..::::::..

Serial Aurat Buku Syaikh Idahram-2 (bag. 2)

“MEREKA MEMALSUKAN
KITAB-KITAB KARYA ULAMA KLASIK”
Episode Kebohongan Publik Sekte Salafi Wahabi
Bagian (2)
Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag.
Belakangan diketahui bahwa nama Syaikh Idahram adalah Marhadi kelahiran 1975, sengaja dia samarkan dengan membalik hurufnya menjadi Idahram mengikuti model bahasa Kera Ngalam/Arek Malang.  Kemudian dia beri gelar Syaikh di depannya, yang di negeri kita ini maknanya adalah orang yang sepuh usia dan sepuh ilmunya, ternyata kenyataannya  tidak demikian. Ini bisa disebut sebagai perbuatan mengecoh atau mengelabui yang dalam bahasa arab dan dalam disiplin ilmu hadits disebut tadlis. Oleh karena itu mulai sekarang kita panggil dengan panggilan Ustadz, sebagaimana lazimnya di Indonesia.  Ustadz Idahram, penulis buku “
01 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)
Secara meyakinkan dan terang-terangan telah melakukan “kedustaan kebohongan” di depan publik, dengan menuduh Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab dengan tuduhan-tuduhan keji sebagai orang yang ajarannya sesat, (setan berbentuk manusia, pemimpin aliran sesat yang sudah diprediksi oleh Nabi sebelumnya dan diperintahkan untuk dibunuh dan dijanjikan pahala bagi yang membunuhnya, karena ia dan kelompoknya melakukan teror kepada umat Islam), mengkafirkan umat Islam, membakar kitab dan mengajarkan pengikutnya untuk memalsukan kitab para ulama dan lain sebagainya. Hal itu didasarkan pada pemahamannya (terjemahannya) yang salah fatal terhadap 
ucapan Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab!!!
Pembaca yang kami hormati, Syaikhul Islam ibnu Taimiyah berkata:
  وكثير من الناقلين ليس قصده الكذب، لكن المعرفة بحقيقة أقوال الناس من غير نقل ألفاظهم، وسائر ما به يعرف مرادهم قد يتعسر على بعض الناس، ويتعذر على بعضهم
“Banyak dari orang yang mengutip bukan maksudnya berdusta tetapi mengetahui hakekat ucapan manusia tanpa mengutip redaksi mereka, dan semua apa yang dengannya bisa diketahui maksud mereka, terkadang sulit atas sebagian manusia, dan tidak mungkin bagi sebagian mereka (yang lain).” (Lihat Minhaj as-Sunnah, 6/3030)
Ibnul Qayyim berkata:
صحة الفهم وحسن القصد من أعظم نعم الله التي أنعم بها على عبده، ثم قال  وصحة الفهم نور يقذفه الله في قلب العبد، يميز به بين الصحيح والفاسد، والحق والباطل، والهدى والضلال، والغي والرشاد  (
“Benarnya pemahaman dan bagusnya maksud (niat) adalah termasuk nikmat Allah yang paling agung yang dianugerahkan kepada hamba-Nya. Kemudian berkata: Benarnya  pemahaman adalah cahaya yang dilontarkan oleh Allah di hati hamba-Nya, dengannya ia membedakan antara yang benar dan yang rusak, yang hak dan yang batil, petunjuk dan kesesatan, penyimpangan dan kelurusan.” (lihat A’lamul Muwaqqi’iin, 1/87)
Oleh karena itu mari kita memohon kepada Allah ilmu yang benar dan pemahaman yang tepat, khususnya pada saat menghadapi masalah yang rumit. Syaikhul islam ibn Taimiyah kalau menghadapi masalah sulit yang sudah buntu pikiran berdoa kepada Allah diantaranya dengan:
يا معلّم ابراهيم علمني ويا مفهّم سليمان فهمني.
“Wahai Yang Maha mengajari Ibrahim ajarilah aku dan wahai yang Memahamkan Sulaiman fahamkanlah aku.”
Karena jika tidak diberi ilmu dan pemahaman maka akan terjerumus kepada kekeliruan, kezhaliman dan fitnah, serta menelanjangi auratnya sendiri di hadapan orang –di dunia dan juga di akhirat jika tidak bertaubat- seperti yang kita saksikan bersama dialami oleh Ustadz Marhadi ini. –Alhamdulillah alladzi ‘afana mimma ibtalahu bih-
Berikut ini adalah auratnya yang kedua:
Di halaman 166-167 dia menulis sebagai berikut :
 02 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)
 03 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)
Komentar:
1. Sudah kita terangkan bahwa tawassul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bukan kufur dan bukan syirik, selalu saja orang menuduh Syaikh mengkafirkan orang yang bertawassul. Faham yang salah ini juga dibawa oleh KH. Muhammad Idrus Ramli penulis buku Madzhab Asy’ari benarkah ahlussunnah? saat bertemu dengan saya di Surabaya[1]. Faham ini  juga dibawa oleh Tenku Dzulkarnaen dalam bukunya  Salah Faham halaman 237.
 04 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)
Ternyata mereka ikut KH. Sirajuddin Abbas penulis 40 Masalah Agama, dan KH. Sirajuddin mengikuti orang lain sebelumnya.
 05 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)
Di dalam makalah pertama sudah kita buktikan bahwa menuduh syaikh mengkafirkan orang yang bertawassul adalah fitnah, tuduhan, kebohongan dan kebatilan.
2. Model Terjemah yang menyesatkan:
Ucapan Syaikh begitu jelas dan gamblang:
من لم يكفر المشركين، أو شك في كفرهم، أو صحح مذهبهم كفر
Yang artinya: “barang siapa tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau meragukan kufur mereka atau membenarkan madzhab mereka maka ia kafir.”
Namun sangat disayangkan Ustadz Marhadi menerjemah sesuai dengan keinginan dirinya bukan sesuai dengan keinginan pemilik ucapan. Dia terjemahkan: “barang siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik-yakni umat islam yang bertawassul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Melakukan dzikir jama’i, tahlilan, peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isra` mi’raj, dll, pen.- atau ragu untuk mengkafirkan mereka, atau membenarkan madzhab mereka maka dia telah kafir.”
Untuk mengetahui bahaya dan lucunya model terjemahan ini, mari kita terapkan pada ayat-ayat al-Qur`an. Allah berfirman:
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ
“Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu -yakni umat islam yang bertawassul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,. Melakukan dzikir jama’i, tahlilan, peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isra` mi’raj, dll, pen.- dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.” (QS. At-Taubah, 5)
أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ 
“Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan-yakni umat islam yang bertawassul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,. Melakukan dzikir jama’i, tahlilan, peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isra` mi’raj, dll, pen.-.” (QS. An-Nahl, 123)
Atau kita terapkan pada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
أَخْرِجُوْا الْمُشْرِكِيْنَ مِنْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ
“Keluarkan orang-orang musyrik-yakni umat islam yang bertawassul dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,. Melakukan dzikir jama’i, tahlilan, peringatan maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isra` mi’raj, dll, pen.-  dari jazirah arab.” (HR. Bukhari, Muslim)
Pertanyaannya : apakah boleh menerjemah dengan cara begini? Jelas tidak boleh. Mengapa? Sebab bukan itu yang dimaksud oleh Allah dan Rasulnya. Begitu pula, tidak boleh menerjemah ucapan Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab Rahimahullah dengan cara begitu sebab bukan begitu yang beliau maksud. Dari mana kita tahu maksudnya? Dari ucapannya dan penjelasannya, dari penjelasan para muridnya dan pengikutnya. Jika kita menerjemah tidak berdasarkan maksud si pembicara maka kita telah berbuat zhalim, dusta, dan nista.
3. Maksud ucapan syaikh yang sebenarnya:
Syaikh Muhammad berkata : Ketahuilah bahwa pembatal islam itu ada 10 :
الأول : من النواقض العشرة : الشرك في عبادة الله تعالى ، قال الله تعالى : { إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ } 1) وقال تعالى : { إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ } ومنه الذبح لغير الله ، كمن يذبح للجن أو للقبر.
 الثاني : من جعل بينه وبين الله وسائط يدعوهم ويسألهم الشفاعة ويتوكل عليهم فقد كفر إجماعا.
الثالث : من لم يكفّر المشركين أو شك في كفرهم أو صحح مذهبهم كفر .
Pertama : Syirik dalam beribadah kepada Allah. Allah berfirman yang artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa`: 116). Dan dia berfirman yang artinya: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72) diantaranya adalah menyembelih untuk selain Allah, seperti untuk jin atau untuk kuburan.
Kedua : Barang siapa menjadikan antara dirinya dan Allah perantara-perantara yang ia berdoa kepada mereka dan meminta syafaat kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka maka ia kafir secara ijma’.
Ketiga : Barang siapa tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau ragu-ragu tentang kufurnya mereka atau membenarkan madzhab mereka maka ia kafir.” (Ini disebut oleh beliau dalam beberapa kitabnya; al-Wajibat al-Mutahattimat ‘ala kulli muslim wa muslimah, daftar isi oleh abu ayyub al-Sulaiman, hal. 4;)
Sementara dalam kitab ar-Rasail al-Syakhshiyyah, daftar isi oleh abu Ayyub al-Sulaiman, risalah 32, ditujukan kepada Muhammad ibn Faris, hal 125, disebutkan contoh syirik (pembatal pertama):
ومنه الذبح لغير الله كمن يذبح للجن أو القباب.
Diantaranya adalah menyembelih untuk selain Allah, seperti untuk jin atau untuk kubah-kubah kuburan.” Ini juga disebutkan dalam dalam kitab Mausu’ah Muallafat al-Imam Muhammad Ibn Abdul wahhab, yang dikumpulkan oleh Abu Ayyub al Sulaiman, 8/125, hanya saja ayat dari surat al-Maidah tidak disebut.
Sementara dalam kitab Nawaqidhul Islam tulisan syaikh Abdul Aziz ibn Baz, disebutkan contoh syirik (pembatal pertama):
ومن ذلك دعاء الأموات ، والاستغاثة بهم ، والنذر والذبح لهم.
Diantaranya adalah berdoa (meminta hajat) kepada orang mati, istighatshah (meminta pertolongan keselamatan, pada saat genting) kepada mereka, bernadzar dan menyembelih karena mereka .
Kemudian Syaikh Abdul Aziz Ibn Abdillah al-Rajihi dalam kitab As`Ilah Wa Ajwibah Fil Iman Wal Kufr, pada soal ke 23 ditanyakan:
ما معنى قول الشيخ محمد بن عبد الوهاب في الناقض الثالث من نواقض الإسلام : (من لم يكفر المشركين أو شك في كفرهم أو صحَّح مذهبهم فهو مثلهم)؟
الجواب:
معنى هذا أن من اعتقد أن المشركين على حق أو توقَّف في ذلك فهو كافر ؛ لأنه لم يكفر بالطاغوت ؛ لأن التوحيد لا بد فيه من أمرين :
الأمر الأول : الكفر بالطاغوت .
الأمر الثاني : الإيمان بالله .
وهذا هو معنى : ( لا إله إلا الله ) وأن معناها : لا معبود بحقٍ إلا الله
Jawab :
Maknanya, barang siapa meyakini bahwa orang musyrik itu berada di atas kebenaran atau dia diam tidak mau bersikap (ragu-ragu) dalam hal itu maka dia kafir sebab dia tidak menyatakan kufur kepada thaghut, sebab tauhid itu harus mengandung 2 unsur : pertama : kufur kepada thaghut dan kedua : iman kepada Allah.
Ini adalah makna Laa ilaaha illallah, yang artinya : tidak ada sesembahan yang benar selain Allah.
***
Syaikh dalam Rasailnya telah menjelaskan macam-macam syirik akbar dengan dalil-dalilnya, yaitu:
  • Syirik berdoa kepada selain Allah
  • Syirik taat yaitu mentaati para pemimpin dan ulama su` dalam mengharamkan apa yang Allah halalkan, atau menghalalkan apa yang Allah haramkan, atau menghukumi dengan selain yang Allah turunkan.
  • Syirik mahabbah bersama Allah
  • Syirik iradah dan al-qashd; yaitu menampakkan Islam dan menyembunyikan kufur
Beliau juga menjelaskan perbedaannya dengan syirik ashghar.
Jadi tidak ada yang disebut syirik tawassul, syirik dzikir jama’i, syirik perayaan maulid dlsb seperti yang dituduhkan pada beliau oleh musuh-musuhnya.
Sementara Syaikh ibn Baz (7/415) menjelaskan:
ومن لم يكفر الكافر فهو مثله :
إذا أقيمت عليه الحجة وأبين له الدليل فأصر على عدم التكفير ,كمن لا يكفر اليهود أ والنصارى أو الشيوعيين أو نحوهم ممن كفره لا يلتبس على من له أدنى بصيرة وعلم .
“Barang siapa tidak mengkafirkan orang kafir maka ia sama dengannya:
Jika telah ditegakkan hujjah dan dijelaskan padanya dalil lalu ia masih bersikeras untuk tidak mau mengkafirkan, seperti orang yang tidak mau mengkafirkan orang yahudi, atau nasrani atau komunis atau yang sepadan dari orang-orang yang kufurnya tidak samar atas orang yang memiliki ilmu dan pemahaman minimal.”
Lalu beliau menjelaskan tentang orang yang tidak mengkafirkan tarikusshalah (28/234):
ومن شك في كفر هذاـ (تارك الصلاة) ـ لا يكون كافرا ؛
لأنه محل اجتهاد بين أهل العلم ، فمن رأى بالأدلة الشرعية أنه كافر وجب عليه تكفيره ،
ومن شك في ذلك، ولم تظهر له الأدلة، ورأى أنه لا يكفر كفرا أكبر بل كفر أصغر،
فهذا معذور في اجتهاده، ولا يكون كافرا بذلك
“Barang siapa meragukan kufurnya orang yang tidak shalat maka tidak kafir. Karena ia adalah medan untuk berijtihad antara ahli ilmu. Barang siapa melihat berdasarkan dalil-dalil syar’i bahwa ia kafir maka wajib mengkafirkannya, barang siapa meragukan hal itu dan belum tampak terang baginya dalil-dalil, dan melihat bahwa dia tidak kafir dengan kekuruan yang besar tetapi kufur kecil maka orang ini dimaklumi alasannya dalam ijtihadnya, dan tidak kafir karenanya.”
Sekali lagi, tidak ada yang namanya mengkafirkan orang yang tawassul, maulid Nabi dlsb.
Lebih jelasnya silakan disimak penjabaran dari pembatal Islam ke-3 tadi, yang disyarah oleh Nashir ibn Hamd :
__________
فإن قاعدة (من لم يكفر الكافر فهو كافر) قاعدة معروفة مشهورة ، وهي الناقض الثالث من نواقض الإسلام التي ذكرها الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله تعالى حيث قال :
(
الثالث : من لميكفر المشركين أو يشك في كفرهم أو صحح مذهبهم كفر) .
إلا أن هذه القاعدة ليست على هذا الإطلاق ، بل فيها تفصيل من أغفله وقع في الباطل من تكفير المسلمين أو ترك الكفار الأصليين بلا تكفير ، وتفصيل هذا الأمر كما يلي :
اعلم أولاً أن الأصل في هذه القاعدة ليس من جهة ملابسة الكفر قولاً أو فعلاً ، بل من جهة رد الأخبار وتكذيبها ، فمن ترك الكافر بلا تكفير كان هذا منه تكذيباً بالأخبار الواردة في تكفيره ، فعلى هذا لا بد أن يكون الخبر الوارد في التكفير صحيحاً متفقاً عليه ، ولا بد أن يكون من ترك التكفير راداً لهذه الأخبار ، فالمكفرات ليست واحدة ، والوقوع فيها أيضاً ليس على مرتبة واحدة ، ولبيان هذا الأمر لا بد من التفريق بينها ، وهذا ينقسم إلى قسمين :
القسم الأول : الكافر الأصلي :
كاليهودي والنصراني والمجوسي وغيرهم ، فهذا من لم يكفره أو شك في كفره أو صحح مذهبه فإنه يكفر بالإجماع كما ذكره غير واحد من أهل العلم ، لأن في هذا رداً للنصوص الواردة في بطلان غير عقيدة المسلمين وكفر من ليس على دين الإسلام .
القسم الثاني : المرتد عن الإسلام :
وهذا على قسمين :
الأول : من أعلن كفره وانتقاله من الإسلام إلى غيره كاليهودية أو النصرانية أو الإلحاد ، فحكمه حكم القسم السابق (الكافر الأصلي) .
الثاني : من ارتكب ناقضاً من نواقض الإسلام إلا أنه يزعم أنه على الإسلام ولم يكفر بهذا الناقض فهو على قسمين أيضاً :
الأول : من ارتكب ناقضاً صريحاً مجمعاً عليه كسب الله سبحانه وتعالى مثلاً فإنه يكفر بالإجماع ، ومن توقف في تكفيره أحد رجلين :
الأول : من أقر بأن السب كفر ، وأن هذا فعله كفر ، إلا أنه توقف في تنزيل الحكم على لمعين لقصور في علمه أو لشبهة رآها ونحو ذلك ، فإنه يكون مخطئاً وقوله هذا باطل ، إلا أنه لا يكفر لأنه لم يرد خبراً أو يكذب به ؛ فإنه أقر بما ورد في الأخبار والإجماع من أن السب كفر .
والثاني : من أنكر أن يكون السب كفراً أصلاً فهذا يكفر بعد البيان لأنه رد للأخبار والإجماع .
وهذا مثل من يعبد القبر ممن ينتسب إلى الإسلام ، فمن خالف في أن فعله كفر فإنه يكفر لأنه رد للنصوص والإجماع ، ومن أقر بأن فعله كفر إلا أنه توقف في تكفيره لشبهة رآها فإنه لا يكفر .
والقسم الثاني : من ارتكب ناقضاً مختلفاً فيه كترك الصلاة مثلاً ، فتكفيره مسألة خلافية ، و لا يكفر المخالف فيها ، بل ولا يبدع ولا يفسق ، وإن كان مخطئاً .
هذا ما عندي في هذه القاعدة باختصار .
وصلى الله على محمد .
كتبه : ناصر بن حمد الفهد 10/5/1423

Lebih lanjut ikuti penjelasan di http://www.alagidah.com/vb/archive/index.php/t-1429.html berikut ini:
-         – والحكم بالكفر من الشارع يأتي على وجهين :
وجه يناط في الكفر بمعين، كشخص يعينه الله سبحانه أو رسوله صلى الله عليه وسلم بالكفر …
كقوله سبحانه وتعالى :” تبت يدا أبي لهب وتب ..” الآية ، وكحكم النبي صلى الله عليه وسلم في أبيه وأمه وعمه أبي طالب ،وكحكمه سبحانه على اليهود والنصارى وغيرهم في غير ما آية …
فهذا كله حكم على الأعيان أو الطوائف ..
- ووجه آخر يناط فيه الكفر بوصف يقوم بالمعين …
كقوله سبحانه : “إنه من يشرك بالله ..” وقوله :”ومن لم يحكم بما انزل الله … ” الآيات
- فإذا حكم الشارع بالكفر على شخص بعينه أو أشار إلى كفره كفرعون مثلا ، لزم تكفيره عينا والبراءة منه ومن شركه وكفره ولا مجال للاجتهاد في تأويل هذه النصوص – اللهم إلا الجهل بها – ويكون عدم التكفير في هذا لحالة راجعا إلى تكذيب هذه النصوص أو ردا لها …
- وإما إذا أنيط حكم الكفر بوصف ما فهنا يرد الاجتهاد من المجتهد في التحقق من ثبوت هذا الوصف في ذاك المعين وخلوه من العوارض ثم تنزيل حكم الكفر عليه .. وهو علم ما يسمى بالمناط
وهنا لا يلزم من عدم التكفير كفر من لم يكفر لورود الخطا في الاجتهاد فقد يتأول النص أو يتأول المناط أو يجهله او غير ذلك
وهذا لا يقال فيه كافر أو مسلم ،بل يقال متأول أو مخطئ أو جاهل …
ولكي نقف على حقيقة قول ( من لم يكفر الكافر فهو كافر ) لا بد أن نرجع بها إلى أصولها في الشرع ونقرر لها بعض القواعد التي توضح مجال إعمالها
فمما ينبغي أن يقرر في هذا السياق :
أولا :
هذه العبارة (من لم يكفر الكافر فهو كافر) وردت في كلام بعض أهل العلم وليست نصا في كتاب الله أو سنة النبي عليه الصلاة والسلام أو إجماع الأمة …
ثانيا :
إذا كانت هذه العبارة ليست نصا في كتاب الله ولا في سنة رسوله صلى الله عليه وسلم فالواجب ردها إلى أصلها في الكتاب والسنة وفهمها من خلالهما ، لا من خلال استعمال أهل العلم لها …
ثالثا :
التكفير لا يكون إلا بما دل عليه الكتاب والسنة والإجماع ..
وخلا هذه الأمور الثلاثة لا يجوز التكفير بها ، والمكفر في هذه الحالة يكفر بغير موجب وهو بين منهج الخوارج وأهل الغلو أعاذنا الله منهما.
رابعا :
إذا تأملنا هذه الجملة (من لم يكفر الكافر فهو كافر ) وتأملنا مقدمة هذا الكلام وجدنا أنها ترجع إلى أمرين :
الأول : تكذيب النصوص التي قضت بتكفير الكفار سواء كانوا معينين من قبل الشارع أو جاء التكفير لأوصافهم ..
الثاني : الرضى بالكفر وتصحيحه وعدم البراءة منه ..
فإذا ثبت هذا فنكون قد رجعنا بهذه العبارة إلى أصلها في الشريعة وكلا الأمرين كفر بإجماع الأمة ..
خامسا :
الأعذار الواردة على من لم يكفر الكافر ترجع إلى ذات الأعذار التي تثبت لمن يكذب بالنصوص أو يرضى بالكفر كالخطأ والجهل والتأويل سواء كان للحكم أو للمناط..
فمن لم يكفر الكافر وعلم عنه عدم تكذيب النصوص أو ردها لجهله إياها أو تاويله له أو لخطأ في تنزيل هذه الأحكام على المعين فلا يقال له كافر لانه لم يكذب النص أو يرده فضلا ان يرضي بالكفر أو يصححه …
سادسا :
كلام أهل العلم مهما علت رتبتهم في العلم وبلغت منزلتهم في الفضل لا يقاس عليه بمجردة ما لم يرد إلى هذا الأصل ،لأنه كلامهم ليس شرعا منزلا ولا بيانا محكما ..
فكلام شيخ الإسلام في ابن عربي وفي من ادعى الإلهية في علي رضي الله عنه وكذا كلام الشيخ محمد ابن عبد الوهاب وعلماء الدعوة في طواغيت الخرج وغيرهم إذا تأملته وجدت ما ذكروه يتفاوت ظهورا وخفاءا وأغلبه كفر صريح واضح لا إشكال فيه لا مجال لمتأول ان يتأوله او يتوقف فيه .. يقول رحمه الله :
” فهؤلاء الطواغيت الذين يعتقد الناس فيهم، من أهل الخرج وغيرهم، مشهورون عند الخاص والعام بذلك، وأنهم يترشحون له ويأمرون به الناس..”
ومع شناعة ما حكى شيخ الإسلام من حال ابن عربي وابن سبعين وغيرهم فقد قال :
” ولكن هؤلاء الْتَبَس أمرهم على من لميعرف حالهم، كما الْتَبَسَ أمر القرامطة الباطنية لما ادعوا أنهم فاطميون، وانتسبواإلى التشيع، فصار المتبعون مائلين إليهم، غير عالمين بباطن كفرهم…” ا.هـ
ومع ذلك فلا يقاس على كلام أهل العلم في هؤلاء غيرهم بل يكون المنطلق في التكفير في كل حاله هو الكتاب والسنة وإجماع الأمة ..
سابعا :
من لم يكفر الكافر إذا تحقق انه يكذب النص أو يرده أو يصحح الكفر أو يرضى به فهوكافر .. ليس لأنه لم يكفر الكافر أو يشك في كفره ! بل لأنه كذب النص أو رده أو صحح الكفر أو رضي به ،وكل هذا كفر دل عليه الكتاب والسنة وإجماع الأمة …
ثامنا :
أهل الغلو لما جعلوا تكفير الكافر من أصل الدين وجعلوه بمعنى البراءة من المشركين لم يقبلوا بهذه الأعذار لأن أصل الدين الذي قرروه لا يقبل فيه العذر بالجهل أو بالتأويل أو غيره إلا الإكراه … ومع ذلك فقد جاء عن الشيخ محمد ابن عبد الوهاب ما يهدم هذا الأصل الفاسد حيث قال :
” ومن جادل عنهم، أو أنكر على من كفّرهم، أو زعم أن فعلهم هذا لو كان باطلاً فلا يخرجهم إلى الكفر، فأقلّ أحوال هذا المجادل أنه فاسق لا يقبل خطه ولا شهادته، ولا يصلى خلفه”
هذا مع بينه رحمه الله من ظهور حال هؤلاء الطواغين للعام والخاص وأنهم يترشحون لذلك الكفر ويأمرون الناس به ويقاتلونهم على ذلك .. فاين اصل الدين يا اهل الغلو ام أن الشيخ لم يكفر المشركين بزعمكم ولم يحقق أصل الدين ؟!…
ولكنه الخلط بين التقرير من جهة العموم وبين تنزيل هذا على الواقع شان أهل البدع جميعا …
تاسعا :
تكفير الكافر ليس هو البراءة منه لا لغة ولا شرعا وليس هو الكفر بالطاغوت وإن ذكر في كلام أهل العلم في بعض المواضع فينبغي رده إلى أصله في الشريعة كما سبق ، والقوم يركزون جهدهم عليه وكأنه هو الأصل الأوحد (أقصد تكفيرالكافر).. ولذا حاروا لما ذكرنا لهم تفسير شيخ الإسلام ابن تيمية للإسلام وتلميذه ابن القيم رحمهما الله ، وليس فيه الكفر بالطاغوت ولا تكفير المشركين ولا غير ذلك .. فزعموا أني أتكلم في خيال لا واقع له !
ولم يفقهوا أن هذا واقع كل عامي عبد الله وحده ولم يشرك به شيئا ومات على ذلك فهو مؤمن بالله كافر بالطاغوت .. ولم يردوا على ذلك ولن يردوا ! لأنهم جعلوا أنفسهم بوابة التوحيد والإسلام ..فمن يرد أن يكون موحدا لابد أن يبحث عن أحدهم أولا ليدله على طاغوت زمانه الذي لا يكون مؤمنا إلا بتكفيره والكفر به …
عاشرا :
البراءة من المشركين تثبت بعد الحكم عليهم بأنهم مشركون ومن لم يثبت لهم حكم الكفر لخطا أو تأويل أو جهل فلا يقال عنه أنه لم يتبرأ من المشركين أو أنه يكذب النصوص أو أنه يصحح الكفر ويرضى به ..
ومنشأ الخلل اعتبارهم التكفير للمشركين هو نفس البراءة منهم ،والبراءة منهم هي أصل الدين وركن التوحيد ومن لم يحققه لأي سبب كان فهو كافر ولا يعذر بما سبق ..
وكل من يقرر هذا يلزمه التكفير بالتسلسل لا محالة حتى يعود الكفر على كل من على هذه الأرض بما فيهم أهل الغلو أنفسهم…
والله أعلم وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
Musyrik yang jelas, itupun bil washf bukan bil ‘a’yan, adapun bil’ain maka harus melalui mekanisme yang disebut iqamatul hujjah (bulughul hujjah wa fahmul hujjah)
Kemudian tuduhan bahwa Syaikh Muhammad mengkafirkan umat islam yang tidak sefaham dengannya, telah beliau bantah. Perhatikan ucapan beliau yang ditujukan kepada orang yang berakal ini:
يقول الشيخ عبد الله بن محمد بن عبد الوهاب رحمه الله :(… فإن قال قائل منفر عن قبول الحق والإذعان له : يلزم من تقريركم، وقطعكم في أن من قال يا رسول الله، أسألك الشفاعة : أنه مشرك مهدر الدم ؛ أن يقال بكفر غالب الأمة ، ولا سيما المتأخرين، لتصريح علمائهم المعتبرين : أن ذلك مندوب، وشنوا الغارة على من خالف في ذلك ! قلت : لا يلزم، لأن لازم المذهب ليس بمذهب، كما هو مقرر، ومثل ذلك : لا يلزم أن نكون مجسمة، وإن قلنا بجهة العلو، كما ورد الحديث بذلك .
ونحن نقول فيمن مات : تلك أمة قد خلت ؛ ولا نكفر إلا من بلغته دعوتنا للحق، ووضحت له المحجة، وقامت عليه الحجة، وأصر مستكبراً معانداً، كغالب مننقاتلهم اليوم، يصرون على ذلك الإشراك، ويمتنعون من فعل الواجبات، ويتظاهرون بأفعال الكبائر، المحرمات ؛ وغير الغالب : إنما نقاتله لمناصرته من هذه حاله، ورضاه به، ولتكثير سواد من ذكر، والتأليب معه، فله حينئذ حكمه في قتاله، ونعتذر عمن مضى : بأنهم مخطئون معذورون، لعدم عصمتهم من الخطأ، والإجماع في ذلك ممنوع قطعاً ؛ ومن شن الغارة فقط غلط ؛ ولا بدع أن يغلط، فقد غلط من هو خير منه، كمثل عمر بن الخطاب رضي الله عنه، فلما نبهته المرأة رجع في مسألة المهر، وفي غير ذلك يعرف ذلك في سيرته، بل غلط الصحابة وهم جمع، ونبينا صلى الله عليه وسلم بين أظهرهم، سار فيهم نوره، فقالوا اجعل لنا ذات أنواط كمالهم ذات أنواط.
فإن قلت : هذا فيمن ذهل، فلما نبه انبته، فما القول فيمن حرر الأدلة ؟ واطلع على كلام الأئمة القدوة ؟ واستمر مصراً على ذلك حتى مات ؟ قلت : ولا مانع أن نعتذر لمن ذكر، ولا نقول : إنه كافر، ولا لما تقدم أنه مخطىء، وإن استمر على خطئه، لعدم من يناضل عن هذه المسألة في وقته، بلسان وسيفه وسنانه، فلم تقم عليه المحبة، ولا وضحت له المحجة، بل الغالب على زمن المؤلفين المذكورين : التواطؤ على هجر كلام أئمة السنة في ذلك رأساً ؛ ومن اطلع عليه أعرض عنه، قبل أن يتمكن في قلبه ؛ ولم يزل أكابرهم تنهى أصاغرهم عن مطلق النظر في ذلك، وصولة الملوك قاهرة لمن وقر في قلبه شيء من ذلك إلا من شاء منهم … إلى ان يقول: ( … ونحن كذلك : لا نقول بكفر من صحت ديانته، وشهر صلاحه ، وعلم ورعه وزهده، وحسنت سيرته، وبلغ من نصحه الأمة ، ببذل نفسه لتدريس العلوم النافعة والتأليف فيها، وإن كان مخطئاً في هذه المسألة أو غيرها، كابن حجر الهيتمي، فإنا نعرف كلامه في الدر المنظم، ولا ننك سمة علمه، ولهذا نعتني بكتبه، كشرح الأربعين، والزواجر وغيرها ؛ ونعتمد على نقله إذا نقل لأنه من جملة علماء المسلمين .
هذا ما نحن عليه، مخاطبين من له عقل وعلم، وهو متصف بالإنصاف، خال عن الميلإلى التعصب والاعتساف، ينظر إلى ما يقال، لا إلى من قال … ) إهـ الدرر السنية في الأجوبة النجدية (1/ 222).
ويوجد في الدرر السنية مجموعة من الأقوال الأخرى مشابهة لهذا النقل والله أعلم .
http://majles.alukah.net/showthread.php?t=18141
4. Kesimpulan yang menyesatkan
hal. 166
06 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2) 
hal. 167
07 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)08 
Serial Aurat Buku Syaikh Idahram 2 (bag. 2)5. Dakwah Syaikh Muhammad ibn Abdil wahhab
قال الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله:
 لست ولله الحمد أدعو إلى مذهب صوفي أو فقيه أو متكلم أو إمام من الأئمة الذين أعظمهم مثل ابن القيم والذهبي وابن كثير وغيرهم، بل أدعو إلى الله وحده لاشريك له، وأدعو إلى سنة رسول اللهrالتي أوصى بها أول أمّته وآخرهم.
مؤلفات الشيخ محمد بن عبد الوهاب – القسم الخامس “الرسائل الشخصية” ص252].
Karena al-Allamah imam as-Syaukani berkata memuji Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab dan menasehati dengan keras orang yang memusuhi dakwah beliau:
إمام الورى علامة العصر قدوتي
وشيخ الشيوخ الجد فردالفضائل
…………..
أفق يا معيِّب الشيخ ماذا تعيِّبه
لقد عبت حقاً وارتحلت بباطل
………
أفيقوا أفيقوا إنه ليس داعياً
إلى ديـنٍ آبـاءٍ له وقبـائـل
دعـا لكتاب الله والسنة التي
أتانا بها طه النبيُّ، خيرُ قائلِ
 (Silahkan melihat Diwan Asy-Syaukani hal. 160 cet. Darul Fikr)
6 .Manhaj takfir yang diakui dan diikuti Syaikh adalah manhaj ahlussunnah
قال الشيخ محمد – رحمه الله – كما في الدرر 1/83 ” وأما التكفير فأنا أكفر من عرف دين الرسول – صلى الله عليه وسلم – ثم بعد ما عرف سبه ونهى الناس عنه وعادى من فعله فهذا هو الذي أكفره وأكثر الأمة – ولله الحمد – ليسوا كذلك ” أهـ
وقال أيضاً كما في الدرر السنية 10/128 : ” وإنما نكفر من أشرك بالله في إلهيته وكذلك نكفر من حسنه للناس إلخ”
لكنه تكفير على منهج أهل السنة والجماعة تراعى فيه الضوابط الشرعية التي نص عليها أئمة الدعوة في أكثر من مقام وليس لكل أحد أن يلج هذا الباب , بل هو لأهل العلم الراسخين فيه، وأئمة الدعوة يفرقون بين تكفير النوع والعين فيطلقون الكفر على القول والفعل ولا يلزم من ذلك تكفير كل من وقع فيهقال الشيخ عبد اللطيف بن عبد الرحمن بن حسن كما في الدرر1/484 : ” الأصل الخامس أنه لا يلزم من قيام شعبة من شعب الإيمان بالعبد أن يسمى مؤمناً ولا يلزم من قيام شعبة من شعب الكفر أن يسمى كافراً وإن كان ما قام به كفر , وأما الشعبة نفسها فيطلق عليها اسم الكفر كما في الحديث ” اثنتان في أمتي هما بهم كفر الطعن في النسب والنياحة على الميت ” وحديث ” من حلف بغير الله فقد كفر ” ولكنه لا يستحق اسم الكفر على الإطلاق أهـ
بل لابد من توافر الشروط وانتفاء الموانع بالنسبة للمعين فدعوة الشيخ في الحقيقة ضيقت مجال التكفير وفقاً للنصوص الشرعية وإلا التكفير موجود في كافة المذاهب الإسلامية المنتسبة للسنة ,فلا تجد كتاب فقه جامع إلا وفيه باب حكم المرتد
فالشيخ – رحمه الله – لايكفر بالذنوب كما يفعل الخوارج، يقول الشيخ كما في الدرر 1/32 : ” ولا أكفر أحدا من المسلمين بذنب ولا أخرجه من دائرة الإسلام ” أهـ
وقال في موضع آخر كما في الدرر 10/129 : ” والمسألة الأخرى : يذكر لنا من أعداء الإسلام من يذكر أنا نكفر بالذنوب مثل التتن وشرب الخمر والزنا أو غير ذلك من كبائر الذنوب فنبرأ إلى الله من هذه المقالة ” أهـ
والشيخ كذلك لايكفربالعموم أو كل من خالفه ولم يدخل في طاعته قال الشيخ في رسالة لأحد علماء العراق كما في الدرر 1/80 : ” ومنها ما ذكرتم أنيأكفر جميع الناس إلا من اتبعني وأزعم أنكحتهم غير صحيحة ويا عجبا كيف يدخلهذا في عقل عاقل؟؟ هل يقول هذا مسلم أو كافر ؟ أو عارف أو مجنون؟ ” أهـ
وقال الشيخ أيضاً كما في الدرر 1/100 : “وأما القول إنا نكفر بالعموم فذلك من بهتان الأعداء الذين يصدون عن هذا الدين ونقول سبحانك هذا بهتان عظيم ” أهـ
والشيخ – رحمه الله – لايكفر بالظن بل لابد من التثبت وكذا يعذر الجاهل بجهله وأنه لابد من إقامة الحجة يقول الشيخ مبيناً ذلك كما في مؤلفات الشيخ – الرسائل الشخصية – الرسالة الثالثة : ( وأما ما ذكر الأعداء عني أني أكفر بالظن وبالموالاة أو أكفر الجاهل الذي لم تقم عليه الحجة فهذا بهتان عظيم يريدون به تنفير الناس عن دين الله ورسوله ) أهـ
قال الشيخ عبدالله بن الشيخ محمد بن عبد الوهاب كما في الدرر 1/234 ونحن نقول فيمن مات : تلك أمة قد خلت ولا نكفر إلا من بلغته دعوتنا للحق ووضحت له المحجة وقامت عليه الحجة وأصر مستكبراً معانداً أهـ
وقال الشيخ عبدالله بن عبداللطيف كما في الدرر 10/434 ” فإن الشيخ محمداً رحمه الله لم يكفر الناس ابتداء إلا بعد قيام الحجة والدعوة لأنهم إذ ذاك في زمن فترة وعدم علم بآثار الرسالة ,ولذلك قال : لجهلهم وعدم من ينبههم فأما إذا قامت الحجة فلا مانع من تكفيرهم ” أهـ
والشيخ لايكفر إلا في المسائل المجمع عليها , قال الشيخ في معرض كلامه عن تارك الصلاة كسلا من غير جحود كما في الدرر 1/102 : “ولا نكفر إلا ما أجمع عليه العلماء كلهم ” أهـ , فمن خلال هذه النقول يتبين أن دعوتنا بريئة من موجة التكفير على منهج الخوارج الذي انتشربين شباب الصحوة بسبب بعض الجماعات والأفراد الغالين في هذا الباب الذي تنضح كتبهم وأشرطتهم بالتكفير العام لكل من لايوافقهم ووقع مثل ذلك من بعض المتشددين المنتسبين للدعوة في عصر الشيخ عبد اللطيف بن عبد الرحمن بن حسن فأرسل إليهم ينكر عليهم منهج التكفير هذا ويدافع عن الشيخ ودعوته , حيث قال كما في الدرر السنية 3/20 ” وقد رأيت سنة أربعة وستين “يعني 1264 ” رجلين من أشباهكم المارقين في الأحساء قد اعتزلا الجمعة والجماعة وكفرا من في تلك البلاد من المسلمين وحجتهما من جنس حجتكم يقولان : أهل الأحساء يجالسون ابن فيروز ويخالطونه هو وأمثاله ممن لم يكفر بالطاغوت ولم يصرح بتكفير جده الذي رد دعوة الشيخ محمد ولم يقبلها وعاداها ” قالا : ومن لم يصرح بكفره فهو كافر بالله لم يكفر بالطاغوت ومن جالسته فهو مثله ورتبوا على هاتين المقدمتين الكاذبتين الضالتين ما يترتب على الردة الصريحة من الأحكام حتى تركوا رد السلام فرفع إلى أمرهم فأحضرتهم وتهددتهم وأغلظت لهم القول فزعموا أولاً : أنهم على عقيدة الشيخ محمد بن عبد الوهاب وأن رسائله عندهم فكشفت شبهتهم وأدحضت ضلالاتهم بما حضرني في المجلس وأخبرتهم ببراءة الشيخ من هذا المعتقد والمذهب وأنه لايكفر إلا بما أجمع المسلمون على تكفير فاعله من الشرك الأكبر والكفر بآيات الله ورسوله أو بشيء منها بعد قيام الحجة وبلوغها المعتبر كتكفير من عبد الصالحين ودعاهم مع الله وجعلهم أنداداً له فيما يستحقه على خلقه من العبادات الإلهية , وهذ مجمع عليه من أهل العلم والإيمان أهـ
1 – شيخ الإسلام محمد بن عبدالوهاب لا يكفر بالظن :
” من أظهر الإسلام وظننا أنه أتى بناقض لا نكفره بالظن لأن اليقين لا يرفعه الظن، وكذلك لا نكفر من لا نعرف منه الكفر بسبب ناقض ذكر عنه ونحن لم نتحققه ” 3/24 الرسائل الشخصية
شيخ الإسلام محمد بن عبدالوهاب لا يكفر بالعموم :2
” وأما القول إنا نكفر بالعموم فذلك من بهتان الأعداء الذين يصدون به عن هذا الدين ونقول سبحانك هذا بهتان عظيم ” الرسائل الشخصية 15/101
3 – من الذي يكفره الشيخ وما نسبتهم في الأمة ؟
” وأما التكفير فأنا أكفر من عرف دين الرسول ثم بعد ما عرفه سبه ونهى الناس عنه وعادى من فعله فهذا هو الذي أكفره وأكثر الأمة ولله الحمد ليسوا كذلك.
وأما القتال فلم نقاتل أحداًإلى اليوم إلا دون النفس والحرمة وهم الذين أتونا في ديارنا ولا أبقواممكنا ولكن قد نقاتل بعضهم على سبيل المقابلة ( وجزاء سيئة سيئة مثلها ) وكذلك من جاهر بسب دين الرسول بعد ما عرفه والسلام. ” الرسائل الشخصية 5/37
الشيخ لا يكفر كل من لم يواليه ولا يكفر كل جاهل :4
” تكفير من بان له أن التوحيد هو دين الله ورسوله ثم أبغضه ونفر الناس عنه. وجاهد من صدق الرسول فيه ومن عرف الشرك وأن رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث بإنكاره وأقر بذلك ليلا ونهاراً ثم مدحه وحسنه للناس وزعم أن أهله لا يخطئون لأنهم السواد الأعظم، وأما ما ذكر الأعداء عني أني أكفر بالظن وبالموالاة أو أكفر الجاهل الذي لم تقم عليه الحجة فهذا بهتان عظيم يريدون به تنفير الناس عن الله ورسوله. ” الرسائل الشخصية 3/25
5 – الشيخ لا يكفر إلا من كفره جميع العلماء الموثوقين :
” ما ذكر لكم عني أني أكفر بالعموم فهذا من بهتان الأعداء، وكذلك قولهم إني أقول من تبع دين الله ورسوله وهو ساكن في بلده أنه ما يكفيه حتى يجييء عندي فهذا أيضا من البهتان ؛ إنما المراد اتباع دين الله ورسوله في أي أرض كانت ؛ ولكن نكفر من أقر بدين الله ورسوله ثم عاداه وصد الناس عنه ؛ وكذلك من عبد الأوثان بعد ما عرف أنها دين للمشركين وزينه للناس ؛ فهذا الذي أكفره وكل عالم على وجه الأرض يكفر هؤلاء إلا رجلاً معانداً أو جاهلاً ” الرسائل الشخصية 9/58
6 – الشيخ يكفر من يرى جواز دعاء غير الله وتكفير أهل التوحيد :
” فإن قال قائلهم إنهم يكفرون بالعموم فنقول : سبحانك هذا بهتان عظيم الذي نكفر الذي يشهد أن التوحيد دين الله ودين رسوله، وأن دعوة غير الله باطلة ثم بعد هذا يكفر أهل التوحيد، ويسميهم الخوارج ويتبين مع أهل القبب على أهل التوحيد ” . الرسائل الشخصية 7/48
7 – الشيخ لا يكفر من لم تبلغه الحجة :
” من عمل بالتوحيد، وتبرأ من الشرك وأهله فهو المسلم في أي زمان وأي مكان وإنما نكفر من أشرك بالله في إلهيته بعد ما نبين له الحجة على بطلان الشرك وكذلك نكفر من حسنه للناس، أو أقام الشبه الباطلة على إباحته، وكذلك من قام بسيفه دون هذه المشاهد التي يشرك بالله عندها، وقاتل من أنكرها وسعى في إزالتها قوله إني أكفر من توسل بالصالحين، وقوله : إني أكفر البوصيري لقوله يا أكرم الخلق، وقوله إني أقول لو أقدر على هدم حجرة الرسول لهدمتها ولو أقدر على الكعبة لأخذت ميزابها وجعلت لها ميزاباً من خشب، وقوله إني أنكر زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم، وقوله إني أنكر زيارة قبر الوالدين وغيرهم وإني أكفر من يحلف بغير الله فهذه اثنتا عشرة مسألة جوابي فيها أن أقول : ((سبحانك هذا بهتان عظيم )) ” . الرسائل الشخصية 11/64
هذه نبذ منقولة من كتب الشيخ محمد بن عبد الوهاب تبين عقيدته السلفية الاثرية
الصافية وترد على اولئك الكاذبين الناعقين
رحم الله الشيخ محمد بن عبد الوهاب
ورحم الله كل علمائنا
ونصر الله اهل السنة واذل اهل البدعة
ونصر الله الاسلام والمسلمين
واذل الشرك والمشركين
Jadi berhati-hatilah, jangan sampai mau diajak oleh siapapun untuk memusuhi ulama-ulama Islam yang telah berjuang mengikuti dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berdasarkan hawa nafsu, kebodohan, kezhaliman, kesalahan terjemahan, kesalaham pemahaman, kesalahan kesimpulan, fitnah dan tuduhan keji. Mintalah bukti kepada siapapun yang menuduh Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab dengan tuduhan sesat, takfiri, khawarij, mujassim. Jika tidak punya maka dia orang jahat, ingin keburukan bagi islam dan umat islam. Jauhilah orang seperti itu, karena dia sumber fitnah.
Alhamdulillahirabbil alamiin. Nantikan Aurat Idahram 3

[1]  Lihat makalah saya di www.gensyiah.com, makalah 1, 2, 3, dan 4.
Setelah selesai acara bedah bukunya Gus Idrus mengatakan kepada saya bahwa wahhabi mengkafirkan orang yang bertawassul. Saya katakan tidak. Tidak ada yang mengkafirkan tawassul. Dia bertanya tentang hukumnya maka saya jelaskan bahwa tawassul itu ada yang sunnah dan ada yang bid’ah. Lalu dia meminta penjelasan tentang macam-macam tawassul. Ketika saya mlai menjelaska tawassul yang sunnah dia bilang : saya tidak mau tawassul yang sunnah, saya mau tawassul yang bid’ah. Maka saya katakan : baik, kalau mau tawassul yang bid’ah; yaitu tawassul dengan kedudukan Nabi, hak Nabi, dzat makhluk, tetapi itu semua tidak syirik. Lalu saya jelaskan dua kelompok yang salah dalam hal ini yaitu yang mengatakan bahwa tawassul dan istighatsah kepada selain Allah boleh dan kelompok lain yang menganggap tawassul dan itighatsah adalah syirik. Sumber kesalahannya adalah menyamakan antara tawassul dan istighatsah. Saya jelaskan Syaikh Muhammad membedakan antara keduanya tawassul itu bukan syirik, sedangkan istighatsah kepada selain Allah itu yang syirik. Selama saya jelaskan gus idrus diam dan tanpa komentar. Saya tidak tahu apa yang beliau pikirkan.
dipublikasikan ulang oleh hukmulislam.blogspot.com



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP