..::::::..

Kasus Plagiarism, Gelar Profesor Akan Dicopot Bobroknya Dunia Pendidikan di Indonesia mulai terkuak

Sanksi terhadap Prof Dr Anak Agung Banyu Perwita benar-benar berat. Gara-gara melakukan plagiarisme, Banyu akan diberhentikan secara tidak hormat oleh Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung. Tidak hanya itu! Gelar profesor yang diberikan kepada Banyu juga akan dicopot.

Sementara itu 1.820 guru di Pekanbaru diturunkan pangkatnya karena karya ilmiahnya tidak orisinil

Bukan hanya dunia politik yang bobrok dan rusak di Indonesia, ternyata dunia pendidikan juga tak kalah bobroknya.

Inilah berita yang sedang ramai:

Isu Plagiat Menyeruak, The Jakarta Post Tarik Artikel Profesor dari Unpar

Fitraya Ramadhanny – detikNews

Selasa, 09/02/2010 12:09 WIB

Jakarta – Harian The Jakarta Post memasang pengumuman yang tak biasa pada Kamis 4 Februari 2010. Pengumuman bertajuk ‘Plagiarism’ itu berisi penarikan sebuah artikel yang ditulis seorang profesor dari Universitas Parahyangan, Bandung. Artikel itu dinilai menjiplak tulisan dari sebuah jurnal ilmiah Australia.

Artikel yang ditarik itu berjudul ‘RI as a new middle power?’ yang ditulis Prof Anak Agung Banyu Perwita dan telah dimuat pada 12 November 2009. Redaktur The Jakarta Post kemudian menemukan artikel tersebut mirip dengan tulisan Carl Ungerer

Carl menulis artikel ilmiah berjudul ‘The Middle Power Concept in Australian Foreign Policy’. Artikel ini diterbitkan dalam Australian Journal of Politics and History: Volume 53, Number 4, pada tahun 2007. Itu artinya dua tahun sebelum tulisan Banyu Perwita.

“Baik dalam konsep pemikiran dan frase yang digunakan, sudah jelas bukan karya orisinil dari sang penulis (Banyu Perwita-red),” demikian pernyataan The Jakarta Post, Kamis (4/2/2010).Tha Jakarta Post menegaskan telah terjadi plagiarisme dan penjiplakan terhadap pemikiran orang lain secara serius. “Kami dengan ini menarik artikel Anak Agung Banyu Perwita dan meminta maaf kepada pembaca khususnya kepada Carl Ungerer,” demikian The Jakarta Post.

Artikel Banyu Perwita ini menyulut kontroversi di dunia maya. Berbagai forum sudah mempermasalahkan tulisan ini bahkan mereka menampilkan artikel asli sebagai pembanding untuk membuktikan plagiarisme itu. Bagi kalangan akademisi, plagiarisme adalah sebuah tindakan yang paling buruk dan tercela. (fay/nrl)

http://www.detiknews.com/read/2010/02/09/120904/1295805/10/isu-plagiat-menyeruak-the-jakarta-post-tarik-artikel-profesor-dari-unpar

Inilah pengumuman The Jakarta Post yang dimaksud:

Plagiarism

Thu, 02/04/2010 1:11 PM | Opinion

The article “RI as a new middle power?” by Prof. Anak Agung Banyu Perwita, published on this page on Nov. 12, 2009, is very similar to a piece written by Carl Ungerer titled “The *Middle Power’ Concept in Australian Foreign Policy”, which was published in the Australian Journal of Politics and History: Volume 53, Number 4, 2007, pp.538-551

Both in terms of ideas and in the phrases used, it is very evident this is not the original work of the writer.

The Jakarta Post takes claims of plagiarism and the infringement of ideas very seriously.

We hereby withdraw the offending article by Anak Agung Banyu Perwita and apologize to our readers, most especially to Mr. Carl Ungerer, for this editorial oversight.

-The Editor

http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/04/plagiarism.html

Pihak Unpar menelusuri kasus ini, dan inilah beritanya:

Isu Plagiarisme

Unpar Temukan 4 Tulisan Prof Banyu Hasil Jiplakan

Pradipta Nugrahanto – detikNews

Selasa, 09/02/2010 16:33 WIB

Bandung – Kasus dugaan plagiarisme yang menyeret Profesor Anak Agung Banyu Perwita PhD ditelusuri serius oleh Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung. Mereka menemukan 4 tulisan yang dinilai plagiarisme.

Temuan ini diungkapkan oleh Rektor Unpar Dr Cecilia Lauw saat ditemui detikcom di kantornya, Selasa (9/2/2010). Dia didampingi Ketua Jurusan Hubungan Internasional Unpar Yulius Purwadi.

Menurut Cecilia, dia tahu masalah ini saat membaca email berisi kutipan pengumuman The Jakarta Post pada Kamis (4/2/2010). Pukul 16.00 WIB hari itu, dia langsung memanggil Prof Banyu. Wakil Rektor III Dr Laurentius Tarpin ikut hadir sebagai saksi.

“Saat dipanggil, dia mengaku memang melakukan plagiarisme. Namun hal itu dikarenakan keteledoran,” kata Cecilia.

Karena Rektor belum membaca keseluruhan tulisan yang dipermasalahkan itu, dia meminta Banyu membuat surat permohonan maaf. “Jumat 5 Februari itu dia membuat surat permohonan maaf,” lanjut dia.

Namun masalah belum selesai. Pada Senin (8/2/2010), Rektor mendapatkan informasi dari seseorang yang memintanya membuka sebuah situs.

“Di situ disebutkan Banyu sudah 6 kali melakukan hal serupa,” kata Cecilia.

Cecilia lalu meminta Yulius mengecek setiap tulisan yang disebut di situs itu, apakah benar Banyu 6 kali melakukan plagiarisme. Yulius pun menemukan memang ada kecurangan.

“Ditemukan 4 tulisan yang nyata-nyata plagiarisme,” kata Yulius.

Cecilia langsung menimpali. “Mungkin plagiarisme dari 6 orang tapi tidak dibuat ke 6 karya. Soalnya ada beberapa tulisan yang mengambil dari dua orang,” pungkas Cecilia.

(fay/nrl)

http://www.detiknews.com/read/2010/02/09/163346/1296110/10/unpar-temukan-4-tulisan-prof-banyu-hasil-jiplakan

Gelar Profesornya akan dicopot. Inilah beritanya:

Selasa, 09/02/2010 17:12 WIB

Kasus Plagiarisme

Gelar Profesor Banyu Juga akan Dicopot

Pradipta Nugrahanto – detikNews

Bandung – Sanksi terhadap Prof Dr Anak Agung Banyu Perwita benar-benar berat. Gara-gara melakukan plagiarisme, Banyu akan diberhentikan secara tidak hormat oleh Universitas Parahyangan (Unpar). Tidak hanya itu! Gelar profesor yang diberikan kepada Banyu juga akan dicopot.

“Tadi pagi saya sudah menerima informasi dari yayasan terkait pencopotan gelar profesor pada Banyu Perwita. Namun kapan pelaksanaannya, saya masih belum tahu,” kata Rektor Unpar Dr Cecilia Lauw kepada sejumlah wartawan di Kampus Unpar, Jalan Ciumbeuleuit, Bandung, Selasa (9/2/2010)

Menurut Cecilia, Banyu dari dulu memang terkenal sebagai salah satu dosen yang rajin menulis. “Mungkin karena rajin menulis itu menjadi salah satu pertimbangan mengapa beliau mendapat gelar profesor,” kata Cecilia.

Profesor Termuda di Indonesia

Cecilia juga menjelaskan bahwa Banyu merupakan peraih gelar profesor termuda untuk bidang Hubungan Internasional (HI) se-Indonesia. “Dia adalah peraih gelar profesor termuda untuk bidang HI se-Indonesia. Beliau dapat gelar profesor pada umur 40 tahun,” kata dia.

Banyu dikukuhkan oleh Unpar sebagai guru besar/profesor pada 12 Januari 2008. Saat pengukuhannya, Banyu menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul ‘Dinamika Keamanan Dalam Hubungan Internasional dan Implikasinya Bagi Indonesia.’

Banyu merupakan pria kelahiran Jakarta 6 Februari 1967. Banyu menyelesaikan pendidikan dasar, menengah pertama dan menengah atas di Lembaga Pendidikan Katolik Pangudi Luhur, Jakarta. Banyu kemudian menyelesaikan kuliah di Unpar pada 1990 di jurusan HI.

Pada tahun 1992, ia memperoleh beasiswa British Chevening Scholarship dari Pemerintah Inggris untuk meneruskan program pascasarjana dan memperoleh MA in International Relations and Strategic Studies dari Lancaster University-Inggris pada November 1994. Dan pada 2002, ia menggondol doktor dari Flinders University, Adelaide-Australia.

(asy/nrl)

http://www.detiknews.com/read/2010/02/09/171238/1296139/10/gelar-profesor-banyu-juga-akan-dicopot

Sebelumnya, Banyu telah dicopot dari jabatan Wakil Rector V Unpar. Inilah beritanya:

Selasa, 09/02/2010 17:43 WIB

Kasus Plagiarisme

Juli 2009, Prof Banyu Diberhentikan dari Wakil Rektor Unpar

Pradipta Nugrahanto – detikNews

Bandung – Karirnya sempat naik pesat di Universitas Parahyangan (Unpar), namun lambat laun karir Prof Dr Anak Agung Banyu Perwita redup. Meredupnya karir Banyu dimulai pada Juli 2009, saat dirinya diberhentikan dari jabatan wakil rektor. Kini, karir Banyu di Unpar makin meredup setelah muncul kasus plagiarisme.

Kasus plagiarisme Banyu diketahui melalui tulisan-tulisannya di sejumlah media yang menjiplak sejumlah ilmuwan dan akademisi, antara lain Richard Bitzinger, Catharin Dalpino, dan Muhadi Sugiono. Gara-gara kasus plagiarisme ini, Banyu akan diberhentikan secara tidak hormat dari Unpar. Gelar profesornya juga akan dicopot.

Sebelum tersandung kasus plagiarisme ini, Banyu telah dicopot dari jabatan wakil rektor V bidang hubungan kerja sama, karena dianggap tidak bisa mengemban tugas. “Beliau diangkat sebagai wakil rektor V tahun 2006 dan diberhentikan pada bulan Juli 2009. Alasan pemberhentian, karena ketidakmampuan beliau untuk menghandle pekerjaan sebagai wakil rektor V,” kata Rektor Unpar Dr Cecilia Lauw kepada sejumlah wartawan di Kampus Unpar, Jalan Ciumbeuleuit, Bandung, Selasa (9/2/2010).

Salah satu yang dikeluhkan, Banyu sering tidak ada di kampus. “Beliau pada saat menjabat sebagai wakil rektor V sering tidak ada di tempat. Bahkan beliau sering melakukan perjalanan ke luar negeri sehingga tugas utamanya sebagai wakil rektor V terbengkalai,” kata dia.

Sebelum Banyu diberhentikan dari jabatan wakil rektor, Cecilia sempat memanggil Banyu dan menyarankan untuk mengambil cuti luar biasa selama tiga bulan atas ketidakdisiplinan itu. “Setelah cuti tiga bulan dan tidak ada perubahan, akhirnya jabatan wakil rektor V dicopot dan beliau dikembalikan menjadi dosen,” jelas Cecilia.

Cecilia menepis isu bahwa Banyu diberhentikan dari jabatan wakil rektor karena ada isu miring lainnya. “Pemberhentiannya beliau dari jabatan wakil rektor dikarenakan ketidakmampuan beliau sebagai wakil rektor. Tidak ada alasan lainnya,” kata dia.

Cecilia juga sempat menasihati Banyu agar tidak keseringan pulang sore. “Pada saat beliau masih menjabat wakil rektor, ruangannya kan ada di sebelah saya. Saya sering melihat beliau pulang sore. Makanya saya nasihati agat beliau jangan sering pulang sore,” jelas dia.

(asy/nrl)

http://www.detiknews.com/read/2010/02/09/174336/1296170/10/juli-2009-prof-banyu-diberhentikan-dari-wakil-rektor-unpar

Sementara itu 1.820 guru di Pekanbaru diturunkan pangkatnya karena karya ilmiahnya tidak orisinil. Inilah beritanya:

Kasus Plagiarisme

Anggaran Riset Minim, Plagiarisme Marak

Didit Tri Kertapati – detikNews

Rabu, 10/02/2010 05:28 WIB

Jakarta – Kasus dugaan plagiarisme oleh Profesor Anak Agung Banyu Prawita disinyalir timbul akibat kurangnya anggaran pendidikan di bidang riset. Selama anggaran riset minim, maka kasus plagiarisme akan marak.

“Anggaran riset sangat minim, sehingga tidak melakukan riset secara mendalam. Sehingga kemudian orang melakukan plagiat,” ujar Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Rijalul Imam, kepada detikcom, Selasa (9/2/2010) malam.

Namun, Menurut Rijal permasalahan ini harus didudukan secara proporsional, dimana banyak karya ilmiah yang serupa di berbagai belahan dunia. Pemerintah pun diminta mengatur mengenai karya tulis dapat dikatakan plagiat dan atau memang hanya mirip.

“Di dunia internasional kan ada banyak karya yang sama, itu harus ada ketentuan hukum yang mengaturnya,” imbuh Rijal.

Sementara itu, terkait penurunan pangkat yang dialami oleh 1.820 guru di Pekanbaru karena karya ilmiahnya tidak orisinil. Rijal menyatakan, sebaiknya pemerintah mengkaji penyebab terjadinya hal tersebut.

“Kita juga menuntut kepada pemerintah, kok bisa ribuan guru mangalami hal yang sama. Ini problem pendidikan. Pemerintah harus introspeksi,” tandasnya.

(ddt/rdf)

http://www.detiknews.com/read/2010/02/10/052818/1296334/10/anggaran-riset-minim-plagiarisme-marak

Kelimuan Rusak, Keimanan Diabaikan

Dunia pendidikan dan keilmuan telah terkontaminasi atau tercemar pula. Di saat kesejahteraan guru atau dosen mulai ditingkatkan, di saat ini pula justru kebobrokan disandang pula. Maka ungkapan-ungkapan orang apabila ada penyelewengan –penyelewengan kemudian dikilahi dengan perkataan “karena kesejahteraannya atau dananya minim” adalah kilah yang asal bunyi. Segala penyelewengan dan kebobrokan, sumbernya adalah mental pelaku-pelakunya. Dan mental itu kaitannya hanyalah dengan iman. Di kala imannya tebal, maka walau miskin tidak akan nyolong (mencuri). Contohnya, para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang miskin-miskin yang tinggal di lorong sekitar masjid, tidak ada yang jadi pencuri ataupun penjahat, karena imannya kuat. Sebaliknya, kini orang-orang bergaji besar, punya jabatan, justru banyak yang tertangkap karena jadi maling yang sebutannya koruptor, ya maling-maling juga. Itu karena imannya dilibas oleh hawa nafsu.

Oleh karena itu, betapa baiknya bila kita menyadari semua itu karena kelalaian selama ini, yakni mengabaikan agama. Bahkan guru-guru agama sudah puluhan ribu yang meninggal dan pensiun, kini tidak diganti yang baru, tidak diadakan, khabarnya. Sehingga keadaan ini sama dengan membiarkan agar dunia pendidikan yang sudah tampak kurang baik ini hanya ditingkatkan anggarannya, sedang perhatian terhadap agama kurang diperdulikan. Dan itu di antaranya memang karena para pejabat di Kementerian Agama sendiri sering tidak mencerminkan kebaikan. Tetapi itu kasus, dan bukan lantaran agamanya, mereka jadi seperti itu, namun lantaran kelakuan orang sini pada umumnya begitu. Agamanya mengajarkan kebaikan, tetapi lingkungan Indonesianya belum tentu, bahkan banyak yang benci kepada agama, malahan memerangi Islam dengan menjajakan kemusyrikan baru bernama pluralisme agama dan multikulturalisme, maka yang menduduki jabatan kementerian agama pun tertular. Bahkan menjadi agen pemusyrikan baru itu. Inilah celakanya. Maka masyarakat jangan sampai mudah percaya kepada mereka terutama ketika mereka memang terbukti merusak Islam dengan kemusyrikan baru. Baik lewat Kementrian Agama, IAIN, UIN, STAIN, STAIS, maupun lainnya.

Secara keilmuan, kondisinya terbukti mengalami kebobrokan, sedang secara keimanan tampaknya sengaja untuk merusak iman atau tidak memperdulikannya. Maka benarlah buku yang berjudul Ada Pemurtadan di IAIN, dan masyarakat sudah mulai faham tentang itu. (nahimunkar.com).



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP