebabkan beberapa hal:
1. Senang terhadap pujian dan
sanjungan.
2. Menghindari akan celaan
3. Mengharapkan kedudukan di hati
orang lain.
Tiga hal inilah yang memicu tumbuh suburnya penyakit ini dan menggerogoti jiwa manusia, menye-rang sebelum, dan sesudah bahkan pada saat amalan tersebut dikerjakan. Dan telah disebutkan didalam Al-Quran dan Sunnah Rasullulah  ten tang celaan terhadap riya’ diantaranya firman Allah  yang artinya :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al-Maa’un : 4-6)
MACAM-MACAM RIYA’
1. Riya’ yang berasal dari badan
Memperlihatkan bentuk tubuhnya yang kurus dan pucat, serta mema-merkan bekas sujud di wajah agar mereka bisa melihat bahwa dia ahli ibadah, atau dia memperlihatkan ram butnya yang acak-acakan, agar dia di-anggap terlalu sibuk dalam urusan agama sehingga merapikan rambut pun tidak sempat. Gambaran serupa ialah memperlihatkan suara yang parau, mata yang cekung dan bibir yang layu, agar orang-orang meng-anggap dirinya terus menerus ber-puasa.
Sedangkan orang-orang yang tunduk pada dunia, mereka riya’ dengan memperlihatkan badannya yang gemuk, penampilan yang bersih, kegagahan, dan kecantikan wajah. Mereka itu semua disinyalir oleh Allah  dalam Al-Quran dalam surat Al-Munafiqun ayat 4.
2. Riya’ yang berasal dari Perhia-san/ Pakaian.
Menampakkan kezuhudannya de-ngan memakai pakaian yang kasar lagi tipis atau memakai pakaian yang lusuh/ tambalan. Memakai pakaian khusus biar manusia memberi pre-dikat ulama, Gambaran yang lain (riyanya ahli dunia) ialah memper-lihatkan pakaian yang mahal, tempat tinggal dan perabot-perabot yang mewah.
3. Riya’ yang berasal dari Perkataan
Memperlihatkan kedalaman ilmu nya agar bisa bercakap-cakap dengan para ulama, atau mempermainkan orang-orang bodoh serta sombong dan angkuh terhadapnya, begitu pula dengan merendahkan suara dan mem-perhalus tatkala membaca Al-Quran Sedang dihatinya tersimpan maksud agar dikira takut kepada Allah  dan lain-lainnya. Sedangkan riya’nya para pemuja dunia , mereka pura-pura fasih dalam berbicara dll.
4. Riya’ yang berasal dari Perbua-tan
Menghiasi shalatnya dengan me-manjangkan bacaan saat berdiri, me-manjangkan ruku’ dan sujud, me-nampakkan kekhusyuan dan lain-lainnya. Begitu pula riya’ dalam puasa, haji, shadaqah dll. Dan bagi pemuja dunia mereka riya’ dengan menampakkan penampilan yang ber-lebih-lebihan .
5. Riya’ dengan teman dan orang-orang yang berkunjung kepadanya
Dengan memamerkan kedatangan ulama, Syaikh atau ahli ibadah ke-rumahnya agar dikatakan, “Dia telah dikunjungi Fulan”, sehingga orang-orang datang ke rumahnya dan meminta barakah kepadanya atau dikatakan ia sudah banyak menimba ilmu dari mereka. Dan hal ini dilaku-kan untuk membanggakan diri, men-cari ketenaran dan kedudukan di hati manusia.
Wahai hamba Allah inilah sede-retan amalan yang sering diperlihat-kan oleh pelaku riya’ yang seha-rusnya dihindari. Namun terkadang pula seseorang ingin menghindari penyakit riya’ akan tetapi ia justru terjatuh dalam perbuatan riya’ seperti: Seseorang meninggalkan suatu ama-lan karena takut dikatakan “Dia hanya ingin mencari muka”, padahal ini termasuk tipuan syaitan. Fudhail Bin Iyadh berkata : “Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amalan karena manusia adalah riya dan ikhlash adalah Allah menyelamatkanmu dari keduanya”.
BAHAYA RIYA
Bahaya riya’ telah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah  diantaranya:
1.Riya’ menghapus amal shalih..
Rasulullah  bersabda:
 إِنَّ أَخْوَ فَ مَا أَخَافُ عَلَـيْكُمُ الشـِّرْكُ اْلأَصْغَرُ قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ’ وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ الرِ يــَاءُ، يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيـَا مَةِ إِذَا جَزَي النــَّـا سَ بـِأَعْمَالِهِمْ : اِذْهَبُوْا إِلَـى الَّذِ يْنَ كُنْتُمْ تُرَاؤُوْنَ فِي الدُّ نـــْــيَا فَا نْظُروُ ا، هَلْ تـَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً  رواه أحمد والبغوي
“Sesungguhnya yang paling kutakutkan dari apa yang kutakutkan atas kalian adalah syirik kecil“. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu ?” Beliau menjawab, “ Riya’.” Allah  berfirman kepada mereka pada hari kiamat, tatkala memberikan balasan amal-amal manusia,” Pergilah kepada orang - orang yang kalian berbuat riya’ di dunia apakah kalian mendapat kebaikan disisi mereka?” (Diriwayatkan Ahmad dan Al-Baghawy)
Wahai saudara seiman, hati-hatilah terhadap riya’ ini,karena ia sejelek-jelek bencana, merusak keba-ikan serta membuat amal perbuatan laksana debu yang beterbangan.
2.Riya’ adalah syirik yang tersem-bunyi.
Sabda Rasulullah SAW:
 اَلاَ أُخْبِرُ كُمْ بـِمَا هُوَ أَخْوَ فُ عَلَـيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ : اَلشـِّرْكُ الْخـَفِيُّ إِنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ فَيُصَلِّى فَيُزَ يـِّنُ صَلاَ تـَهُ لِمـَا يــَرَى مِنْ نـــَظَرِرَجُلٍ  رواه ابن ماجه
“Maukah aku tunjukkan sesuatu yang lebih aku takuti kepadamu dari pada Masihi Dajjal ? Yaitu syirik yang ter-sembunyi. Seorang berdiri mengerjakan shalat lalu ia menghiasinya karena ada yang melihatnya” (HR. Ibnu Majah. Hadits ini hasan)
3. Riya’ menambah kesesatan.
Firman Allah  yang artinya:
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penya-kitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta” (QS. Al-Baqarah : 9-10)
HAL–HAL YANG TIDAK TERGOLONG RIYA’
1. Menampakkan syiar-syiar Islam, dengan tujuan bukan agar manusia memujinya dan menyanjungnya.
2. Seorang hamba yang di puji oleh manusia lain atas kebaikannya tanpa maksud minta dipuji.
3. Giatnya seorang hamba berbuat kebaikan tatkala melihat/ menyaksi-kan para ahli ibadah serta bergaul dengan orang-orang yang ikhlas dan shalih.
4. Menyembunyikan Dosa.
5. Memperbagus pakaian, sandal atau yang lainnya dengan tidak mere-mehkan orang lain (sombong)
TERAPI RIYA’
1. Membiasakan diri menyembunyi-kan amalan
Hal ini telah banyak dicontohkan oleh para salafus shaleh mereka berusaha menyembunyikan amalan yang dapat disembunyikan untuk menghindari riya’ dan menjaga/ me-ngawasi hati-hati mereka terhadap amalan yang tidak mungkin dapat di-sembunyikan.
2. Mengetahui dan mengingat bahaya riya’
Terkadang kecenderungan untuk berbuat riya’ sering muncul dalam diri seseorang karena syetan tidak akan meninggalkannya sekalipun pada saat beribadah, ia akan terus menawarkan bisikan-bisikan riya kepadanya. Jika ia menyadari akan bahaya riya, kemur-kaan Allah dan adzab yang diterima-nya maka akan timbul rasa takut dan tidak suka akan perbuatan tersebut. Dan apalah artinya pujian dan san-jungan mereka kalau hanya membuat Allah murka.
3. Berdoa.
Abu Musa Al-‘Asy’ari  berkata, pada suatu hari Rasulullah  berkhut-bah kepada kami: ”Wahai sekalian manusia, takutlah akan syirik ini (riya’) karena ia lebih tersembunyi dari pada rayapan seekor semut”, lalu salah seorang bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana kita mewaspadainya, jika lebih ? Beliau menjawab: Berdoalah dengan doa ini:
 اَللَّهُمَّ إِنــــَّـا نــَعُوْذُبـِكَ اَنْ نـُشْرِكَ بِكَ شـَـيْئــًا نـَعْلَمُهُ وَ نــَشْتـَغـْفِرُ كَ لمِاَ لاَ نــــَـعْلَمْهُ 
“Ya Allah, kami berlindung kepada Engkau dari mempersekutukan sesuatu dengan-Mu apa yang kami ketahui dan kami memohon ampunan dari apa yang kami tidak ketahui.” (HR. Ahmad)
Wahai saudaraku tidak sepan-tasnya bagi seorang hamba berputus asa dari berbuat ikhlas, menyangka bahwa yang mampu melaksanakan-nya hanyalah orang-orang yang kuat semata, lalu ia tidak mujahadah (ber-sungguh-sungguh) untuk meraihnya. Padahal orang yang lemah harus lebih bermujahadah untuk meraihnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


(ABU HANAFI)

Maraji’:
1. Ar-Riya’ Dzammuhu wa AtsaruhuAs-Sayyi’ fil Ummah, oleh Syaikh Salim Al- Hilaly.
2. Mukhtasar Minhajil Qashidin, oleh Imam Ibnu Qudamah




Read More......

Pentingnya Shalat

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kaum muslimin, khususnya diri saya pribadi untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kita sebagai bekal untuk menghadap Illahi Rabbul Jalil. Serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya.
Seperti firman Allah:
Artinya: “Dan berbekallah kalian, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepadaKu wahai orang-orang yang menggunakan akalnya.”
Kaum Muslimin Rahimakumullah

Kadar keimanan seseorang ditandai dengan shalatnya, cinta seseorang kepada Islam diukur dari berapa banyak cintanya kepada shalat dan para ulama kita menganggap orang yang tidak shalat atau meremeh-kan shalat sebagai seseorang yang sama sekali tidak mempunyai bagian dalam Islam ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar 
لاَ حَظَّ فيِ الإِسْلاَمِ مَنْ تَرَكَ الصَّلاَ ةَ
“Tidak ada bagian dari Islam orang yang meninggalkan shalat”.
Dalam Ad Dien shalat memiliki kedudukan yang sangat agung dan mengandung beberapa keutamaan dian-taranya :
1. Shalat merupakan perkara yang pertama dan yang terpenting setelah syahadatain. Rasulullah  bersabda :
 أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حـَتــَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ  رواه البخاري و مسلم
“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersyahadat, mene-gakkan shalat dan menunaikan zakat”. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Shalat adalah ibadah yang diperintahkan kepada seluruh Nabi tanpa terkecuali. Allah  berfirman kepada Nabi Musa  :
… فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى  إِنـــَّنِي أَنـــَا اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنـــَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي  طه : 13-14
“….Maka dengarkanlah apa yang diwahyukan kepadamu, sesungguhnya Aku ini adalah Allah yang tidak ada Ilah yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaha:13-14)
Dan perkataan Nabi Ibrahim  ketika meletakkan anaknya (Nabi Ismail ) di Ka’bah, beliau  berkata :
 رَبــَّــنَا إِنـــِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيـَّتِي بـِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْـتـِكَ الْمُحَرَّمِ رَبــَّـنَا لِيُقـِيمُوا الصَّلاَةَ... ابراهيم :37
“Ya Allah, saya menempatkan anakku (sebahagian keturunan) di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah Engkau (baitullah) karena perintah-Mu, agar mereka menegakkan shalat…” (Ibrahim : 37).
Jadi para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang melaksanakan shalat dan merupakan ibadah yang sangat penting bagi mereka.
3. Shalat adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah  sesudah iman kepada Allah. Untuk amalan-amalan hati, amalan yang paling afdhal adalah iman kepada Allah, untuk amalan anggota tubuh tidak ada yang paling afdhal kecuali shalat. Ibnu Mas’ud  pernah bertanya kepada Rasulullah  : “Amalan apakah yang paling afdhal disisi Allah  ?” Rasulullah  bersabda:
... الصَّلاَةُ عَلَى وَقْـتـِهَا ... رواه البخاري و مسلم
“…Shalat tepat pada waktunya…”. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Shalat merupakan amalan anggota tubuh yang pertama dihisab oleh Allah  pada hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah  :
 إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ  رواه الترمذي و النسائي
“Sesungguhnya amalan yang paling pertama dihisab bagi manusia pada hari kiamat adalah shalatnya”. (HHR. Tirmidzi dan Nasaa’i)
Jadi apabila shalatnya tidak ada maka tidak ada lagi yang perlu dihisab dari hamba tersebut.
5. Shalat merupakan ibadah yang menghapuskan dosa-dosa. Firman Allah  :
 وَأَقِمِ الصَّلاَةَ طَرَفَيِ النــَّـهَارِ وَزُ لَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيـــِّئــَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِ يْنَ  هود :114
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbua tan-perbuatan yang baik itu menghapus-kan dosa-dosa. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (QS. Huud :114)
Dan sabda Rasulullah  :
 أَرَأَيــْتُمْ لَوْ أَنَّ نـــَــهَرًا بـــِبَابِ أَحَدِكُمْ يــَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تــَقُولُ ذَلِكَ يُبْقـِي مِنْ دَرَنــِهِ  قَــالُـــوا لاَ يُبــْـقِي مِنْ دَرَ نـِهِ شَيـــْئًا قَـالَ  فَذَلِكَ مِثـْلُ الصَّلَوَاتِ الْخـَمْسِ يَمْحُو اللهُ بــِهِ الْخَطَايـَا  رواه البخاري و مسلم
“Seandainya ada sebuah sungai di depan rumah seseorang, dimana ia mandi lima kali sehari dari sungai itu apakah masih ada daki yang masih tinggal di badannya ?” mereka menjawab : “Tidak tersisa satupun daki di tubuhnya, maka Rasulullah  bersabda : “Demikianlah perumpamaan shalat yang lima dimana Allah menghapus dosa-dosa dengannya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Allah  juga akan menge-luarkan hambanya yang pernah me-laksanakan shalat dari api Neraka. Dan ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa yang akan diberikan syafa’at adalah
orang-orang yang pernah mengucap-kan Lailaha Illallah saja, karena kalau kita meneliti hadits-hadits tentang syafa’at lebih mendalam, maka kita akan dapatkan bahwa syafa’at itu akan diberikan hanya kepada orang-orang yang pernah melaksanakan shalat.
Dalam hadits yang panjang, Rasulullah  bersabda:
 ... حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ عِبَادِهِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ مِنَ النَّارِ مَنْ أَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ مِمَّنْ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ أَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ أَنْ يـُخْرِجُوهُمْ فَيَعْرِفُونَهُمْ بِعَلاَمَةِ آثَارِ السُّجُودِ وَحَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ مِنِ ابْنِ آدَمَ أَثَرَ السُّجُودِ فَيُخْرِجُونَهُم.... رواه البخاري و مسلم
“…Apabila Allah telah menghukum hamba-hambanya lalu Allah bermaksud mengeluar-kan hamba-Nya yang Ia kehendaki yaitu orang-orang yang pernah bersyahadat “La Ilaha Illallahu”, maka Allah memerintah-kan para malaikat untuk mengeluarkan mereka. Para malaikat mengenali mereka dengan bekas-bekas sujud mereka karena Allah telah mengharamkan atas Neraka untuk melahap bekas-bekas sujud anak Adam, lalu para malaikatpun menge-luarkan mereka….”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Berarti orang-orang tersebut adalah orang-orang yang pernah melaksana-kan shalat. Dan ini adalah dalil kuat
dari para ulama bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kufur. Karena yang akan diselamatkan nanti adalah orang-orang yang mempunyai tanda-tanda sujud.
6. Shalat ialah ibadah yang diperin-tahkan untuk bersuci sebelum mengerjakannya dan tidak ada shalat tanpa bersuci dan hal ini tidak terdapat didalam ibadah-ibadah lain-nya. Puasa, zakat, haji dan lainnya itu tidak diperintahkan untuk bersuci. Rasulullah  bersabda :
 مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ  رواه الترمذي وابن ماجه
“Pembuka shalat itu adalah bersuci” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
7. Shalat adalah ibadah yang Rasulullah  perintahkan kepada kita untuk mentarbiyah anak-anak kita agar mereka melaksanakan shalat sejak kecil walaupun ibadah tersebut belum diwajibkan atas mereka. Rasulullah  bersabda :
 مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بــِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبـْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِ بُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبـْنَاءُ عَشْرٍ  رواه أبو داود و أحمد
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat sejak berumur tujuh tahun dan pukullah mereka dalam usia sepuluh tahun bila tidak mau melaksanakan shalat” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
8. Allah  akan menaungi orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid di hari kiamat kelak. Rasulullah  bersabda :
 سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ ... وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ  رواه البخاري و مسلم
“Ada tujuh golongan yang akan mendapat-kan naungan Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya ….dan orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Imam Nawawi رحمه الله :“Makna dari hadits tersebut adalah dia sangat men-cintai masjid dan senantiasa melaksanakan shalat berjama’ah, hal ini bukanlah berarti bahwa ia tidak pernah keluar dari masjid”. (Lihat Al Minhaj 7:122)
9. Shalat juga merupakan tempat bermunajatnya seorang hamba ke-pada Allah , Rasulullah  bersabda :
 إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى يُنـَاجِي رَبــَّهُ … رواه البخاري و مسلم
“Sesungguhnya seorang diantara kalian (berdiri untuk) shalat, maka dia bermunajat kepada Rabbnya”. (HR. Bukhari dan Muslim )
Salah satu tempat yang afdhal untuk bermunajat dan berdo’a kepada Allah  adalah ketika melaksanakan shalat dan bukan setelah melaksanakan shalat, Berkata Ibnul Qayyim رحمه الله : “Umumnya doa-doa yang berhubungan dengan shalat, Nabi  mengerjakannya ketika sedang melaksana-kan shalat dan hal ini adalah yang beliau perintahkan, dan merupakan hal yang paling pantas bagi sesorang untuk berdo’a di dalam shalatnya karena dia sedang berhadapan dengan Rabbnya, bermunajat kepada-Nya, selama masih melaksanakan shalat. Apabila telah salam terputuslah munajat tersebut dan hilanglah posisinya dihadapan Rabbnya dan kedekatan kepada-Nya. Lalu mengapa ia meninggalkan berdo’a saat-saat seorang hamba dekat dengan-Nya dan saat Allah menghadap-kan wajah-Nya kepadanya lalu ia memilih untuk berdo’a setelah Allah  berpaling darinya ?!”.(Lihat Zaadul Ma’ad 1:258)
10. Shalat adalah wasiat yang terakhir diucapkan oleh Rasulullah . Berkata Anas bin Malik  : “Adalah wasiat terakhir Rasulullah  yang beliau sampaikan saat nyawa beliau berada di tenggorokan adalah :
 الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ  رواه ابو داود و ابن ماجه
“(Hendaklah kalian menjaga) shalat, (Hendaklah kalian menjaga) shalat” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ وَالآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكْم فِيْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغفر لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.




(Abu Yusuf Afandy As Syamaaliy)

Maraji’: Risalah Ta’zhim Qadr Ash Sholati, Ahmad Farid

Read More......

PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Masalah pendidikan anak di dalam Islam mendapat perhatian yang sangat serius, hal itu terbukti dari banyaknya nash-nash Al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad saw. yang membicarakan masalah keluarga atau rumah tangga yang menekankan pada permasalahan pembentukan generasi yang berkwalitas, baik lagi shalihin, berguna bagi dirinya, agama dan masyarakatnya serta bahagia di dunia dan selamat di akhirat, sebagai realisasi dari penghmabaan (ibadah) kepada Allah swt. di dalam seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan individual maupun sosial.

"Dan Aku sekali-kali tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menghambakan diri (beribadah) kepada-Ku" (al-Dzariat: 56).
Untuk mencapai target dan tujuan pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, Islam mengajarkan bahwa pendidikan anak harus dimulai dari beberapa hal:
Pertama: Pembentukan keluarga muslim. Keluarga merupakan dasar utama bagi kesuksesan pendidikan, ibu dan bapak merupakan guru dan pendidik pertama bagi anak. Apabila suasana keluarga baik dan bernuansa pendidikan yang terarah, penuh dengan suasana iman dan ibadah, ibu dan bapak menjadi pendidik dan suri teladan bagi anak-anaknya, maka anak didik akan tumbuh dengan baik pula. Oleh karena itu Rasulullah saw. menekankan urgensi memilih pasangan hidup (suami-istri) yang menitik beratkan kepada aspek kometmennya kepada agama (Dienul Islam). Sebagaimana beliau sabdakan kepada setiiap orang tua/wali:
"Apabila datang kepada kamu orang (lelaki yang akan memingang putrimu) yang kamu merasa puas dengan kometmennya kepada agamanya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu), dan jika tidak, maka yang akan terjadi adalah kerusakan yang besar di muka bumi ini". (HR. )
Dan juga sabdanya kepada kaum lelaki :
" ......Maka pilihlah wanita yang kometmen kepada agama, niscaya kamu beruntung".(HR. Bukhari : Kitab Nikah).
Kedua: Berdo`a memohon keturunan yang shalih kepada Allah swt. baik sebelum dan sesudah mempunyai anak. Berdo`a, menunjukkan kesungguhuhan seseorang untuk memperoleh sesuatu yang didambakan, lebih-lebih jika do`a tersebut selalu dilakukan dan disertai dengan upaya dan usaha lahiriah yang dapat mendukung bagi kesuksesan. Banyak do`a ma`tsur untuk mempunyai anak keturunan yang shaleh yang diajarkan oleh Islam, seperti do`a sebelum melakukan jima` (persetubuhan), do`a yang terdapat di dalam al-Qur`an, seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakariya: "Wahai Tuhan-ku, karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a" (Ali `Imran : 38), dan seperti do`a : "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (al-Furqan : 74), dan lain-lain. Do`a yang terakhir ini disebutkan oleh Allah dalam kontek membicarakan ciri dan karakter orang yang mendapat pengakuan dari Allah sebagai hamba yang disebut dengan `ibadurrahman.
Ketiga: Menggunakan pendekatan-pendekatan (asâlîb) idukatif di dalam mendidik anak, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Banyak sekali pendekatan atau asâlîb yang digunakan oleh Rasulullah saw. di dalam mendidik anak-anak kaum muslimin di zamannya, yang semua itu masih dan tetap menjadi pendekatan prinsip di dalam pendidikan modern.
Yang terpenting diantaranya adalah :
a. Mendidik anak dengan pendekatan Qudwah Hasana (Suri teladan yang baik). Maksudnya adalah bahwa orang tua haruslah menjadi contoh hidup dan nyata bagi ajaran Islam yang akan ditanamkan di dalam diri anak-anaknya. Sebab, secara fitrah anak-anak (bahkan manusia pada umumnya) telah mempunyai kecenderungan untuk mencontoh dan meniru prilaku orang lain yang dinilai lebih unggul daripadanya, terutama orang tuanya; bahkan, di dalam pandangan anak, semua perkataan dan perbuatan orang tuanya adalah benar dan yang bukan dari orang tuanya adalah salah. Dan dengan adanya keteladanan, anak didik akan merasa tentram dan yakin terhadap apa yang ia pelajari. Oleh karena itulah Rasulullah saw. diutus oleh Allah swt. sebagai rasul agar menjadi suri teladan di dalam segala persoalan kehidupan, baik besar maupun kecil, termasuk aspek pendidikan, agar semua ajaran Islam dapat dilihat secara nyata oleh umatnya lalu mereka dapat mencontohnya. Maka Nabi Muhammad saw. benar-benar merupakan sosok suri teladan di dalam setiap pebuatan dan perkataan, ibadah, akhlaq dan lain-lainnya.
Di dalam bergaul (mu`amalah) Rasulullah benar-benar qudwah bagi semua manusia, sampai kepada anak-anak. Terhadap anak-anak beliau selalu bercanda, bercumbu-rayu mengungkapkan rasa belas kasihnya yang mendalam, bahkan beliau menghargai mereka dan memberi salam kepada mereka, hal mana prilaku beliau terhadap mereka mempunyai pengaruh besar di dalam jiwa mereka, sebagaimana diturturkan oleh Anas bin Malik ra."Demi Allah, Rasulullah saw. belum pernah meyalahkan aku, kenapa kamu lakukan ini dan kenapa bigutu dan begini". Bahkan keberanian Nabi saw. di dapam berperang sangat membekas di dalam jiwa semua para shahabatnya sampai kepada mereka yang masih anak-anak. Hal itu tampak di dalam peperangan Uhud dinama ada tiga anak yang masih berusia dini minta izin kepada beliau untuk ikut di dalam peperangan.
b. Memberikan pengajaran dan bimbingan (ta`lîm dan ta'dîb) kepada anak-anak. Hal ini mendapat perhatian dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda:
"Sungguh jika seorang ayah mengajar dan membimbing anak-anaknya itu lebih baik dari pada jika ia bersedekah satu sha`". Dan sabda beliau: "Tiada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih baik (utama) dari pada budi pekerti yang luhur". (HR. Turmudzi di dalam kitab al-Birr was shilah, bab: tentang etika anak).
Anak, dimasa kecilnya tidak dapat membedakan antara mana yang baik dan mana yang buruk, ia hanya mempunyai keinginan di dalam jiwanya yang dapat mendorongnya untuk mematuhi orang yang mengarahkan dan membimbingnya, sehingga ia merasa aman bila ia hidup dibawah lindungan dan bimbingan orang yang mengarahkannya. "Dan jika ia tidak mendapatkan orang yang berbuat demikian terhadap dirinya, maka ia akan hidup penuh dengan kebimbangan, lemah semangat dan lemah kepribadiannya". Demikian DR. Abdurrahman an-Nahlawi menegaskan.
Di dalam bidang pendidikan dan pengajaran ini Rasulullah saw. benar-benar teladan yang baik, dimana perbuatan dan prilaku beliau terhadap anak-anak para shabatnya penuh dengan nilai edukatif. Sebagai contoh adalah bahwasanya pada suatu ketika Rasulullah saw. melihat seorang anak muda yang sedang menguliti seekor domba, akan tetapi ia tidak bisa melakukannya dengan baik, maka Rasulullah datang kepada anak itu dan bersabda : "Minggirlah kamu, biar aku akan memperlihatkan kepadamu" (bagaimana cara mengulitinya. pen.). Maka Nabi memasukkan tangan beliau di antara kulit dan daging domba itu dan menekankannya hingga kulit domba terkelupas sampai ke ketiak domba, kemudian beliau pergi.(HR. Abu Daud di dalam Kitabut thaharah).
Di sini kita lihat, betapa perhatian Rasulullah sangat besar kepada anak-anak, beliau mengajarkan apa saja yang berguna bagi mereka. Beliau tidak segan-segan untuk meluangkan waktunya untuk mengarahkan umatnya sampai pada masalah yang mungkin kita pandang sepele. Mungkin kita bertanya, kenapa Rasulullah tidak menyuruh seorang shahabatnya untuk mengajarkan bagaimana cara menguliti domba kepada anak lelaki tersebut, sehingga Rasulullah saw. (yang kedudukannya begitu agung dan mulia) tidak perlu mengurusi hal- yang sepele itu?
Di sinilah pentingnya qudwah dan keteladanan.
Demikianlah secuplik dari metode pendidikan anak yang dapat kita petik dari Sunnah Rasulullah saw. dan masih banyak lagi perbuatan dan ucapan/sabda beliau yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Semoga kita dapat meneladaninya. Wallahu a`lam.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.



Musthofa Aini, Lc
Mahasiswa Pasca Sarjana UMJ

Read More......

Pembatal Keislaman

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Ikhwani Rahimakumullah!

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk masuk ke dalam Dinul Islam dan berpegang teguh dengannya, serta mewaspai segala sesuatu yang akan menyimpangkan mereka dari din yang suci ini. Dia mengutus nabi-Nya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dengan amanat da’wah yang suci dan mulia.

Allah juga telah mengingatkan hamba-Nya, bahwa barangsiapa yang mengikuti seruan para Rasul itu, maka dia telah mendapatkan hidayah; dan siapa yang berpaling dari seruannya, maka ia telah tersesat. Di dalam Kitabullah, ia mengingatkan manusia tentang perkara-perkara yang menjadi sebab “riddah” (murtad dari Dinul Islam) dan perkara-perkara yang termasuk kemusyrikan dan kekafiran. Beberapa ulama rahimahullah selanjutnya menyebutkan peringatan-peringatan Allah itu dalam kitab-kitab mereka.

Mereka mengingatkan bahwa sesungguhnya seorang muslim dapat dianggap murtad dari Dinul Islam disebabkan beberapa hal yang bertentangan, sehingga menjadi halal darah dan hartanya. Diantara sekian banyak hal yang membatalkan keislaman seseorang, Syaikh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah, serta beberapa ulama lainnya menyebutkan sepuluh hal yang paling banyak dilakukan oleh umat Islam. Dengan mengharap keselamatan dan kesejahteraan dari-Nya, kami paparkan dengan ringan sebagai berikut :

1. Mengadakan persekutuan dalam beribadah kepada Allah. Dalam kaitan ini, Allah berfirman :

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan-Nya dan mengampuni selain dosa syrik bagi siapa yang dikehendaki…”. (An-Nisa: 116).

“Sesungguhnya siapa saja yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (Al-Maidah: 72)

Termasuk dalam hal ini, permohonan pertolongan dan permohonan do’a kepada orang mati serta bernadzar dan menyembelih qurban untuk mereka.

2. Menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai perantara do’a, permohonan syafaat, serta sikap tawakal mereka kepada Allah.

3. Menolak untuk mengkafirkan orang-orang musyrik, atau menyangsikan kekafiran mereka, bahkan membenarkan madzhab mereka.

4. Berkeyakinan bahwa petunjuk selain yang datang dari Nabi muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam lebih sempurna dan lebih baik. Menganggap suatu hukum atau undang-undang lainnya lebih baik dibandingkan syari’at Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, serta lebih mengutamakan hukum taghut dibandingkan ketetapan Rasulullah Shalalhu ‘Alaihi Wa Sallam.

5. Membenci sesuatu yang datangnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, meskipun diamalkannya. Dalam hal ini Allah berfirman :

“Demikian itu karena sesungguhnya mereka benci terhadap apa yang diturunkan Allah, maka Allah menghapuskan (pahala) amal-amal mereka”. (Muhammad: 9).

6. Mengolok-olok sebagian dari Din yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, misalnya tentang pahala atau balasan yang akan diterima. Allah berfirman:

“…Katakanlah, apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta ma’af, karena kamu kafir sesudah beriman…”.(At-Taubah: 65-66).

7. Masalah sihir. Diantara bentuk sihir adalah “Ash Sharf” (pengalihan), yaitu mengubah perasaan seorang laki-laki menjadi benci kepada istrinya. Sedangkan “Al ‘Athaf” adalah sebaliknya, menjadikan orang senang terhadap apa yang sebelumnya dia benci dengan bantuan syaithan.

Orang yang melakukan kegiatan sihir hukumnya kafir. Sebagai dalilnya adalah firman Allah, yang artinya :
“..dan keduanya tidak mengajarkan sihir kepada seseorang pun sebelum mengatakan,’Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, karena itu janganlah kamu kafir…”.(Al-Baqoroh: 102).

8. Mengutamakan orang kafir serta memberikan pertolongan dan bantuan kepada orang musyrik lebih daripada pertolongan dan bantuan yang diberikan kepada kaum muslimin. Allah berfirman, yang artinya:

“…barangsiapa di antara kamu, mengambil mereka orang-orang musyrik menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim”.(Al-Maidah: 51).

9. Beranggapan bahwa manusia bisa leluasa kelar dari syari’at Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Dalam kaitan ini Allah berfirman :

“Barangsiapa yang mencari agama selain Dinul Islam, maka dia tidak diterima amal perbuatannya, sedang dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi”.(Ali-Imran: 85).

10. Berpaling dari Dinullah, baik karena dia tidak mau mempelajarinya atau karena tidak mau mengamalkannya. Hal ini berdasarkan firman Allah :

“dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-prang yang berdosa”. (As-Sajadah: 22).


Itulah sepuluh naqidhah (pembatal) yang perlu diwaspadai oleh setiap muslim, agar dia tidak terjerumus untuk melakukan salah satu diantara kesepuluh sebab yang dapat mengeluarkannya dari Dinul Islam.

Begitu seseorang meyakini bahwa undang-undang yang dibuat manusia lebih utama dan lebih baik dibandingkan syari’at Islam, maka ia telah kafir. Demikain juga jika ia menganggap bahwa ketentuan-ketentuan Islam sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan pada zaman mutakhir ini, atau bahkan beranggapan bahwa aturan Islam adalah penyebab kemunduran dan keterbelakangan umat Islam. Seseorang juga tergolong kafir bila beranggapan bahwa Dinul Islam hanya menyangkut hubungan ritual antara hamba dan rabbnya, tetapi tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah duniawi.

Demikian juga jika seseorang memegang bahwa pelaksanaan syari’at Islam, misalnya hukum potong tangan bagi pencuri, hukum rajam bagi pezina muhshon (pezina yang sudah kawin) tidak sesuai dengan peradaban modern, begitu pula halnya dengan seseorang yang beranggapan bahwa seseorang boleh tidak berhukum dengan syari’at Allah dalam hal muamalat (kemasyarakatan), hudud, serta dalam hukum-hukum lainnya. Ia telah terjatuh kepada kekafiran, meskipun ia belum sampai pada keyakinan bahwa hukum yang dianutnya lebih utama dari hukum Islam, karena boleh jadi ia telah menghalalkan apa yang diharamkan Allah, dengan dalih keterpaksaan, seperti berzina (karena beralasan mencari nafkah), minum khamr, riba dan berhukum dengan hukum rekaan manusia.

Marilah kita berlindung kepada Alah dari hal-hal yang menyebabkan kemurkaan-Nya dan dari adzabnya yang pedih. Shalawat dan salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada sebaik-baiknya mahluk-Nya, Muhammad Rasulullah, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.





Maraji':
Aqidah Shohihah Vs Aqidah Bathilah, Syaikh Abdul Aziz bin baaz, Ditjen Pembinaan Kelembagaan AgamaIslam Depag RI bekerjasama dengan Al Haramain Islamic Foundation.

Read More......

NASEHAT LUQMAN AL HAKIM KEPADA PUTRANYA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Ma’ asyirol Muslimin Rahimakumullah

Segala puji bagi Allah SWT, sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, shahabat, keluarga serta orang-orang yang masih berittiba' (mengikuti) kepada beliau sampai hari kiamat.
Al Qur'an adalah sumber hukum dan ilmu pengetahuan yang tak pernah kering untuk ditimba, penuh dengan pelajaran, di dalamnya terdapat hikmah dan teladan. Salah satu isi pokok dari Al Qur'an adalah kisah perjalanan kehidupan para nabi dan rasul serta orang-orang saleh dari umat-umat sebelum nabi Muhammad SAW. Hikmah diceritakannya sirah manusia-manusia pilihan itu tidak lain karena besarnya manfaat dari keteladanan iman, sifat dan akhlaq mereka. Maka disini akan saya angkat sebuah kisah Luqman Al Hakim yang penuh dengan hikmah bagi kita semua.
.
1. Tidak menyekutukan Allah.
Sebesar-besar kedzaliman dan kemungkaran adalah menyekutukan Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Q.S. Luqman:13)
Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, kecuali ia bertobat dan meninggalkan perbuatannya. Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang berhak untuk
disembah (Allahu mustahiqqul 'ibaadah). Dia lah yang berhaq di mintai pertolongan. Hanya kepada-Nyalah segala urusan diserahkan, takut (khouf), berharap (raja') hanya layak ditujukan kepada Allah swt, bukan kepada yang lainnya
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Firman Allah SWT.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."( QS.Luqman: 14)
Di dalam riwayat Bukhari, Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat:
"Amalan apakah yang dicintai oleh Allah ?Beliau menjawab: Shalat pada waktunya, ia bertanya lagi: Kemudian Apa ?, Beliau menjawab: berbuat baik kepada orang tua, .Ia bertanya lagi: kemudian apa?, Belau menjawab: Jihad di jalan Allah" (shahih Bukhari V/2227, hadits No.5625)
3. Ketaatan kepada kedua orang tua harus dilandasi oleh ketaatan kepada Allah; karena tidak boleh taat kepada keduanya dalam rangka berbuat maksiat kepada Allah, lebih-lebih menyekutukan Allah ( syirik ). Allah berfirman
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik"(QS. Luqman: 14).
4. Mengikuti jalan orang-orang yang kembali kepada Allah SWT
Firman Allah SWT
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(QS. Luqman: 15)
Disini Luqman memberikan sebuah nasehat kepada anaknya agar ia mengikuti jejak orang-orang yang kembali kepada Allah SWT yaitu para nabi dan rasul serta orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, yang selalu bertaubat kepada Allah SWT, yang telah diberi Allah SWT hidayah, yaitu tetap dalam agama yang hanif yakni Islam.
5. Allah akan membalas semua perbuatan manusia.
Firman Allah swt :
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(Q.S: 16)
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ(7)وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
"Maka Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula". (QS. Al Zalzalah: 7-8).
6. Menegakkan sholat.
Shalat adalah tiang agama, sehingga ia tidak akan tegak tanpa shalat. Maka sebagai seorang yang beriman kita diwajibkan menegakkannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Luqman ayat 17 yang berbunyi :
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ
"Hai anakku, dirikanlah shalat …"
Shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah SWT.
…"Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al 'Ankabuut: 45)
7. Amar Ma'ruf nahi Munkar.
Ada dua komponen penting dalam Islam yang memberikan sebuah dorongan yang kuat kepada setiap muslim untuk mendakwahkan agama yang dianutnya, yaitu Amar ma'ruf nahi mungkar (memerintahkan berbuat kebajikan dan mencegah yang mungkar). Perintah untuk beramar ma'ruf nahi mungkar sangat banyak di dalam Al Qur'an seperti :

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".(QS. Ali Imran:104).
8. Bersabar terhadap apa yang menimpa kita.
Sesungguhnya segala cobaan yang menimpa seorang muslim itu adalah merupakan sesuatu yang mesti terjadi karena itulah bentuk ujian (ikhtibar) dari Allah SWT, apakah ia sabar atau tidak ?, firman Allah SWT.
وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
"Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."(QS. Luqman:17)
9. Tidak Menyombongkan diri
Sifat takabur atau merasa besar dihadapan manusia adalah sifat yang dibenci oleh Allah SWT.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."
10. Bersikap pertengahan dalam segala hal dan berakhlaq yang baik
Islam tidak menghendaki sikap Ghuluw (berlebih-lebihan) juga tidak menginginkan untuk bersikap tahawun (meremehkan) dalam segala hal termasuk juga dalam perkara-perkara yang menurut penilaian sebagian orang dianggap kecil seperti sikap berjalan, berbicara dsb. Allah SWT mengatur itu semua sebagaimana firmanNya:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
Manusia akan mempunyai nilai jika menampakkan akhlaq yang baik, karena tujun diutusnya Rasulullah SAW selain untuk menyeru kepada Allah ( Ad-dakwah ilallah) adalah untuk menyempurnakan Akhlaq dan budi pekerti.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.






Aminuddin
Sumber : Tafsir Ibnu Katsir

Read More......

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP