..::::::..

CURHAT

oleh Rumah Dhuafa Indonesia

Suatu saat, ketika saya bersilaturahmi dengan guru ngaji saya, nun jauh di kampung, beliau berpesan. Dan pesan beliau adalah, "Jika kamu sedang punya masalah, janganlah kau diamkan sendiri. Curahkanlah perasaan hatimu dengan orang yang paling dekat denganmu. Mungkin orang tuamu, kawanmu, saudaramu atau siapa saja. Jika semua itu meragukanmu atau kau kurang berani mengatakan sejujurnya, dengan guru ngajimu pun tidak apa-apa. Sebab dengan 'curhat', tidak jarang akan menemukan jalan keluar. Dan tentu saja itu akan melegakan kamu."

Pesan guru ngaji saya itu sering saya praktekan. Karena terus terang saja, sebagai manusia biasa, saya ini sering sekali mengalami kesukaran-kesukaran dalam menghadapi sesuatu hal atau masalah.
Maka beberapa waktu lalu, ketika himpitan masalah bertubi-tubi datang kepada saya, pada saat saya sedang merenda hari-hari di negeri orang, saya pun tak ragu-ragu untuk mencurahkan perasaan saya kepada sahabat-sahabat saya. Saya mencoba menuliskan permasalahan saya, dan saya kirimkan ke sebuah redaksi situs Islam. Dan beberapa hari kemudian redaksi situs tersebut memuatnya. Sejak itu, banyak nasehat, petuah, doa, saran, berdatangan di mailbox saya.
Ada yang mendoakan semoga saya tabah. Dan apa yang sedang menimpa saya menjadi jalan untuk mengugurkan dosa-dosa saya. Ada juga yang mendoakan, walaupun banyak masalah tapi istiqamah-lah dalam menjalankan syariat-Nya. Ada juga yang mengingatkan agar saya banyak-banyak mengingat Allah. Ada juga yang memberi saran, agar saya pulang saja ke Indonesia, walau bagaimanapun Indoneia masih menjajikan untuk para pencari rezeki.

Dan ada seorang yang sedang punya nasib sama dengan saya, yaitu seorang pekerja di Hongkong, memberi nasehat panjang lebar kepada saya dengan cara menuliskan perjalanan hidupnya. Perempuan muda asal Blitar, Jawa Timur itu menulis:
Saya memang sangat menikmati pekerjaan di Hongkong ini, Mas. Majikan saya sangat baik. Kalau pekerjaan saya sudah selesai, saya bisa melakanakan kegiatan apa saja. Bisa baca buku, browsing internet di rumah dan juga diberi keleluasaan beribadah, walaupun majikan saya sendiri tidak beragama.

Tapi, tahukah kamu dengan perjalanan hidup saya? Saya akan mencoba menceritakan padamu.
Saya asal Blitar, Jawa Timur. Bapak saya seorang buruh nelayan, yang tidak punya perahu sendiri. Ketika SD, guru-guru saya memuji bahwa saya adalah anak pandai di sekolah. Saya selalu menduduki ranking atas. Sehingga saya punya obsesi untuk melanjutkan sekolah setelah tamat SD. Tapi rupanya obsesi saya tidak seimbang dengan kemampuan orang tua saya. Saya baru merasa bahwa sekolah butuh biaya banyak.
Sambil bekerja di sebuah peternakan saya masuk SMP. Namun hanya bertahan setahun, karena kekurangan biaya. Memasuki kelas dua, saya keluar. Umur saya waktu itu empat belas tahun. Keluar dari sekolah, saya mencoba merantau ke Singapura. Sayang, di sana saya menemui majikan yang sangat tidak baik. Jangankan berhubungan dengan kawan, menerima surat dari Indonesia pun saya tidak boleh. Walaupun begitu, saya kuatkan sampai habis kontrak, yaitu selama dua tahun.
Setelah merantau ke Singapura, sebenarnya saya tidak ingin merantau ke luar negeri lagi. Kapok rasanya kerja di luar negeri. Tapi apa hendak dikata, saya tidak tahan melihat keadaan orang tua. Ahirnya saya memutuskan untuk merantau lagi. Kal ini saya mencoba merantau ke Hongkong.
Alhamdulillah proses ke sana agak mudah. Dan saya menemui majikan yang lain dengan yang di Singapura. Tahun pertama saya bisa membantu menyekolahkan adik saya sambil mondok di Jember. Dan saya juga bisa membelikan perahu sendiri untuk ayah. Alhamdulillah agak ada sedikit peningkatan dalam kehidupan keluarga saya.
Namun kesenangan saya tidak berumur lama. Tiba-tiba sebuah kejadian menimpa saya lagi. Awalnya saya menolong seorang teman yang sama-sama kerja di Hongkong. Dia butuh uang banyak. Karena saya tidak mempunyai uang sebanyak yang ia minta, ahirnya saya relakan dokumen paspor saya untuk meminjam uang di bank. Namun baru dua kali angsuran, dia dipulangkan dari Hongkong. Terpaksa sayalah yang harus mengangsur utang kawan saya tersebut. Padahal waktu itu saya sedang membantu orang tua saya dalam usaha pertanian. Akhirnya usaha tersebut menjadi kocar-kacir.
Cobaan dari Allah tidak hanya sampai di situ. Tiba-tiba di saat kekalutan belum pulih, orang tua saya mengabarkan bahwa, Blitar dilanda banjir besar. Rumah orang tua saya ikut terkena musibah itu. Sekarang hanya tinggal rumah kosong dan seonggok sampah yang dibawa banjir. Kesedihan saya terus bertambah. Namun saya akan meneruskan bekerja di Hongkong. Bagaimanapun juga saya harus melanjutkan usaha ini. Mas, sekarang saya sudah memasuki kontrak yang ke empat.
Saya diam sejenak membaca kisah sahabat saya ini. Saya mencoba mengulas perjalanan hidup saya sendiri. Dan mencoba membandingkannya dengan dia. Akhirnya tak terasa terlontar rintihan dari dalam diri saya. Ternyata saya tidak sendiri dalam menghadapi kesulitan hidup ini.
Kisah sahabat saya mengajari agar saya lebih banyak untuk menunduk. Menunduk dalam arti banyak-banyak memandang ke bawah. Ternyata pada saat kami mengalami masalah berat, ada kawan atau sahabat kita yang sedang mengalami yang lebih berat dari kami. Jadi, sebagai hamba Allah, memang tidak ada alasan apapun bagi kita untuk tidak bersyukur pada-Nya. Sebab nikmat Allah tidak harus seonggok rupiah, masih diberi kesempatan untuk hidup pun adalah nikmat terbesar yang Dia berikan pada kami.
Mungkin saya tidak akan menemui 'mutiara kehidupan' ini, seandainya saya tidak mencurahkan isi hati saya kepada orang lain. Mungkin saya akan selalu dalam kedaan beku pikiran dan larut dalam gelombang kesedihan. Dan benarlah kata guru ngaji saya, bahwa 'curhat' bisa menjembatani kami untuk mendobrak berbagai macam permasalahan.

Sahabat Rumah Dhuafa Indonesia, Mari Salurkan Sedekah anda untuk program Pemberdayaan anak yatim dhuafa Penghafal Alquran dan Pembekalan Ilmu Informatika

Inforrmasi hubungi 021-27199984-8856530

Atau salurkan langsung ke

No Rek BCA : 5770524387 an. Fajar Pujiyanto

No Rek BSM : 0697055615 an. Fajar Pujiyanto
http://rumahdhuafa.org/

Apabila ada pertanyaan, kritik, atau saran silakan hubungi di nomor 0411-9303899



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP