..::::::..

Ibu, jangan tinggalkan anakmu!

Ulama-ulama besar terlahir dari rahim ibu shalehah. Sebuah ungkapan Al Ummu madrasatul Ula, Ibu adalah sekolah yang pertama. Tidak berlebihan ungkapan diatas karena peranan seorang ibu di dalam keluarga. Seakan sudah tergariskan bagi seorang ibu, bahwa tugas pendidikan terhadap anak-anak melekat pada dirinya.

Allah pun menganugerahi perangkat-perangkat untuk melangsungkan proses tarbiyah (pendidikan) itu.
Wanita mempunyai anatomi tubuh khusus yang membedakan dirinya dengan pria, begitu juga dengan beribu sifat pada dirinya. Sifat yang sangat dominan bagi wanita adalah kecenderungannya menggunakan perasaannya. Dalam dirinya dipenuhi rasa kasih-sayang, kelemahlembutan, sabar, perhatian dan empati. Contoh yang paling mudah ketika kita berikan mobil mainan dan boneka atau sejenisnya kepada anak perempuan yang berusia 4 tahun, secara otomatis dia akan memilih boneka, yang kemudian ia gendong seperti layaknya seorang ibu kepada anaknya, padahal proses pengajaran melalui panca indera belum sempurna.

Anak belajar memiliki dan mencintai orang-tuanya, saling berbagi kasih-sayang dan perhatian dimulai sejak ia dalam gendongan ibunya. Kata-kata pertama yang ucapkan oleh si kecil hingga membentuk sebuah kalimat, adalah kata-kata yang ia dengar pertama kali dari mulut ibunya. Anak ketika itu seperti kertas putih yang siap ditulisi dengan tinta berwarna apa saja, hitam ataukah merah, seperti pita kosong yang siap merekam apapun yang ia dengar dan dilihatnya. Proses pembentukan kejiwaan dan pola fikir akan terus berlangsung hingga anak beranjak dewasa. Saat anak telah mampu membedakan nilai-nilai, positif dan negatif, baik dan buruk, berpahala atau berdosa.

Kemampuan membedakan nilai-nilai itu banyak terbentuk pada saat anak berinteraksi dengan ibunya. Rasulullah SAW bersabda :
"Tidaklah seorang anak manusia dilahirkan melainkan pasti lahir atas fitrah (Islam), lalu orangtunyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi." (HR Bukhari)

Maka seorang ibu yang "sempurna", mempunyai kafaah (kemampuan) dalam agama, ilmu pengetahuan dan sifat-sifat mulia, akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan anak walaupun ada variabel lain yang turut menentukan seperti lingkungan di sekitar anak.

Seorang anak tidak tidak boleh dibiarkan secara liar bergaul dengan siapa saja, mengambil semua yang terlintas dan terindera dari lingkungan sekitarnya. Dibiarkan sendiri menafsirkan segala sesuatu tanpa bimbingan dari orangtuanya. Ibu bagi seorang anak dapat berubah fungsi sebagi teman tempat mencurahkan isi hatinya, sebagai partner tempat berbagai masalah dan mencari solusinya juga sebagai guru tempat menimba ilmu pengetahuan tentang kehidupan.

Tapi keberhasilan anak bukan hanya diukur dari berapa nilai rapor di sekolah, atau telah "menjadi siapakah mereka". Tapi seberapa jauh ia mengamalkan ajaran agamanya, seberapa besar ia memberikan manfaat untuk manusia lainnya. Memang baik menjadi orang pandai dan berpengetahuan, tapi akan jauh lebih baik jika menjadi orang yang baik.

Akhir-akhir ini, para ibu lebih memilih karir dari pada urusan rumah tangga. Dalam benak mereka yang ada melulu soal bagaimana kulit di pipi tetap imut-imut, bibir tetap merekah dan sebagainya. Akhirnya pengunjung terbanyak di salon dan Mal-mal adalah kaum hawa ini. Sang ibu pun lebih senang berdandan layaknya ABG masa kini.

Gejala ini bukanya tanpa sebab. Gelombang gerakan emansipasi dan feminisme yang menuntut kesetaraan dan kesamaan antara pria dan wanita telah begitu kuat. Demikian pula adanya disorientasi dan perubaban cara pandang terhadap kehidupan. Peran media juga sangat besar pengaruhnya dalam mendorong terjadi fenomena ini.

Wanita tak lebih dari sekedar objek yang dijadikan pemanis produk iklan media. Kontes-kontes kecantikan di gelar tanpa ada tujuan yang jelas. Pergaulan bebas laki-laki dan perempuan mulai populer.

Jangan kaget, Di Indonesia setidaknya setiap tahun ada sekitar 700 ribu bayi yang dibunuh sebelum ia sempat mencicipi sejuknya udara dunia, akibat aborsi oleh remaja putri. (www.bkkbn.go.id). Islam tidak pernah meletakkan posisi wanita lebih rendah dari pada laki-laki, seperti yang dituduhkan oleh Barat. Bahkan Islam mengangkat derajatnya demikian tinggi, setelah sebelumnya wanita dilecehkan dan ditempatkan posisi sama dengan binatang, bahkan bayi wanita yang baru lahir pun harus dipendam hidup-hidup. Islam memandang bahwa wanita adalah partner atau dalam bahasa Qur'an disebut dengan Auliya', firman Allah

Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka ada….QS at Taubah:71.

Islam berusaha mengembalikan posisi seorang wanita sesuai dengan fithrahnya. Kembali kepada keluarga menjadi tulangpunggung bagi pendidikan dan pengajaran generasi selanjutnya, yang tiada lain adalah anak-anak mereka sendiri.

Saat ini telah kita saksikan bahwa sebagian wanita berpandangan bahwa keluarga dan pendidikan anak bukan menjadi urusan yang paling urgen. Pendidikan dan perkembangan anak mereka serahkan kepada pembantu rumah tangga, baby sister atau tempat-tempat penitipan anak. Ada sebuah sikap yang kurang benar yaitu menyerahkan semua urusan pendidikan kepada sekolah an sich, dan biarlah "alam" yang akan membentuk kepribadian anak. Apakah lupa bahwa dibalik sentuhan tangannya yang lemah lembut terdapat pengaruh kekuatan besar yang mengalir ke dalam diri anak-anak mereka kelak.

Jangan buat air mata ibu meleleh, menyaksikan sekali lagi, anak-anak mereka "terpaksa" menjadi perusak-perusak bangsa, koruptor-koruptor, orang-orang pintar yang keblinger, mendholimi manusia dengan kepandaiannya.

Jika ada pertanyaan, langsung kirim aja ke 0411-9303899 (esia) atau irmbf@yahoo.com



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP