..::::::..

Keberadaan akhirat

Di antara tanda seorang hamba mendapatkan manisnya iman ialah ketika ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari selain keduanya. Di antara tanda cinta kita kepada keduanya ialah kita sebagai hamba allah rela dan pasrah, menerima dan tidak membantah, serta menyenangi dan mencintai apa yang bersumber darri keduanya. Jika iman kita ada di dalam hati maka kita pasti rela islam sebagai agama, Allah sebagai tuhan, dan Muhammad Saw sebagai Nabi.

Mengaku iman kepada Allah tidaklah cukup hanya dengan syahadat, tetapi marilah kita perhatikan konsekuensi kita mengucapkan dua kalimat syahadat itu. Dan ini sudah menjadi pengetahuan bersama bahwa syahadat itu punya konsekuensi. Masyarakat arab pada waktu Nabi Muhammad saw masih berdakwah di makkah tidak mau mengucapkan syahadat karena mereka mengetahui akibat dari itu, yaitu melepaskan semua sembahan-sembahan mereka kepada penyembahan terhadap allah saja dan melaksanakan ketundukan dan ketaatan kepada petunjuk dan hidayah Nabi Muhammad saw.
Jika kita tilik dari segi bahasapun islam berarti pasrah, tunduk dan patuh, yang bermakna patuh terhadap segala yang diatur di dalam syariat agama islam, oleh karenanya, seorang islam yang masuk islam karena hidayah yang ia dapatkan dari pencarian, pasti rela untuk diatur oleh aturan-aturan islam, karena tidaklah ia masuk ke dalam agama islam melainkan ia ingin diatur dan diarahkan oleh aturan yang suci ini. Berbeda dengan kita sekarang ini, masuk islam karena warisan orang tua, bukan karena hidayah. Kita berada dalam pelukan agama islam, dan Alhamdulillah, itu karena kita mendapatkan orang tua kita berada dalam agama islam, dan sebagaian orang tidak mau pusing atau atau tidak mau berusaha mempelajari kebenaran agamanya, yang ditakutkan jika ada orang yang mengaku shaleh membodoh-bodohhinya sehingga seakan-akan ia baru merasakan pencerahan. Coba bayangkan jika sebaliknya kita lahir dari orang tua yang beragama Kristen, mungkin juga kita akan beragama Kristen, pergi ke gereja, memakai salib, dan menganggap bahwa tuhan itu tiga. Olehnya hendaknya setiap muslim mempelajari hal-hal yang pokok yang berkaitan dengan dasar-dasar agamanya agar hatinya tentram dengan kebenaran agamanya dan tidak terbersit dalam hatinya secuilpun kerguan.
Makanya kita temukan istilah “islam KTP,” apa maksudnya? Tentu pembaca sudah paham, bahwa islamnya dan pengamalannya akan agama islam hanya sampai pada sebatas istilah “islam” yang tertulis di KTP-nya, dan tak lebih dari itu. Kemudian kita tidak mengetahui apakah orangnya sesuai dengan KTP-nya atau tidak, faktanya banyak yang tidak. Kata orang, kalau islam KTP itu Cuma mengamalkan islam pada satu bentuk, yaitu dalam bentuk menuliskannya di dalam sebuah kartu, sedangkan yang masuk ke dalam surga hanya kartunya juga, sehingga pemilik kartunya mungkin pergi mencuci mata di neraka sejenak.
Oleh karena itu, Apakah mungkin hanya dengan berucap syahadat, sholat sekali dua kali, puasa setahun sekali, dan tidak membaca al quran bisa dikatakan orang yang betul-betul beriman?!
Orang-orang seperti inilah yang jarang mempersoalkan apakah imannya, apakah sedang naik atau turun.
“apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kamu dengan main-main saja” (al mukminun) jelas tidak, hidup ini punya tujuan, punya arah, dan punya cita-cita yang tinggi. Dan tujuan itu hanya bisa diraih dengan menyesuaikan diri dengan aturan-aturanNya.
“apakah anda mengira bisa masuk surga sedang kami belum menguji anda sebagaimana diujinya kaum sebelum anda, sungguh mereka diuji dengan suatu yang amat berat dan menyakitkan” (al baqarah) ya, itulah hamba yang beriman, ia akan diuji oleh Allah sesuai kadar imannya, agar Allah mengetahui apakah ia betul-betul beriman atau hanya main-main saja.
Agar Allah mengetahui seberapa besar pengorbanan kita untuk agama kita ini, seberapa besar kemauan kita untuk diatur oleh aturan agama ini, dan agar Allah mengetahui seberapa besar iman yang telah dicapai oleh seorang hamba.
“yang telah menciptakan mati dan hidup agar ia menguji anda, siapa yang terbaik amalannya” (al mulk)
Begitulah hikmah diciptakannya kematian agar tidak semua orang main-main dalam hidupnya, karena orang yang beriman yakin bahwa setelah ia mati akan ada hari pembalasan!, jika tidak ada balasan yang disediakan Allah setelah kematian ini niscaya tidak akan ada satu orang shalehpun di dunia ini yang lahir. Dan jika tidak ada kehiduan akhirat maka setelah manusia bosan dengan kehidupan ia akan bersegera mencari kematian.
Maka beruntunglah orang-orang yang yakin dengan datangnya hari pembalasan dan sungguh merugilah orang-orang yang tidak yakin dengan datangnya hari pembalasan!
Maka kita mendapati orang-orang yang berbahagia dengan keimanannya ini, ia berjuang untuk mendapatkan keimanan dan setelah mendapatkannya ia pertahankan, dengan itulah dia bahagia. Orang yang khusyu dengan shalatnya memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata, hatinya difokuskan hanya untuk satu tujuan, yaitu Allah azza wa jalla. Sehingga kebahagiaan hatinya tidak bergantung dari penilian manusia dan penglihatan manusia. Ia merasakan bagaimana lezatnya shalat yang khusyu’ karena hatinya kosong dari mengingat selain-Nya.
Orang yang menjaga pandangannya dari pemandangan syahwat maka hati dan firasatnya akan bersih, noda-noda syahwat tak mewarnai kemilau hatinya, hatinya bersih dari kotoran-kotoran syetan berupa aurat wanita. kebahagiaan hatinya tidak bergantung pada syahwat dan maksiat, akan tetapi hatinya bahagia ketika menjauhi dan menjaga matanya dari melihat yang tidak pantas dilihat.
Fikirannya tak terganggu dengan hadirnya bayang-bayang syahwat yang tersimpan dalam memori otaknya jika ia pernah melihatnya. hatinya akan senantiasa putih disaat syahwat itu tak sempat masuk dalam memorinya.
Hati seorang mukmin senantiasa bergetar ketika mendengar kalam Allah dibacakan, ia takut akan adzab yang dijanjikan, sehingga ia menjauhi segala hal yang bisa menjerumuskan ia ke dalam kehancuran, dan hatinya serasa terbang ke alam yang sangat indah ketika dibacakan ayat-ayat nikmat, sehingga ia mendekati jalan-jalan yang mengantarkannya kesana.
Beruntunglah orang-orang yang selalu mensucikan diri, karena Allah sangat senang dengan yang demikian, dan merugilah orang yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsunya yang merupakan langkah-langkah syetan agar ia bersamanya di dalam neraka yang membakar.
Hanya dengan hidayah Allah-lah kita bisa mensucikan jiwa-jiwa yang kotor ini, hanya dengan kekuatan dari Allah-lah sehingga kita mampu berdiri, ruku’ dan sujud untuk taat kepadanya. Hidayah dan kekuatan ini bisa diraih dengan doa yang sungguh-sungguh. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang ketika datang masanya kita dipanggil oleh Allah yang maha tinggi dengan kalimat-kalimat-Nya yang menyejukkan hati, “wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu secara ridha dan diridhai, masuklah dalam hamba-ku, dan masuklah surgaku ” (al fajr)



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP