Sebeum datangnya sang buah hati
Anak sebagaimana yang dilansir oleh Al Qur`an Al Karim dapat menjadi perhiasan hidup (Q.S. Al Kahfi: 46), sebagai nikmat yang patut disyukuri (Q.S. Al Isra`: 6), merupakan penyejuk mata dan pembelai jiwa bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al Furqan: 74).
Akan tetapi disamping itu, Al Qur`an Al Karim juga mensinyalir bahwa anak juga dapat menjadi fitnah yang maha berat bagi orang tuanya sehingga bisa mendatangkan berbagai bencana dan petaka, serta dapat menyeret kepada kedurhakaan bahkan kekufuran.
Hal ini telah sangat jelas ditegaskan dalam firman-Nya, yang artinya:
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 8:28).
Karenanya, pendidikan Islam kepada anak tidak dapat diserahkan begitu saja kepada orang lain, namun sebaliknya penanggung jawab pendidikan yang utama terletak di pundak orang tuanya. Keberhasilan pendidikan pada masa-masa paling awal akan sangat membekas dalam diri anak sehingga tahun selanjutnya tinggal memperluas dan meningkatkan kemantapan pribadi anak sebagai seorang muslim yang sesungguhnya.
Keshalihan Orang Tua
Anak adalah cermin diri dari orang tuanya sendiri. Kalau orang tua ingin mendapatkan anak yang shalih/shalihat maka keduanya harus mengondisikan diri untuk menjadi pribadi yang shalih dan shalihat. Dan menurut Islam, persiapan mendidik anak dimulai sejak waktu pemilihan jodoh yaitu pemilihan istri atau suami.
Dari Abu Hurairah Radhiyallah `Anhu, dari Nabi Shallallahu `Alahi Wa Sallam bersabda: “Wanita dinikahi karena empat hal, karena hartanya, keturunannya, kecantikan dan agamanya. Pilihlah agamanya, maka terbebaslah tanganmu.” Muttafaqun `Alaih.
Dan Rasulullah Shallallahu `Alahi Wa Sallam tidaklah hanya menganjurkan kepada kaum pria untuk memilih calon istri yang taat beragama, akan tetapi juga menganjurkan kepada permpuan untuk memilih calon suami yang taat beragama. Sabda Rasulullah Shallallahu `Alahi Wa Sallam:
“Apabila kepada kamu datang seorang pria (meminang puterimu) yang kamu senangi karena agama dan akhlaknya maka kawinkanlah puterimu dengannya. Jika kamu tidak melakukannya akan terjadi fitnah dan bencana yang silih berganti.” (H.R. At Tirmidzi dari Abi Hatim).
Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena kualitas kepribadian anak akan sangat tergantung kepada kualitas pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya (Q.S.Luqman: 12-19).
Disunatkan kepada pasangan suami istri untuk memohon perlindungan (untuk diri mereka sendiri maupun untuk calon anak yang mungkin akan diperolehnya dari hubungan tersebut) kepada Allah SWT terhadap kejahatan Syaithan, melalui doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya:
“Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari Syaithan dan jauhkanlah anak yang (mungkin) Engkau karuniakan kepada kami dari Syaithan”. Maka jika Allah mentakdirkan bagi keduanya seorang anak dari hubungan tersebut, niscaya Syaithan tidak mampu mencelakakan anak itu selama-lamanya.” (Muttafaqun `Alaih).
Jika ada pertanyaan, langsung kirim aja ke 0411-9303899 (esia) atau irmbf@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar