..::::::..

Tirani Minoritas Kristen terhadap Mayoritas Islam di Indonesia

Drs. H. Abu Deedat Syihab, MH (Wakil Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Pusat)

Diawali dari peristiwa G30S/PKI tahun 1965, dimana diperkirakan agama Kristen di Indonesia mendapat tambahan 2 juta pengikut baru. Pasalnya, banyak keluarga PKI yang semula beragama Islam meski abangan, demi menyelamatkan diri dan terhimpit persoalan ekonomi, akhirnya mudah dibujuk para misionaris menjadi murtad dan berpindah menjadi Kristen. Apalag waktu itu kebencian pengikut PKI dan keluarganya terhadap golongan santri dari umat Islam sudah mendarah daging, sehingga dengan mudah mereka meninggalkan Islam dan beralih menjadi Kristen dan Katolik.

Setelah itu pihak Kristen dan Katolik gencar menyiarkan ajarannya di kalangan Kaum Muslimin Indonesia. Para misionaris tidak segan-segan keluar masuk rumah umat Islam bahkan menyebarkan berbagai brosur Kristen di Masjid-Masjid. Maka keluarlah SK Menteri Agama Nomor 70 Tahun 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama. Waktu itu Pemerintah melalui Menteri Letjen TNI (Purn) H Alamsyah Ratu Perwiranegara sudah memandang bahayanya Kristenisasi yang sedang gencar-gencarnya di Indonesia bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk itu dikeluarkanlah SK Menteri Agama untuk mencegah terjadinya gesekan dan konflik horizontal antara Islam yang mayoritas versus Kristen minoritas.

Namun bagi pihak Kristen, keberadaan SK, PP, Peraturan Menteri, PBM atau UU tidak masalah karena mereka anggap tidak ada dan selalu dilanggarnya. Sebab pihak Kristen menolak karena bertentangan dengan ajaran agama mereka. Bagi mereka, menyebarkan agama Kristen kepada seluruh makhluk, adalah perintah suci dalam rangka menjalankan amanah Yesus, seperti tercantum dalam Injil Matius pasal 28 ayat 19 dan Injil Markus pasal 16 ayat 15, yang memerintahkan membaptis semua bangsa di dunia dan menyebarkan Injil kepada seluruh penduduk dunia.

Berikut ini wawancara Abdul Halim dari Tabloid Suara Islam dengan Kristolog Drs. H. Abu Deedat Syihab MH seputar Kristenisasi di Indonesia dan bagaimana dampaknya bagi perkembangan dakwah Islam di masa mendatang.

Suara Islam: Mengapa pihak Kristen dan Liberal berusaha menentang RUU Kerukunan Umat Beragama menjadi UU?

Abu Deedat: Tujuan dibuatnya RUU KUB oleh pemerintah adalah untuk menciptakan kerukunan umat beragama. Agar supaya tidak terjadi gesekan antar umat beragama adalah dengan tidak menyebarkan agama kepada umat yang telah beragama. Sehingga diharapkan situasinya menjadi kondusif dan aman. Pemicu utama terjadinya gesekan umat beragama. Pertama, pelanggaran terhadap kode etik pernyiaran agama. SK Menteri Agama Nomor 70 tahun 1978 dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gesekan tersebut. Kedua, pendirian rumah ibadah yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pihak Kristen dan Liberal yang minoritas selalu menetang RUU KUB, menunjukkan sesungguhnya mereka kelompok intoleran terhadap umat Islam mayoritas yang sebaliknya sangat toleran. Sebenarnya aturan itu juga bertentangan dengan konsep teologi Islam. Namun dalam rangka menciptakan kerukunan antar umat beragama, umat Islam menghormati RUU KUB dan mendorongnya menjadi UU. Jangan sekali-kali menyebarkan agama kepada orang yang sudah beragama.

Sebenarnya banyak tulisan mereka seperti Pendeta Situmorang yang menganjurkan bagaimana menangkap ikan dengan pancing dan jala. Kalau dengan pancing hanya dapat satu ikan, dengan jala akan dapat banyak ikan. Namun masalahnya, kalau memancing dan menjala ikan di kolam milik orang lain, apalagi kolam ikannya dipancingi dan dijala setiap hari, tentu yang punya kolam akan marah.

Suara Islam: Sebagai kelompok minoritas, mengapa Kristen berani berhadapan dengan umat Islam seperti dalam kasus UUPA, UU Perkawinan, UU Sisdiknas dan terakhir RUU KUB ?

Abu Deedat: Mereka berlindung atas nama HAM, yang selama ini digembar-gemborkan AS, padahal negara mereka sebagai pelanggar HAM terbesar di dunia.

Suara Islam: Apakah banyak umat Islam Indonesia yang murtad karena bujukan ekonomi dari misionaris Kristen ?

Abu Deedat: Biasanya orang Islam murtad karena faktor ekonomi dan iman, kelemahan inilah yang dimanfaatkan para misionaris. Tetapi sebaliknya di Eropa, AS dan Australia banyak gereja yang dijual karena kebenaran ajaran Kristen termasuk Kitab Sucinya sudah tidak diyakini lagi oleh mereka. Sehingga mereka menyiarkan agamanya kepada negara berkembang yang dalam kondisi lemah dan miskin terutama di Asia dan Afrika.

Seperti Indonesia dimana banyak orang miskin, maka banyak yang murtad. Apalagi para misionaris sekarang cukup berani memanfaatkan HAM sehingga mereka berani mengacak-acak Islam dengan dalih kebebasan HAM. Sekarang banyak buku menghujat Islam diterbitkan mereka, padahal ini suatu pelanggaran, tetapi mereka memanfaatkan atas nama kebebasan berekspresi dan HAM.

Suara Islam: Apakah dasar teologi Kristen lemah ?

Abu Deedat: Sangat lemah sekali! Konsep teologi Kristen tidak berdasarkan wahyu sebagaimana Islam, tetapi berdasarkan konvensi seperti trinitas. Kalau konsep teologi Islam berdasarkan wahyu, bukan hasil konvensi, muktamar, musyawarah atau kongres.

Misalnya, banyak ayat dalam Al Kitab yang mengajarkan radikalisme dan pornografi. Kerusakan moral di Barat dikarenakan Al Kitab sendiri mengajarkan pornografi. Sebagaimana dikatakan sosiolog Roostow, Bible jangan sampai dibaca anak kecil, lebih baik dimasukkan dalam peti besi dan kuncinya dibuang ke lautan.

Suara Islam: Bagaimana dengan 4 Injil dalam Kristen ?

Abu Deedat: Memang selama ini ada 4 Injil yang disepakati gereja, walaupun diantara keempatnya saling berbeda. Seperti dalam konsep penyaliban Yesus, antara Injil Markus dan Injil Yohanes berbeda. Kalau Injil Yohanes jam 12 belum disalib, tetapi Injil Markus jam 9 sudah disalib.

Apalagi sekarang para teolog Kristen seudiri sudah mengadakan kajian secara intensif, mereka terdiri dari 76 orang Doktor Teologia Kristen yang mengadakan seminar tentang keotentikan 5 Gospel (Injil) yang ditambah dengan Injil Thomas. Hasilnya mereka menyimpulkan 82 persen Injil tidak bersmumber dari Yesus, hanya 18 persen yang bersumber dari Yesus. Jadi sudah jelas sekali ajaran Kristen sesungguhnya bersumber bukan dari Yesus.

Suara Islam: Kalau Kristen dan Liberal mengatakan RUU KUB merupakan intervensi negara terhadap agama, bagaimana komentar anda ?

Abu Deedat: RUU KUB bukan mengatur soal agama dan teologi. Pemerintah membuat UU agar diantara umat beragama tidak terjadi gesekan di grass-roots. Bahkan di Barat juga ada UU nya. Tetapi masalahnya, kalau Kristen dalam posisi minoritas, mereka selalu berbicara tidak ada mayoritas dan minoritas. Tetapi kalau Kristen mayoritas seperti di Filipina, semua itu tidak berlaku. Itulah salah satu strategi mereka salama ini.

Suara Islam: Bagaimana perkembangan Kristen di Indonesia, berhasil atau gagal ?

Abu Deedat: Untuk menilai perkembangan Kristen di Indonesia, perlu dilihat bagaimana perkembangan gereja. Tidak ada rumah ibadah paling cepat perkembangannya seperti gereja. Jika dibandingkan Masjid, gereja lebih cepat pertumbuhannya di Indonesia.

Suara Islam: Padahal sudah ada SKB 3 Menteri dan Peraturan Bersama Menteri (PBM), mengapa gereja terus tumbuh dengan pesat tanpa mengindahkan aturan perundang-undangan yang berlaku ?

Abu Deedat: Kalau itu merupakan keputusan bersama dan disepakati para wakil majelis agama, seharusnya semua patuh dan mengikutinya. Tetapi bagi Kristen, ada atau tidak ada peraturan sama saja dianggap tidak ada. Karena mereka mempunyai keyakinan pada amanat Yesus di Matius 28 ayat 19 yang memerintahkan membaptis semua orang, itulah persoalannya. Makanya mereka menganggap peraturan pemerintah itu bertentangan dengan perintah Yesus.

Padahal sebenarnya umat Islam juga bertentangan, karena umat Islam memiliki kewajiban untuk mendakwahi umat lainnya. Tetapi demi kebersamaan, itu tidak kita lakukan. Karena itu selama mereka tetap memaksakan kehendaknya dengan menyebarkan agamanya kepada orang yang sudah memiliki agama, maka bisa terjadi konflik horizontal di masyarakat. Karena itu pemerintah perlu membuat RUU KUB, semua itu dalam rangka untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama.

Suara Islam: Apakah Kristen merupakan agama intoleran ?

Abu Deedat: Mereka sangat tidak toleran. Kalau berbicara toleran, apakah ada di negara-negara Kristen Eropa dan AS, bisa mendirikan Masjid sebanyak-banyaknya. Sementara di Indonesia, mereka bisa mendirikan gereja sebanyak-banyaknya. Bahkan di Bekasi banyak gereja yang dibangun seperti di Perumahan Harapan Baru dimana terdapat 7 gereja sedangkan Masjidnya hanya 1. Apakah itu masih dibilang umat Islam tidak toleran ? Apakah umat Islam di Eropa dan AS diizinkan untuk mendirikan masjid sebebas-bebasnya seperti mendirikan gereja di Indonesia. Misalnya di Yunani, untuk mendirkan sebuah masjid saja perlu waktu 100 tahun untuk memperoleh ijinnya. Apakah itu merupakan bukti bahwa mereka toleran, jelas tidak !

Apakah di negara-negara Kristen Eropa dan AS, pernah memikirkan hari libur selain natal seperti Idul Fitri atau Idul Adha. Kalau di Indonesia semua agama ada hari liburnya padahal mereka minoritas sedangkan kita mayoritas mutlak. Di Eropa dan AS, hari libur nasional Idul Fitri dan Idul Adha tidak mungkin terjadi.

Berbicara mengenai pemerintahan di Eropa atau AS sekalipun, apakah ada pejabat tinggi mereka yang beragama Islam. Tetapi di Indonesia walaupun Kristen minoritas, di KIB ada beberapa menteri Kristen. Itu merupakan bukti bahwa umat Islam Indonesia sangatlah toleran. Sesungguhnya merekalah yang tidak toleran. Itu namanya tirani minoritas terhadap mayoritas. Mereka hanya teriak toleransi kalau minoritas, tetapi kalau mayoritas toleransi tidak berlaku. Mereka selalu berteriak seolah-olah umat Islam tidak toleran, padahal umat Islam umat paling toleran di muka bumi ini.

Suara Islam: Seandainya Kristen mayoritas di Indonesia, apakah pembantaian terhadap umat Islam bisa terjadi seperti di Spanyol dulu dan Filipina Selatan sekarang ini ?

Abu Deedat: Ya pasti akan terjadi ! Nasib umat Islam pasti akan sangat menderita. Tidak mungkin umat Islam akan bisa hidup dengan nyaman dan damai. Umat Islam bukannya tidak suka pada umat Kristen, tetapi yang tidak disukai adanya Kristenisasi. Kalau mereka tidak melakukan Kristenisasi, maka umat Islam bisa hidup secara berdampingan dengan damai. Kalau memancing ikan di kolam orang lain, tentu akan berhadapan dengan pemilik kolamnya.

Suara Islam: Umat Islam menghormati Nabi Isa sebagai seorang Nabi dan Rasul bukan anak Tuhan, tetapi mereka selalu menghina Nabi Muhammad SAW ?

Abu Deedat: Banyak hinaan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak hanya menghina Nabi, tetapi juga menghina Al Qur’an yang dikatakannya sebagai ayat-ayat Setan. Padahal umat Islam menganggap Nabi Isa AS sebagai Nabi umat Islam dan itu bagian dari rukun Iman.

Suara Islam: Pihak Kristen mengatakan selalu dihalang-halangi untuk mendirikan rumah ibadah. Bagaimana tanggapan anda ?

Abu Deedat: Jelas berbeda antara mendirikan rumah ibadah dengan kebebasan beragama. Kebebasan beragama dilindungi UU, sehingga tidak ada larangan orang melakukan ibadah. Jadi yang diatur adalah pendirian rumah ibadah, bukan larangan ibadah. Pendirian rumah ibadah harus sesuai dengan kebutuhan, jangan hanya ada 2 keluarga Kristen terus didirikan gereja.

Memang pendirian gereja menjadi modal paling efektif untuk perkembangan Kristen di seluruh dunia. Karena itu mereka berusaha mendirikan gereja sebanyak-banyaknya. Inilah yang menjadi salah satu metode paling efektif di dunia. Sebenarnya mereka bukan butuh rumah ibadah, sebab bisa bergabung dengan rumah ibadah yang sudah ada. Jadi sesungguhnya mereka hanya memaksakan kehendak. Dalam buku “Penginjilan dan Misi Pendirian Rumah Ibadah” yang ditulis Pendeta Nico Notoraharjo, sangatlah jelas pendirian gereja merupakan metode penginjilan paling efektif dimuka bumi ini.

Adapun yang diatur pemerintah itu bukan masalah ibadahnya, tetapi pendirian rumah ibadahnya. Kalau berdasarkan Peraturan Bersama Menteri (PBM) tahun 2006, ruko yang dipakai sementara untuk rumah ibadah hanya berlaku selama 2 tahun. Padahal sekarang banyak ruko yang tak memiliki izin sementaranya dan sudah bertahun-tahun tetap mereka gunakan sebagai gereja. Hal itu suatu pelanggaran atas PBM tahun 2006.

Maka sangatlah perlu pemerintah membuat RUU KUB agar betul-betul tercipta kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Justru disini menjadi bukti kalau umat Islam itu mendukung program pemerintah, sedangkan Kristen tidak mau mendukungnya. Berbagai peraturan yang dibuat pemerintah selalu mereka langgar. Bahkan Kristen RMS di Maluku dan OPM Papua ingin mendirikan negara sendiri yang terpisah dari NKRI. Jadi siapa sekarang yang mati-matian berusaha mempertahankan keutuhan NKRI, jelas umat Islam yang sejak dulu berjuang melawan Kolonial Kristen Belanda yang menjajah negeri ini selama 350 tahun.

Jaka | Edisi : 123 – 8-22 Dzulhijjah 1432 H – 4-18 November 2011 M

http://www.suara-islam.com/tabloid.php?tab_id=27

dipublikasikan ulang oleh hukmulislam.blogspot.com



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP