Serial Aurat Buku Syaikh Idahram-2 (bag. 1)
“MEREKA MEMALSUKAN
KITAB-KITAB KARYA ULAMA KLASIK”
Episode Kebohongan Publik Sekte
Salafi Wahabi
Bagian (1)
Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag.
Pendahuluan :
Bismillahirrahmanirrahim.
Buku ini adalah buku ke-2 dari Syaikh Idahram -yang bagi kami ia masih bersifat majhul al-hal (tidak diketahui jatidirinya)- terkait dengan apa yang ia sebut sebagai trilogi data dan fakta penyimpangan salafi wahabi. Sebelumnya adalah buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” dan Buku ke-3 dengan judul yang lebih heboh lagi: “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi”.
Buku ini adalah buku ke-2 dari Syaikh Idahram -yang bagi kami ia masih bersifat majhul al-hal (tidak diketahui jatidirinya)- terkait dengan apa yang ia sebut sebagai trilogi data dan fakta penyimpangan salafi wahabi. Sebelumnya adalah buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” dan Buku ke-3 dengan judul yang lebih heboh lagi: “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi”.
Buku pertama sudah kami soroti sedikit mengenai bahayanya
yang sangat luas, dalam satu makalah yang kami beri judul “Waspada!
Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” Mengusung Faham Rafidhah
(Syi’ah Iran)”. Silakan baca di http://www.gensyiah.com/waspada-buku-sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi-mengusung-faham-rafidhah-syiah-iran.html
Walaupun sebenarnya banyak kesalahan yang ada di dalamnya,
namun yang sedikit itu kiranya sudah cukup bagi orang ahlussunnah untuk
mengetahui mutu buku itu dan untuk mewaspadai buku dan para
pengusungnya.
Sebenarnya kami tidak suka mengomentari tulisan orang lain,
namun karena bagian dari kewajiban kami dalam memberi nasehat kepada
umat, maka kami pun harus menulis komentar terhadap buku kedua ini.
Dalam promosinya di toko buku online mereka menulis:
“Buku
menjadi sangat berharga dan penting. Ia menjadi sandaran utama umat
dalam mencari kebenaran dan petunjuk Tuhan. Lalu, apa jadinya
jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori,
diselewengkan, bahkan dipalsukan? Ke mana lagi umat ini hendak mencari
kebenaran?”
Kita perlu bertanya kritis, apa benar buku ini menjadi
sandaran utama umat dalam mencari kebenaran dan petunjuk Tuhan?! Lalu
apa jadinya jika buku koreksian terhadap faham salafi ini
“diselewengkan” dan berisi banyak fitnah? Ke mana lagi umat ini hendak
mencari kebenaran?
Itu baru pertanyaan. Mohon para pembaca sabar sebentar, insyaallah
akan kita buktikan bersama.
Lalu lanjutan dari promosi itu berbunyi:
“Barangkali
Anda terperanjat, kasus-kasus penyelewengan Salafi Wahabi dalam hal
amanah ilmiah ini sangat banyak dan beragam, sebagaimana
yang -insya’Allah- akan dikupas dalam buku ini, seperti: pemusnahan dan
pembakaran buku; sengaja meringkas, mentahkik, dan mentakhrij
kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyikan
hadis-hadis yang tidak mereka sukai; menghilangkan hadis-hadis tertentu
yang tidak sesuai dengan faham mereka; memotong-motong dan mencuplik
pendapat ulama untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya;
mengarang-ngarang hadits dan pendapat ulama; memerintahkan ulama mereka
untuk menulis suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan nama
orang lain; tindakan intimidasi dan provokasi; membeli manuskrip;
menyogok penerbit; sampai kepada pencurian buku-buku induk dan manuskrip
untuk dihilangkan sebagian isinya, atau dimusnahkan semuanya.”
Masyaallah, benarkah kita akan terperanjat setelah
membaca buku ini?!
Saya semakin penasaran untuk segera menelaah buku ini,
karena ingin tahu jawabannya.
Kemudian, kalau kita perhatikan di bagian atas sampul depan
maka akan terpampang dua nama orang besar, yaitu bapak Prof.
DR. KH. Said Agil Siraj, MA. (Ketua Umum Pengurus Besar NU) dan
Prof. DR. Azyumardi Azra, MA. M.PHIL (Direktur Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta). Masyaallah, dua nama
tokoh nasional yang cukup terkenal dan berkedudukan. Namun apakah sudah
menjamin bahwa buku yang diberi pengantar oleh tokoh-tokoh besar ini
isinya bagus, benar dan bermutu?!
Insyaallah sebentar lagi kita akan mengetahui
jawabannya.
Lalu di sampul belakang terpampang 5 foto tokoh yang
dimintai mendukung buku tersebut. Coba perhatikan:
Salah seorang mereka, nomor ke-3 (yaitu Dr. KH.
Rohimuddin Nawawi al-Bantani M.A.) menulis: “Saya merinding membaca buku
ini, seakan tidak percaya, tapi itulah kenyataannya.”
Benarkah demikian? Apakah kita juga merinding setelah
membacanya? Mari kita buktikan bersama sebentar lagi.
Sementara KH. Wahfiudin, M.B.A (no. 5)
menulis: “Buku ini
sangat dahsyat dan mencengangkan, memuat informasi-informasi penting
dengan kupasan yang akurat dan ilmiah.”
Benarkah buku ini dahsyat? Benarkah kita akan tercengang
dibuatnya? Benarkah kupasannya akurat dan ilmiah?
Saya yakin pembaca semakin tidak sabar untuk
membuktikannya.
Dalam membuktikan kali ini kita cukup melihat mutu
terjemahan dan kesimpulannya. Sebab hal itu cukup untuk mengenali
tingkat intelektualitas, keilmuan, ketakwaan dan kejujuran seseorang.
Jika terjemahan salah dan kesimpulan menyesatkan karena berbalik menjadi
menfitnah maka hal itu menjadi aurat mughallazhah
alias kemaluan besar yang seharusnya ditutupi, bukan malah diumbar dan
menelanjangi diri sendiri di hadapan publik.
Sekarang saatnya kita mulai, dengan memohon pertolongan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saya katakan:
Bismillahirrahmanirrahim
Aurat pertama:
Di halaman 49-50 mereka menulis:
Perintah
untuk membakar Buku-Buku dan memalsukannya
Berikut Scan buku tersebut:
ولا نأمر باتلاف شيء من
المؤلفات أصلاً، إلاّ ما اشتمل على ما
يوقع الناس في الشرك، كروض الرياحين، أو يحصل بسببه
خلل في العقائد، كعلم المنطق، فإنه قد حرمه جمع من العلماء، على أنا
لا نفحص عن مثل ذلك، وكالدلائل، إلاّ إن تظاهر به صاحبه
معانداً، أتلف عليه ؛ وما اتفق لبعض
البدو، في اتلاف بعض كتب أهل الطائف، إنما صدر منه لجهله،
وقد زجر هو، وغيره عن مثل ذلك
Perhatikan terjemahannya dalam buku ini:
Bandingkan dengan terjemahan kami:
“Dan kami tidak memerintahkan untuk menghilangkan
(memusnahkan) sesuatu pun dari kitab-kitab itu sama sekali, kecuali yang
berisi sesuatu yang menjerumuskan manusia ke dalam kesyirikan, seperti Raudh
al-Rayyahiin, atau apa yang bisa menyebabkan kerusakan dalam
akidah, seperti ilmu manthiq, karena ia telah diharamkan oleh sejumlah
ulama, itupun kami
tidak memeriksa (mencari-cari) tentang hal itu, dan seperti Dalail
al-Khairat, kecuali jika pemiliknya menampakkannya sebagai orang
yang menentang, maka dihilangkan atasnya. Dan apa yang terjadi secara kebetulan bagi
sebagian orang baduwi dalam memusnahkan sebagian
kitab penduduk Thaif, maka sesungguhnya hal itu dilakukan karena
kebodohannya, padahal ia dan yang lainnya sudah dilarang
dari hal tersebut (maksudnya dari mencari-cari dan memeriksa, atau juga
membakar-bakar.” Wallahu a’lam.
Perhatikan aurat mereka:
- Dalam judul bahasan mereka tulis: “dan memalsukannya”.
Begitu pula dalam keterangan di bawahnya. Maka, kita yang
berakal ini perlu bertanya, mana ucapan Syaikh Muhammad yang
menyuruh pengikutnya untuk memalsukan buku-buku para ulama?!!
Kalau demikian, siapa yang melakukan kebohongan publik?!
Saya sangat khawatir banyak pembaca berkhusnuzhan kepada
para tokoh yang begitu meyakinkan mendukung buku ini sehingga menelan
begitu saja apa yang ada di dalamnya meskipun itu dusta. Astaghfirullah.
Semoga Allah mengampuni mereka dan melindungi umat Islam dari orang-orang alim yang membawa
fitnah.
- Kalimat “ajaran yang membuat manusia menjadi musyrik” diberi catatan kaki sebagai berikut: musyrik versi salafi wahhabi adalah orang-orang yang melakukan istighatsah, tawassul, tabarruk, peringatan maulid nabi, dzikir bersama, ziarah ke makam orang shaleh, dan tidak sependapat dengan mereka. Karena menurut mereka, umat Islam yang tidak mengkafirkan orang-orang yang mereka (salafi wahabi) kafirkan maka dia juga adalah kafir, sebagaimana hal itu dinyatakan dalam buku mereka; Muhammd ibn Abdil Wahhab dkk: ad-Durar as-Saniyyah, op.cit, pada jilid 9 h. 289.
- Syekh Muhammad ibn Abdul Wahhab adalah ulama yang mengerti mana tauhid dan mana syirik sehingga Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki pun menggelarinya dengan sebutan “Imam at-tauhid wa Ra`su al-Muwahhidin” (pemimpin tauhid dan kepala orang ahli tauhid) dalam kitabnya Mafahim Yajib an-Tushahhah[1] halaman 202:
“Inilah dia Imam Tauhid dan kepala ahli tauhid mengatakan
ucapannya yang benar dengan hikmahnya yang lurus yang karenanya
dakwahnya tersebar di tengah-tengah manusia dan thariqatnya kesohor di
kalangan orang khusus maupun orang kebanyakan.”
Nah, siapakah yang yang benar di antara keduanya? Jika
Sayyid Muhammad ibn Alwiy al-Maliki benar dalam pernyataannya bahwa
Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab adalah imam tauhid dan kepala ahli
tauhid berarti Syaikh Idahram dan pendukung bukunya adalah “jahil“.
Ataukah sebaliknya…?!
Lalu
bandingkan dengan gelar yang diberikan oleh Syaikh Idahram dalam buku
pertamanya, halaman 31, ia menjuluki Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab
sebagai “ustadz kampung”!! Maka siapakah yang alim dan siapakah yang
jahil? Syaikh Idahram yang masih majhul itu, yang menerjemah
salah-salah sampai terbelok 180 derajat? Ataukah Sayyid Muhammad
al-Maliki?!! Saya serahkan kepada pembaca untuk menyimpulkan.
- Maka dari itu, Syekh Muhammad ibn Abdul Wahhab tidak mengkafirkan tawassul.
Perhatikan ucapan Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab yang
dikutip oleh Sayyid al-Maliki, yang di sana Syaikh Muhammad ibn Abdil
Wahhab mengikuti jumhur bahwa tawassul dengan orang shalih itu makruh
dan ini termasuk masalah ijtihadiyyah: berikut scan
buku Sayyid Muhammad Alwi, 149:
Begitu pula beliau tidak mengkafirkan dzikir bersama,
peringatan maulid nabi, ziarah ke makam orang shaleh apalagi orang yang
tidak sependapat dengan mereka. Lalu di manakah mereka dianggap kafir
oleh beliau? Di manakah beliau mengkafirkan itu semua?!! Kapan dan
dimana….?
Nah, siapakah yang memelintir ucapan, menfitnah, memalsukan
maksud dan menyesatkan pembaca?!!
Dengan demikian, maka apakah buku ini bisa menjadi sandaran
utama umat dalam mencari kebenaran dan petunjuk Tuhan??! Kata
dalam bahasa Arab “Haihaata haihat!!! Yang ada malah
sebaliknya, umat Islam harus diperingatkan dari buku yang berisi fitnah
seperti ini.
Dahsyat bukan?! Apakah Anda percaya?!! Tetapi inilah
kenyataan buku Syaikh Idahram-2 ini.
- Kata Sayyid Muhammd Alwi al-Maliki: Syaikh Muhammd ibn Abdul Wahhab yang menjadi imamut tauhid wa ra’sul muwahhidin itu sangat mengingkari orang yang menuduh dan menfitnah beliau telah mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang shalih. Sayyid Muhammad al-Maliki berkata: (scan hal 150)
“Syaikh
Muhammd ibn Abdul Wahhab berlepas diri dari orang yang mengkafirkan
orang yang bertawassul.”
Telah
datang dari Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab dalam suratnya yang
ditujukan kepada penduduk Qashim, protesnya/ keingkarannya yang keras
terhadap orang yang menisbatkan kepada beliau pengkafiran terhadap orang
yang bertawassul dengan orang shalih. Beliau berkata:
“Sesungguhnya
Sulaiman ibn Suhaim telah berdusta atas nama saya hal-hal yang tidak
pernah aku ucapkan, bahkan kebanyakan tidak pernah terlintas di benak
saya, diantaranya: -ia mengatakan- saya mengkafirkan orang-orang yang
bertawassul dengan orang shalih, dan katanya saya mengkafirkan
al-Bushiri karena ucapannya “Wahai manusia yang paling mulia’ dan
katanya aku membakar buku Dalail Khairat.
Jawaban
saya tentang masalah-masalah ini adalah saya katakan: “Maha Suci Allah,
ini adalah kedustaan yang agung.”
Pembaca sekalian, kedustaan yang dilakukan oleh Sulaiman
ibn Suhaim kini dilakukan oleh Syaikh Idahram dan semua orang yang
mendukung bukunya!!!
Tidakkah Anda saksikan, siapakah yang berdusta di depan
publik?!!
Apakah Syekh Muhammad ibn Abdil Wahhab yang berjuluk imam
at-tauhid dan pemimpin ahli tauhid, ataukah penulis buku yang
tidak dikenal jati dirinya ini?!
Saya serahkan kepada pembaca untuk menilai dengan adil dan
jujur.
Waspadalah, jangan sampai Anda disimpangkan oleh hawa
nafsu!!
Satu lagi surat Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab
yang penting kata Sayyid adalah di hal 84, silakan Anda merujuk ke kitab
aslinya.
Kemudian kalimat Syaikh Muhammad ibn Abdil Wahhab:
على أنا لا نفحص عن مثل ذلك،
وكالدلائل، إلاّ إن تظاهر به صاحبه معانداً، أتلف عليه ؛ وما اتفق لبعض
البدو، في اتلاف بعض كتب أهل الطائف، إنما صدر منه لجهله، وقد زجر هو،
وغيره عن مثل ذلك
diartikan :
- Bandingkan dengan terjemahan kami:
“Itupun kami tidak memeriksa (mencari-cari) tentang
hal itu, dan seperti Dalail al-Khairat, kecuali jika
pemiliknya menampakkannya sebagai orang yang menentang, maka dihilangkan
atasnya. Dan apa yang terjadi secara kebetulan bagi
sebagian orang Baduwi dalam memusnahkan sebagian kitab penduduk
Thaif, maka sesungguhnya hal itu dilakukan karena kebodohannya,
padahal ia dan yang lainnya sudah dilarang
dari hal tersebut (maksudnya dari mencari-cari, memeriksa dan
membakar-bakar kitab).”Wallahu a’lam
Wahai pembaca yang dimuliakan Allah dengan diberi akal,
ilmu dan iman!
Siapakah yang memalsukan berita? Syekh Muhammad ibn Abdul
Wahhab adalah orang yang melarang membakar kitab tetapi diberitakan oleh
orang yang menamakan dirinya sebagai Syaikh Idahram bahwa beliau
memerintah dan bersepakat dengan orang Baduwi untuk membakar buku orang
Thaif?!!
Sungguh kebohongan besar di depan publik di siang bolong.
Padahal judul buku mereka tidak sungkan-sungkan berbunyi:
Saya khawatir ini termasuk dalam ujaran: “maling berteriak
maling”.
- Setelah Anda tahu kesalahan penulis buku ini dalam menerjemah, maka kesimpulannya pun juga pasti salah. Perhatikan kesimpulan penulis: (scan buku halaman 51)
Pembaca yang kami muliakan, dan yang dimuliakan oleh Allah
dengan hati nurani, kecerdasan dan iman. Sebenarnya saya merinding membaca
terjemahan dan kesimpulan Syaikh idahram. Bagaimana ia membalik
fakta 180 derajat? Kalau begitu siapa yang tangannya sangat terampil,
bisa memberi informasi bahkan tuduhan keji secara salah dan
terbalik-balik?!
Melihat cara kutipan yang serampangan, kami jadi meragukan
ketajaman dan kebenaran tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada salafi
wahabi. Misalnya, dalam kitab ad-Durar as-Saniyyah sebelum
paragraph yang dikutip oleh penulis, Syekh mengatakan bahwa beliau
mengikuti akidah salaf shalih, bukan akidah khalaf, lalu dalam madzhab
fikih ikut madzhab Imam Ahmad, lalu beliau menegaskan bahwa beliau
menggunakan semua kitab para ulama.
Dan setelah kutipan itu, Syekh mengingkari tuduh-tuduhan
keji tersebut. Beliau berkata:
وأما ما
يكذب علينا : سترا للحق، وتلبيسا على الخلق، بأنا نفسر القرآن برأينا،
ونأخذ من الحديث ما وافق
فهمنا…. …………… وأنا لا نعتمد على أقوال العلماء، ونتلف مؤلفات أهل المذاهب،
لكون فيها الحق والباطل، وأنا مجسمة، وأنا نكفر الناس على الإطلاق
أهل زماننا، ومن بعد الستمائة، إلا من هو على ما نحن
عليه .
جوابنا في كل مسألة من ذلك، سبحانك هذا بهتان
عظيم ؛ فمن روى عنا شيئا من ذلك، أو نسبه إلينا، فقد كذب علينا وافترى
.
“Adapun apa yang didustakan atas nama kami; demi untuk
menutupi kebenaran, dan mengelabuhi manusia; katanya kami menafsiri
al-Qur`an dengan pendapat kami, kami mengambil hadits yang sesuai dengan
pemahaman kami…………… Dan kami tidak bersandar pada ucapan para ulama,
kami melenyapkan kitab-kitab ahli madzhab karena berisi kebenaran dan
kebatilan, kami mujassiim, kami mengkafirkan manusia pada zaman kami
secara mutlak, hingga setelah 600 tahun, kecuali orang-orang yang sesuai
dengan apa yang ada pada kami.
Maka jawaban kami dari semua masalah itu adalah: “Maha Suci
Allah, ini adalah kedustaan yang besar. Maka barangsiapa meriwayatkan
sesuatu dari hal itu atau menisbatkannya kepada kami maka dia
benar-benar telah berdusta dan mengada-ada.[2]“
Jadi sekali lagi,
secara meyakinkan dan terang-terangan Syaikh Idahram penulis buku
telah melakukan dusta dan bohong di depan publik, dan
menuduh Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab yang tidak bersalah itu dengan
tuduhan-tuduhan keji sebagai orang sesat, mengkafirkan umat Islam,
membakar kitab dan mengajarkan pengikutnya untuk memalsukan kitab para
ulama dan lain sebagainya!!!
Maka terbuktilah ucapan bapak Dr. KH. Rohimuddin
Nawawi al-Bantani M.A. dalam testimoninya yang mengatakan: “Saya merinding membaca buku
ini, seakan tidak percaya, tapi itulah kenyataannya.”Karena
saya benar-benar merinding jika mutu terjemahan buku ini seperti ini.
Menyesatkan pembaca.
Dan terbukti pula testimoni Bapak KH. Wahfiudin,
M.B.A. yang berbunyi: “Buku ini sangat dahsyat dan mencengangkan”. Tetapi
dahsyatnya bukan karena memuat informasi-informasi penting
dengan kupasan yang akurat dan ilmiah, melainkan karena “kesalahan
terjemah yang fatal dan fitnah serta kedustaan.”
Yang tidak terbukti adalah ucapan Ustadz H.
Muhammad Arifin Ilham saat mengatakan: “Untuk membentengi mereka
dengan pemahaman yang lurus” sebagaimana pernyataannya berikut
ini:
Sebab pemahaman penulis buku, terjemahan dan
kesimpulannya rusak sebagaimana yang Anda ikuti bersama dalam makalah
ini –dan makalah-makalah berikutnya insyaallah-. Jika tidak, maka apakah
menuduh orang, menfitnah, dan memusuhi ulama secara salah, apakah itu
pemahaman yang lurus? Apakah itu cerminan islam yang lembut, santun dan
penuh kasih sayang? Jelas tidak, tetapi sangat dikhawatirkan
justru perbuatan seperti yang dilakukan oleh penulis buku ini mendapat
ancaman keras dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا
مُهِينًا (57) وَالَّذِينَ
يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا
فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
(58)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan
Rasul-Nya[3].
Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan
baginya siksa yang menghinakan. dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan
mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka
telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab,
57-58)
Oleh karena itu, adanya dua nama tokoh nasional di cover
depan
dan 5 tokoh (termasuk Prof. DR. Azyumardi) di kover
belakang bukan memperindah ataupun menguatkan buku ini, tetapi justru
sebaliknya, buku ini mencoreng dan merendahkan martabat mereka.
Andaisaja beliau-beliau itu tidak begitu saja memberikan dukungan, kata
pengantar dan testimoni pada buku ini. Namun apa dikata, itu sudah
menjadi kenyataan…!! Wallahu a’lam bishshawab.
Semoga tanggapan ini bisa membantu menyadarkan orang-orang
yang lalai. Aamiin.
Nantikan bagain kedua dari serial Aurat Buku Syaikh
Idahram-2. [*]
[1]
Kitab Sayyid Muhammad ibn Alwiy al-Maliki ini sudah dikritisi
kesalahan-kesalahannya oleh Syaikh Shalih ibn Abdul Aziz Al-Syaikh dalam
buku yang berjudul Hadzihi Mafahimuna, yang dicetak dalam
edisi Indonesia dengan judul Meluruskan Pemahaman, terbitan
Nashirul Haq.
[2]
http://islamport.com/d/2/fqh/1/24/178.html
[3]
Menyakiti Allah dan rasul-rasulNya, Yaitu melakukan perbuatan-
perbuatan yang tidak di ridhai Allah dan tidak dibenarkan Rasul- nya;
seperti kufur, mendustakan kenabian dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar