..::::::..

Manipulasi Jalaluddin Rakhmat

Ketidakjujuran JR dengan memanipulasi dalil untuk menguatkan pendapatnya serta mengada-ada, seperti;
- JR telah menulis buku “Al-Mushthafa”, makalah “Adalah Sahabat” dan bulletin “At-Tanwir” ternyata didalamnya terdapat kebohongan, ketidakjujuran bahkan menunjukkan kebodohan JR sendiri, contoh:
1. Dalam buku Al Mushthafa hal, 92, JR menyebutkan riwayat Aisyah ra bahwa ketika Rasulullah Saw wafat , Abu bakar ra berada di Sunh, suatu tempat kira-kira beberapa puluh kilometer diluar kota madinah. Ternyata jaraknya hanya 1 (satu) mil dari masjid Nabawi. ini dusta dan penipuan JR

2. Al Mushtafa, hal. 92, JR menulis; kontradiksi perilaku Rasulullah saw dalam salatnya. Dalam hadis Bukhari no 713 tersebut: Rasulullah jalasa ‘an yasaari Abi Bakr, duduk disebelah kiri Abu Bakar. Dalam hadis no. 683 fa jalasa Rasulullahi hidzaa-a Abi Bakr, Rasulullah saw duduk dihadapan Abu Bakar ra. Dalam hadis no. 664 Rasulullah saw duduk disebelah kanan Abu Bakar ra. Masih dalam shahih Bukhari dan hanya diantarai oleh beberapa halaman saja. Ini kontradiksi, satu hidza’a (dihadapan) satu ‘an yasaari (disebelah kiri) dan riwayat satu lagi ‘an yamiini (disebelah kanan), Pada hal. 93, JR mengatakan: jadi kalau kita menemukan hadis-hadis yang seperti itu, maka dengan terpaksa kita meragukan kebenaran peristiwa itu terjadi; dalam peribahasa Belanda dikatakan bahwa kebohongan tidak punya kaki, ia goyah. Berbohong itu sukar dan kebohongan biasanya hanya bisa dipertahankan melalui kebohongan. Karena itu dalam berita bohong dengan mudah kita temukan inkonsistensi. Dalam ilmu hadis, inkonsistensi riwayat-riwayat seperti itu disebut sebagai idhthirab. Hadisnya disebut mudhtharib dan hadis mudhtharib termasuk hadis dhaif. Sebetulnya apa yang kita lakukan ini tidakmengada-ada karena para ulamapun sudah melakukannya sejak lama. Demikian paparan JR,
Sepintas lalu data ini sangat meyakinkan apalagi ditopang dengan ilmu mushthalah hadis yang akurat. Ternyata ini juga kedustaan, penipuan serta keberanian mengada-ada. Ternyata JR mengartikan hidza’a Abi Bakr, duduk di hadapan Abu Bakar, dengan sengaja membuang kata “ilaa janbih” karena hadis itu berbunyi: hidzaa’a Abi Bakr ilaa janbih (Nabi saw duduk sejajar Abu Bakar ra di sampingnya). Dan yang paling fatal, keberanian mengada-ada dengan kata: ‘an yamiini (disebelah kanan) katanya pada hadis no. 664. Padahal yang tertulis dihadis no. 664, ialah hatta jalasa ilaa janbih (sehingga ia duduk disampingnya), sama sekali tidak terdapat kata ’an yamiyni. Naudzubillah
3. Dalam buku Al Mushthafa, hal. 166, JR menulis; jadi asumsi kita selama ini bahwa Usman memiliki keistimewaan dua cahaya karena dia memiliki dua orang istri yang keduanya putri Rasulullah, terpaksa harus kita mansukh (hapus). Dua orang itu ternyata dua putri asuh (rabiybah Rasulullah). Juga JR menulis pada hal 164, memang ada Ruqayyah yang menikah dengan Usman. Juga ada Ummu Kaltsum yang menikah dengan Usman. Tapi semuanya lahir sebelum bi’tsah. Padahal, ahli tarikh sepakat bahwa putri-putri Rasulullah lahir setelah bi’tsah. Juga JR menulis alasannya dengan mengutip kitab riwayat dari kutub al Ansab, hal 157 dan 158, oleh Mash’ab Al-Zubairi (terlampir) kesimpulan dari riwayat tersebut Ruqayyah dan Zainab yang menikah dengan Usman bin Affan ra bukan putri-putri Rasulullah (hal. 165)
Astaghfirullah, JR begitu berani membantah sesuatu yang sudah disepakati kaum muslimin (ijma’ para ulama dari dahulu sampai sekarang. Yang menjadi pertanyaan: 1. Ahli tarikh siapa yang sepakat bahwa putri-putri Rasulullah lahir setelah bi’tsah. 2. Kenapa JR tidak mengutip dari dari Az-Zahabi (1274-1348) yang mengakui Usman ra sebagai suami dari dua putri Nabi saw (terlampir). Atau Ibnu Saad yang menulis dalam bukunya; Thabaqaat Al Kubraa, Jilid 3 hal 56 ; Nabi saw menikahkan Usman dengan putrinya Ruqayyah. Lalu Rukayyah meninggal dunia, maka Nabi saw menikahkannya dengan putri beliau yang kedua yaitu Ummul Kaltsum, lalu iapun meninggal dunia, maka Usman disebut dzun nurain (mempunyai dua cahaya). Karena belum ada seseorang yang menikahi 2 putri Nabi sebelumnya dan sesudahnya kecuali Usman ra. Bersabda Rasulullah saw setelah Ummu Kaltsum pun wafat; Andaikata aku mempunyai putri yang ketiga, niscaya aku nikahkan dia dengan Usman atau dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muadz bin Jabar: sesungguhnya Usman orang yang paling serupa denganku, akhlaknya, bentuk dan penampilannya. Dialah dzun nurain, aku menikahkannya degann dua putriku. Dia di surga bersamaku seperti ini, dan Nabi saw menggerakkan telunjuk dan jari tengahnya. Inilah hadis dan riwayat ahli sejarah yang terkenal dan dipercaya, maka nampaklah ketidakjujuran JR
4. Dalam kitab Al Mushthafa hal 138 JR menuls: Sufyan disebutkan oleh Al-Dzahabi dalam Mizaan I’tidal sebagai ; “Innahu yadallis wa yaktubu minal kadzdzaabin, ia melakukan tadlis dan meriwayatkan dari para pendusta. Ternyata disini tampak lagi kecurangan JR dan melakukan pembodohan publik, karena ternyata dalam kitab yang dikutipnya. tertulis; wa laa ibrata liqauli man qaala: innahu yadallis wa yaktubu an al-kadzdzaabiin. Artinya: dan tidak perlu diperhatikan perkataan orang yang mengatakan: (Sufyan) melakukan tadlis dan meriwayatkan hadis dari para pendusta. Jadi yang digelapkan dan dibuang oleh JR, kata: wa laa ibratah liqauli man qaala..” sehingga artinya berbalik 180 derajat.La haula wala quwwata illa billah. Di halaman 145 JR menulis: Az Zuhri termasuk yang sangat membenci Imam Ali. Ibnu Abi al Hadid memasukkannya dalam kelompok pencipta hadits maudhu’ (palsu). Ibnu syihab tidak terdapat dalam kitab rijal. Ternyata ini mengada-ada, karena Az Zuhri dan Ibnu Syihab orang yang sama.
5. Muawiyah ra menurut JR didalam buku “ Al Mushthafa “ adalah seorang yang curang, licik, kejam, biadab, pendengki, termasuk dengki kepada Nabi saw, fasik, kafir, telah dilaknat oleh Nabi saw.

Di hal. 9 JR menulis: Muawiyah berusaha mengubah tarikh Nabi saw dengan meyebarkan versi tarikh mereka dan membungkam versi tarikh lain. Masih di halaman yang sama JR menulis; pada waktu itu, yang paling menderita adalah penduduk Kufah karena kebanyakan dari mereka adalah pengikut imam Ali as. Lalu Muawiyah menugaskan Ziyad bin Sumayyah untuk memerintah di Kufah berikut Basrah. Ia mengenal orang-orang Syiah karena pada zaman Ali ia pernah bergabung sama mereka. Ia mengejar Syiah dan membunuh mereka disetiap lembah dan bukit, meneror mereka, memotong tangan dan kaki, mencungkil mata, menyalibnya pada batang pohon kurma dan mengusir mereka sehingga tidak tersisa salah seorangpun dari mereka.
Pada hal. 11 JR menulis; kemudian Muawiyah menerbitkan lagi surat perintah keseluruh negeri, selidikilah orang-orang yang terbukti mencitai Ali dan Ahlul Baitnya. Hapuskan nama mereka dari daftar. Putuskan tunjangan mereka. Bersama surat perintah ini Muawiyah melengkapinya dengan naskah yang lain. Siapa yang kalian curigai mencintai kaum tersebut, hukumlah dia dan hancurkan rumahnya.
Pada halaman. 13 JR, Muawiyah berusaha mendiskreditkan Rasulullah saw dan keluarganya karena ada kaitannya dengan Bani Hasyim. Dia menyewa beberapa ulama atau mufti dari para sahabat Nabi untuk memutar balikkan peristiwa tentang Rasulullah.

Pada hal 16 JR menulis; Muawiyah berkata: ….lalu tengoklah saudara Hasyim. Namanya disebut lima kali sehari-Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. Lalu tindakan apa lagi yang masih kita lakukan? Tidak demi Allah sampai mati sekalipun. Pada hari yang lain Muawiyah mendengar azan. Ia berkata; demi Allah, wahai putra Abdullah, engkau betul-betul ambisius. Hatimu belum puas sebelum namamu didampingkan bersama nama Tuhan Alam Semesta (maksudnya Muawiyah tidak senang dan geram mendengar nama Nabi saw selalu disebut-sebut dikala adzan dikumandangkan) (penj.). Muawiyah ingin menghapuskan semua hal yang berhubungan dengan Nabi saw. Ia gagal. Tapi ia berhasil mendiskreditkan Nabi saw dengan kisah kisah yang diciptakan oleh pengikutnya
Pada hal 24, JR sengaja mengutip perkataan Ibn Abi al Hadid: “ Banyak diantara sahabat kami mengecam agama Muawiyah. Mereka tidak hanya menganggapnya fasik, bahkan ada yang mengatakan bahwa dia kafir karena tidak meyakini kenabian
Pada hal 73-74, JR menulis; lalu siapakah yang pernah dilaknat oleh Rasulullah saw? Tidak mungkin disini kita menyebut semua orang yang dilaknat Nabi saw. Sebagai contoh Rasulullah saw pernah melaknat Abu Sufyan, Muawiyah dan Amr bin Ash. Setelah Nabi saw meninggal dunia mereka menjadi penguasa. Ketika menyebar hadis yang melaknat mereka, mereka keluarkan hadis bahwa yang dilaknat Nabi saw itu akan memperoleh ampunan, rahmat dan pensucian Allah. Dalam shahih Muslim diriwayatkan kutukan Rasulullah kepada Muawiyah, “Semoga Allah tidak pernah mengenyangkan perutnya”. Konon ia mati karena kebanyakan makan. Bandingkan keterangan JR ini dengan tulisan Muhibbuddin al Khatib dalam bukunya; Maa al Ra’iyl al Awwal, hal. 176-179 dan hal 212 (terlampir) dimana disebutkan kelebihan dan pujian terhadap Muawiyah ra dengan tetap meyadari bahwa ia adalah manusia biasa yang ada kesalahan dan kekeliruannya. Didalam tulisan tadi disebutkan tentang Muawiyah ra :
a. Muawiyah ra dan tentaranya yang telah meyerang dan merebut Ciprus pada tahun 27 H yang dimasa pemerintahan Utsman ra. telah dilihat Nabi saw dalam mimpinya sebagai umatnya yang akan berjuang dijalan Allah dengan mengarungi laut (HR. Bukhari) (hal 176)
b. Umair bin Sa’ad ra melarang membicarakan Muawiyah ra kecuali dengan baik karena beliau yang telah didoakan Nabi: Ya Allah berilah petunjuk (manusia) dengannya. (hal 177)
c. Berkata Saad bin Abi Waqqash: “ saya tidak melihat seseorang sesudah Utsman yang paling (baik) memutuskan (perkara) berdasarkan kebenaran, lebih dari pada pemilik pintu ini (Muawiyah) (hal 177)
d. Abu Darda ra berkata kepada penduduk negeri Syam; saya tidak melihat seseorang yang shalatnya menyerupai shalat Nabi lebih dari shalatnya imam kamu ini (maksudnya Muawiyah) (hal 177)
e. Berkata Abdullah bin Abbas ra: Saya tidak melihat seorang laki-laki yang paling pantas menjadi raja , lebih dari Muawiyah (hal. 178)
f. Ibn Abbas ra berkata; Dia itu faqih (dia maksudnya Muawiyah ra). ( hal 178)
g. Nabi saw mendoakannya. Ya Allah jadikanlah ia (dapat) memberi petunjuk, yang ditunjuki dan berilah petunjuk dengannya (HR. Tirmidzi) (hal. 178)
h. Nabi saw mendoakannya; Ya Allah, ajarkanlah kepadanya kitab dan hisab serta jagalah ia dari azab (HR. Thabrani), dan dalam riwayat Bisyr bin as Sirry, ditambah (doa tadi) : dan masukkanlah ia ke dalam surga. (hal. 178)
i. Berkata Abdullah bin Amr bin Ash ra; Saya tidak melihat seseorang yang paling pandai memerintah lebih dari Muawiyah ra. Berkata Jabalah bin Sahim; aku berkata: Dan tidak juga Umar ra (lebih pandai memerintah dari Muawiyah ra?). ia berkata : Umar ra lebih baik dari Muawiyah ra, tapi Muawiyah ra lebih pandai memerintah dari Umar ra (Ibnu Katsir dalam tarikhnya) (hal. 179)
j. Berkata Qatadah: Andaikata kamu berada dalam kekuasaanya (Muawiyah ra), maka kebanyakan kamu akan berkata: “inilah al Mahdi” (HR. Abu Bakar al Atsram dari Ibnu Baththah.) (hal. 179)
k. Berkata Mujahid : Andaikata kamu mendapati (pemerintahan) Muawiyah ra, niscaya kamu akan berkata: “inilah al Mahdi” (HR. Ibnu Baththah) (hal. 179)
l. Berkata al A’masyi: Bagaimana andaikata kamu mendapati Muawiyah. Mereka berkata: tentang kelembutannya?, Ia berkata: tidak, demi Allah, bahkan tentang keadilannya (HR. al Atsram.) hal 179
m. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: tidak ada di antaraa raja-raja Islam yang lebih baik dari Muawiyah ra dan tidak pernah manusia pada pemeritahan satu raja dari raja-raja islam yang lebih baik dari pada manusia pada pemerintahan Muawiyah ra (hal. 179)
n. Imam Mujahid Abdullah bin Mubarak (118-177 H) ditanya: mana yang lebih mulia, Muawiyah bin Abi Sufyan ra atau Umar bin Abdul Aziz? Beliau menjawab: Debu yang masuk ke dalam hidung Muawiyah bersama Rasulullah SAW lebih utama dari seribu Umar bin Abdul Aziz. Muawiyah telah shalat di belakang Nabi SAW, lalu Rasulullah SAW membaca sami’allahu liman hamidah lalu Muawiyah ra berkata: Rabbana walakal hamdu, maka adakah kemuliaan yang lebih tinggi dari ini? (hal. 212)
Mana yang kita pilih, apakah keterangan para Ulama’ yang terkenal dan jujur dengan ditopang oleh dalil yang kuat ataukah pendapat JR dalam bukunya “Al Musthafa” dari sumber yang tidak terkenal dan tidak ditopang dalil yang kuat?. Belum lagi kalau kita melihat ayat al Quran, surat al Fath, 29, bahwa sahabat itu ibarat bibit tanaman yang ditanam dan dirawat Nabi SAW, dengan pertumbuhan yang sangat menyenangkan beliau dan menjengkelkan orang-orang kafir ? Bukankah Muawiyah ra termasuk sahabat yang dididik langsung oleh Nabi SAW dimana beliau sangat gembira melihat hasil didikannya. Bukankah Ia dipercaya oleh Khalifah Umar ra dan Utsman ra sebagai gubernur di Syam? Kita akui bahwa ia bersalah karena berperang melawan Khalifah yang sah Ali ra, namun setelah ia menerima kekuasaan dari Hasan bin Ali ra, maka sisa hidupnya ia gunakan untuk memimpin kaum muslimin menuju kemakmuran hidup dan berjihad menyebarkan agama dan mengibarkan bendera islam di berbagai penjuru dunia. Muawiyah ra telah berhasil menghimpun kekuatan kaum muslimin sehingga dapat membangun kekuasaan Islam yang paling besar dalam sejarah Islam. Mulai dari tembok Cina di sebelah timur sampai ke perbatasan Eropa, sebelah barat.
6. Dalam buku “40 masalah Syiah” halaman 90, Emilia Renita, istri JR menulis: dengan merujuk kepada sabda Nabi SAW; “Fathimah belahan nyawaku, siapa yang menyakiti Fathimah, dia menyakitiku; siapa yang membuat murka Fathimah, ia membuat aku murka” (Shahih al Bukhari 5, hadits 3 dan 61; Shahih Muslim 4: 1904-1905) ) dan menurut Al Quran, Allah melaknat orang yang menyakiti Rasulullah saw, maka Syiah melaknat orang-orang yang menyakiti Fatimah.
Dr. Tijani dalam bukunya: Akhirnya Kutemukan Kebenaran berkata; kenapa beliau (Umar) tidak takut kepada Allah ketika mengancam akan membakar rumah Fatimah ra jika orang-orang yang didalamnya tidak mau keluar untuk membaiat (Abu Bakar ra),.ketika dikatakan padanya bahwa Fatimah ada didalamnya, ia menjawab “sekalipun dia ada” (hal 115) dihalaman lain Dr. Tijani menulis : Fatimah ra juga pernah berkata kepada Abu Bakar dan Umar demikian: aku minta persaksian dari Allah kepada kalian berdua, apakah kalian tidak mendengar Rasulullah saw bersabda ; Keridhaan Fatmah adalah keridhaanku dan kemarahan Fatimah adalah kemarahanku. Siapa yang mencintai putriku Fatimah, maka dia telah mencintaiku, siapa yang membuat Fatimah rela maka ia telah membuatku rela , siapa yang membuat Fatimah marah, maka ia telah membuatku marah, “ ya kami telah mendengar dari Rasulullah saw” jawab mereka berdua. Lalu Fatimah ra berkata lagi: Sungguh, aku minta pesaksian Allah dan para malaikatNya bahwa kalian berdua telah membuatku marah dan tidak rela. Jika kelak aku berjumpa dengan Rasulullah saw maka pasti kusampaikan keluhanku padanya (ibid hal. 140)
Tentang Fatimah marah dan murka kepada Abu Bakar dan Umar, juga dikemukakan oleh JR dalam buku kecil yang berisi ceramah Asyuro bahwa: Fatimah telah marah kepada Abu Bakar karena Abu bakar tidak memenuhi permintaan Fatimah atas tanah Fadak yang diakui oleh Fatimah sebagai warisannya dari Nabi saw, jadi yang dimaksud oleh Emilia Renita tersebut diatas ialah Abu Bakar dan Umar itu dilaknat oleh Syiah, karena telah menjadikan Fathimah marah kepadanya.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP