..::::::..

Keajaiban Syiah

Salah satu dampak dari disepakatinya hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan dan beberapa bidang lainnya antara Indonesia dan Iran, yang baru-baru ini ditandatangani oleh kedua kepala negara adalah semakin terbukanya kesempatan bagi penganut Syiah—agama mayoritas penduduk Iran—untuk menyebarkan ajaran agama mereka kepada masyarakat Indonesia.

Banyak orang yang beranggapan bahwa Syiah adalah salah satu madzhab dalam Islam. Salah satu penyebab munculnya anggapan seperti ini adalah akidah taqiyah mereka. Taqiyah adalah satu sikap menyembunyikan kebenaran yang konon jika ditampakkan akan membawa malapetaka bagi diri atau agama seseorang. Pada mulanya, taqiyah dilakukan karena takut terjadinya penindasan dari pihak pemerintah. Tetapi selanjutnya diamalkan untuk menipu, berbohong, dan seterusnya untuk menghalalkan sesuatu yang haram atau sebaliknya.

Ringkasnya, taqiyah adalah berdusta untuk menjaga rahasia. Hakekat Syiah memang terkadang sulit diketahui bahkan oleh para pengikutnya sendiri—kecuali dengan merujuk kepada buku-buku referensi utama mereka. Itu semua dikarenakan akidah taqiyah dan kitman (sikap menjaga rahasia) yang ada pada mereka. Bahkan mereka berpenampilan seakan-akan mencintai Ahlus Sunnah, sehingga semua ini menjadikan orang-orang yang polos dari kalangan Ahlus Sunnah tertipu dan terpedaya oleh mereka.

Abu Ja'far berkata, "Taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku. Dan tidak beragama bagi orang yang tidak bertaqiyah." (Ushulul Kafi: 219).

Al Kulaini juga menukil dari Abu Abdillah, ia berkata, "Hai Abu Umar, sesungguhnya 90% dari agama ini adalah taqiyah, tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyah. Taqiyah mutlak dalam segala hal, kecuali dalam urusan khamar dan mengusap khuf (sepatu slop)." (Ushulul Kafi: 482).

Sungguh ajaib, 90% dari agama mereka adalah berdusta. Tapi apa kata Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì tentang para pendusta,?
"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta." (QS. An-Nahl: 105).

Nah, sebelum jurus taqiyah mereka menelan korban semakin banyak, ada baiknya kita melihat akidah mereka dari buku-buku referensi utama mereka.

SEJARAH LAHIR SYIAH
Syiah lahir ke permukaan ketika seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba' hadir dengan mengaku sebagai seorang Muslim, mencintai Ahlul Bait (keluarga Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã), berlebih-lebihan dalam menyanjung Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, dan mendakwahkan adanya wasiat tentang kekhalifahannya, yang pada akhirnya ia mengangkatnya sampai ke tingkat ketuhanan. Idiologi inilah yang akhirnya diakui oleh buku-buku Syiah itu sendiri.

Tidak rela disebut berasal dari Yahudi, orang-orang Syiah mencoba mengingkari Abdullah bin Saba' dengan mengatakan, "Itu adalah tokoh fiktif yang dibuat-buat oleh Ahlus Sunnah."

Tapi apa kata ulama-ulama mereka? Al Qummi, pengarang buku Al Maqalat wal Firaq mengaku dan menetapkan akan adanya Abdullah bin Saba' ini. (Al Maqalat wal Firaq, hal. 10-21).

Bahkan salah satu ulama kontemporer mereka, Muhammad Husein Al Zain berkata, "Apa pun kenyataannya, sesungguhnya pria ini—maksudnya Ibnu Saba'—adalah nyata di alam wujud. Dialah yang menampakkan pengkultusan. Sekalipun sebagian Syiah mengingkarinya dan menganggapnya sebagai tokoh yang fiktif… Adapun kami, menurut penelitian terakhir yang tidak diragukan lagi, bahwa ia memang ada dan begitu pula pengultusannya." (Asy-Syiah fit Tarikh, hal: 213).

KONTROVERSI AJARAN SYIAH
1. Akidah Syiah dalam Masalah Tauhid

* Mereka menyifati Allah dengan sifat al bada', yaitu Allah baru mengetahui sesuatu setelah terjadi.



Abu Abdillah berkata, "Seseorang belum dianggap beribadah kepada Allah sedikit pun, hingga ia mengakui adanya sifat bada' bagi Allah." (Ushulul Kafi fi Kitabit Tauhid: 1/331).

Bayangkan, mereka menisbahkan kebodohan kepada Allah yang telah berfirman,

"Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Allah." (QS. An-Naml: 65).

Sementara di sisi lain, mereka berkeyakinan bahwa para imam mereka mengetahui segala ilmu pengetahuan dan tak ada sedikit pun yang samar baginya.

Al Kulaini, seorang ulama paling terpercaya di kalangan Syiah—laksana Imam Bukhari di kalangan Ahlus Sunnah—berkata di dalam bukunya, "Bab bahwa para imam mengetahui ilmu yang telah dan akan terjadi, dan tidak ada sesuatu apa pun yang tersembunyi bagi mereka." (Al Kafi: 1/261).

* Syiah berkeyakinan bahwa langit dan bumi serta isinya adalah milik imam mereka. Sebagaimana mereka pun berkeyakinan bahwa tuhan mereka berbeda dengan Tuhan kaum Muslimin.




Imam mereka, Al Khomeini berkata, "Sesungguhnya para imam itu memiliki kedudukan yang terpuji dan derajat yang tinggi serta kepemimpinan pembentukan, yang tunduk dan taat di bawah kepemimpinan dan kekuasaannya itu seluruh jagad raya." (Al Hukumah Al Islamiyah: 52).

Demikian pula salah satu imam mereka, Ni'matullah Al Jazairi berkata, "Sesungguhnya kami tidak bersatu dengan mereka—maksudnya dengan Ahlus Sunnah—dalam ketuhanan Allah, tidak pula dalam kenabian, atau masalah keimanan. Karena mereka mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah yang telah mengutus Muhammad dan khalifah setelahnya Abu Bakar. Maka kami tidak mengakui Tuhan yang seperti itu, dan tidak pula mengakui Nabi itu. Sesungguhnya Tuhan yang menjadikan pengganti Nabi-Nya adalah Abu Bakar, bukan Tuhan kami. Dan tidak pula Nabi itu nabi kami." (Al Anwar an-Nu'maniyyah: 1/278).

Tanyakan pada orang-orang Syiah, jika demikian, siapa Tuhan dan nabi mereka?

2. Aqidah Syiah tentang Al Qur'an

* Menurut kepercayaan penganut Syiah, al Qur'an yang ada sekarang sudah diubah, ditambah dan dikurangi oleh para sahabat dan tidak asli lagi.

Seorang ulama Syiah, Al Kusysyi berkata, "Tidak sedikit pun isi kandungan Al Qur'an—yang digunakan oleh Ahlus Sunnah sekarang—yang boleh kita jadikan pegangan." (As-Safi: 1/33).

Al Kulaini berkata di dalam bukunya, Al Kafi, buku yang dianggap paling shahih oleh orang-orang Syiah, "Dari Hisyam, dari Salim, dari Abu Abdillah, "Sesungguhnya Al Qur'an yang dibawa oleh Jibril Alaissalam kepada Rasulullah 17.000 ayat. Adapun yang terkenal saat ini, ayat Al Qur'an tidak lebih dari 6.000 ayat kecuali sedikit." (Al Kafi: 2/634).

Menurut Syiah, Al Qur'an yang asli berada di tangan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu yang kemudian diwariskan kepada putera-puteranya, dan pada masa sekarang ini, Al Qur'an yang asli berada di tangan Imam Mahdi al Muntazhar yang mereka namakan dengan Mushaf Fatimah.

Syiah telah membuat riwayat dari Abu Abdillah, bahwa ia berkata, "Sesungguhnya di sisi kami ada Mushaf Fatimah. Namun mereka tidak tahu apa Mushaf Fatimah itu. Abu Basyir bertanya, "Apa Mushaf Fatimah itu?" Abu Abdillah menjawab, "Sebuah mushaf yang tiga kali lipat dari apa yang terdapat dalam mushaf kalian (umat Islam). Demi Allah! Tidak ada padanya satu huruf pun dari Al Qur'an kalian…" (Ushulul Kafi: 1/239-240).

Subhanallah! Jika seandainya Mushaf Fatimah itu betul-betul ada, dan tidak ada satu pun dari huruf-hurufnya yang sama dengan huruf Al Qur'an, lalu menurut Anda, kira-kira Al Qur'an mereka berbahasa apa?

Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman, artinya,

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya." (QS. Yusuf: 2).

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al Hijr: 9).

Bukankah apa yang telah dikatakan oleh Syiah tersebut di atas merupakan suatu bentuk pelecehan terhadap Al Qur'an sekaligus penghinaan kepada Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, karena Dia tidak mampu merealisasikan jaminan-Nya untuk menjaga Al Qur'an? Ini merupakan salah satu misi Yahudi dengan berkedok Syiah sebagai bentuk konspirasi jahat mereka untuk merusak dan mengaburkan referensi utama umat Islam.

3. Akidah Syiah tentang As-Sunnah (Hadits Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã)
Syiah menolak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para ahli hadits Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti Imam Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan lainnya. Kalaupun mereka menyebutkannya, itu dalam rangka taqiyah atau jika itu mereka anggap mendukung ajaran mereka. Syiah hanya menerima hadits yang diriwayatkan oleh perawi Ahlil Bait. Menurut Syiah, hadits bukan semata-mata dari Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã, tetapi juga dari Imam 12 yang maksum. Nilai perkataan imam yang maksum senilai dengan wahyu dan sabda Nabi. Keyakinan bahwa imam adalah maksum, menjadikan semua perkataan yang keluar dari mereka adalah shahih. Maka tidak diperlukan menyandarkan sanadnya kepada Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã sebagaimana di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. (Tarikh Al Imamiyah, Abdullah Faiyad, hlm. 140).

Al Kulaini telah menulis sebuah bab dalam bukunya dengan judul: "Bab bahwa para malaikat memasuki rumah para imam dan menginjak permadani mereka serta memberikan informasi kepada mereka." (Ushulul Kafi: 1/393-394).

Al Khomeini berkata, "Sesungguhnya imam itu memiliki kedudukan yang terpuji dan derajat yang tinggi serta kepemimpinan pembentukan yang tunduk di bawahnya seluruh aktifitas alam. Dan merupakan sesuatu yang harus diyakini di dalam madzhab kita adalah bahwa para imam kita itu memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai baik oleh para malaikat yang dekat dengan Allah atau pun oleh para nabi yang diutus." (Al Hukumah Al Islamiyah: 52).
Insya Allah bersambung…(Al Fikrah)

Sumber:
Makalah "Menelusuri Kontroversi Ajaran Syiah" oleh Ustadz Zezen Zaenal Mursalin, Lc yang disampaikan dalam Seminar Nasional "Menapak…Jejak Syiah" di Gedung Baruga A. P. Pettarani UNHAS.
wahdah.or.id

dipublikasikan ulang oleh hukmulislam.blogspot.com



Artikel Terkait:

1 komentar:

Anonim 7 November 2012 pukul 22.17  

1 pun gk ad yang bner inih...
Nyesel gw mampir..!!
Gk ad pencerahan, gw pindah k'syiah aj dah"
Karena sejarah memang harus diketahui semua umat islam biar pada twu kebenaran itu

Tolong kalo twu sejarah ghadirkum dong bos kasih twu k'saya

Trus lagi setelah wafat rasulullah saw kejadian apa sih yang menimpa putri kesayangan baginda rasulullah

Lalu ap yang mereka lakukan thdap ahlullbait yaitu tepatnya pada masa muawiyah





Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP