..::::::..

Pemimpin Aliran Sesat dan Mesum Kalau Perlu Dihukum Bunuh

pemimpin aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono tidak boleh dibiarkan, mesti ditindak tegas, dan kalau perlu dihukum bunuh. Karena telah merusak Islam dengan menghapus kewajiban shalat dan memerintahkan para pengikutnya berhubungan seks bersama-sama di satu ruangan kemudian dia tonton selama satu jam sebagai salah satu ritualnya.

Perlunya hukuman berat itu ditegaskan oleh Dr Didin Hafidhuddin dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat di dalam siaran mata acara Apa Kabar di TV One di Jakarta, Kamis pagi 29 Januari 2009. Dalam siaran berita yang dihiasi dialog itu juga dihadirkan seorang yang ditutup wajahnya, dengan nama Andri, disebut sebagai mantan pengikut aliran Satria Piningit Weteng Buwono pimpinan Agus Imam Solihin di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selain Dr Didin, dihadirkan pula penulis buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Hartono Ahmad Jaiz, dan seorang pengamat perilaku masyarakat, Taufik.



Dr Didin Hafidhuddin ditanya pembawa acara TV One, apakah hukuman berat itu tidak melanggar kebebasan beragama yang ada di UUD (Undang-Undang Dasar) 1945 pasal 29?

Dijawab, tidak. Karena kebebasan beragama di situ adalah kebebasan meyakini keyakinan agama, bukan kebebasan merusak agama. Lha kalau sudah menghapus rukun Islam seperti menghapus kewajiban shalat dan lainnya, itu merusak agama, bukan kebebasan beragama. Juga mengada-adakan ritual telanjang, menyuruh pengikutnya berhubungan seks bersama-sama dalam satu ruangan, lalu dia tonton selama satu jam… Itu jelas-jelas kesesatan dan merusak agama.



Untuk mendasari bahwa aliran tersebut sesat dan harus dihukum berat, sesuai dengan kapasitas Dr Didin sebagai tokoh yang hadir dari MUI, maka dia mengemukakan 10 kriteria sesat yang telah diputuskan oleh MUI:

Sepuluh Kriteria Aliran Sesat
- Mengingkari rukun iman dan rukun Islam
- meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
- Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran
- Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran
- Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
- Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam
- Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul
- Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir
- Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah
- Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar’i
Sumber: MUI



Sementara itu ketika Hartono Ahmad Jaiz ditanya oleh pembawa acara, Hartono menjawab, Agus Imam Solihin pemimpin aliran sesat Satria Piningit Weteng Buwono ini dikhabarkan menghapus kewajiban shalat (lima waktu) karena mengaku telah manunggaling wujud. Di dalam sejarah Islam kita ketahui, Abu Manshur Husein Al-Hallaj diputuskan hukuman mati oleh para ulama, hingga kemudian dihukum mati di jembatan Baghdad tahun 310H atau 922M. Al-Hallaj adalah orang sufi / tasawuf sesat yang mengaku dirinya telah menyatu dengan Tuhan, yang diistilahkan ittihad, lalu mengatakan anal haqq (Aku adalah al-haq, yaitu kebenaran alias Allah). Dengan ucapan seperti itu maka diputuskan oleh para ulama untuk dihukum mati. Itu saja al-hallaj tidak sampai menghapus shalat wajib, apalagi rukun Islam (yang lima: syahad, shalat, zakat, puasa, dan ibadah haji bagi yang mampu).



Tentang menghapus shalat wajib yang dilakukan Agus Imam Solihin itu, lanjut Hartono Ahmad Jaiz, lebih dahsyat dibanding apa yang dilakukan oleh nabi palsu yang sangat terkenal sekalipun, yaitu Musailamah Al-Kadzdzab di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Musailamah hanya berani menghapus shalat ‘Isya’ dan shubuh, itu saja hanya untuk mahar isterinya, nabi palsu wanita, Sajjah At-Tamimiyah, ungkap Hartono Ahmad Jaiz sambil menunjukkan bahwa masalah itu ada di buku yang ia tulis berjudul Nabi-nabi Palsu dan Para penyesat Ummat, 2008. Selain buku itu, sebelumnya pembawa acara meminta agar menunjukkan buku-buku mengenai aliran sesat yang Hartono tulis dan bawa yakni: Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka Al-Kautsar Jakarta, 2002; Nabi-Nabi Palsu dan Para Penyesat Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2008; dan Islam & Al-Qur’an pun Diserang –Gejala Bahaya Laten Neo Komunisme di UIN, Pustaka Nahi Munkar, Jakarta, 2009.



Dalam acara Apa kabar di TV One itu lelaki yang ditutup wajahnya dan mengaku mantan pengikut aliran Satria Piningit Weteng Buwono bersumpah bahwa tidak ada seks bebas di sana. Sumpahnya itu dia katakan, karena untuk menjaga orang-orang yang tadinya masuk di aliran itu dan kini sudah keluar, katanya. Dia katakan, apa yang diberitakan media massa bahwa terjadi seks bebas di sana, itu tidak benar.

Terhadap sumpah yang membantah berita itu, Hartono Ahmad Jaiz menanyakan adanya pengakuan orang yang sudah keluar bahwa di aliran itu terjadi hubungan seks sejumlah suami isteri bersama-sama di suatu ruangan. Betul itu?

Betul, jawab si wajah tertutup.

Pemimpinnya (Agus) mengapa?

Dia melihat.

Anda mengapa?

Saya juga melihat.

Berapa pasangan, tanya pembawa acara TV One.

Lima

Berapa lama?

Satu jam, jawab si wajah tertutup yang suaranya dimodivikasi jadi seperti suara anak-anak.



Ketika pembawa acara mempersilakan Hartono Ahmad Jaiz untuk berkomentar, maka komentarnya; aliran sesat yang merusak dan menjerumuskan masyarakat itu semula sudah dilaporkan oleh masyarakat ke pihak yang berwenang, tahun 2002, tetapi tidak ditindak lanjuti, alasannya karena tidak ada warga yang mau jadi saksi, dan keadaannya tertutup. Kemudian di tahun 2003 aliran sesat satria Piningit Weteng Buwono ini pemimpinnya mengaku Tuhan dan menghapus shalat (ada yang mengabarkan mengahpus rukun Islam). Itu telah menyesatkan para pengikutnya, sampai kini selama 5 tahun, dengan pengikut 40 orang di antaranya 12 anak-anak. Bahkan kemudian ada ritual telanjang dengan dalih mengikuti Nabi Adam di surga itu telanjang. Tetapi anehnya, telanjang bersama-sama juga dijadikan sebagai hukuman ketika para pengikut tidak mau menjawab salam Agus Imam Solihin. Kemudian ada ritual hubungan seks bersama-sama. Ini perusakannya semakin berani, karena selama ini yang sesat-sesat tidak ditindak tegas. Paling seperti Lia Eden (yang menodai Islam, mengaku didampingi Jibril, meghalalkan daging babi dan sebagainya) hanya dihukum 2 tahun dan kemudian keluar, malah terkenal. Jadi yang sesat-sesat itu, ketika hukumannya hanya seperti itu, sedang keadaan masyarakat pada umumnya kurang dalam hal ilmu agama, maka justru diintai dan dijadikan kesempatan bagi yang mau mengadakan kesesatan.

Ditambahkan, aliran Satria Piningit Weteng Buwono yang melecehkan Islam dengan berani menghapus kewajiban shalat dan semacamnya plus praktek seks bersama-sama ditonton ini bila tidak dihukum berat justru menjadi inspirasi bagi orang yang ada kecenderungan sesat yang lebih cerdik dan lebih kuat, untuk memunculkan kesesatan yang lebih dahsyat lagi.



Pidana, sesat, dan mesum

Ajaran sesat dan mesum itu dikategorikan dalam pidana murni, menurut Kejagung. Beritanya sebagai berikut:

Kejakgung: Aliran Agus Imam Solihin Sesat dan Mesum

Rabu, 28-Januari-2009, 17:59:17

Jakarta, Kominfo Newsroom -– Kejaksaan Agung memandang tindakan Agus Iman Solihin, yang diduga sebagai pemimpin aliran sesat mesum di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sudah masuk dalam ranah pidana murni karena melibatkan unsur pelecehan seksual dan perzinaan.

Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejakgung, M Jasman Panjaitan, di Jakarta, Rabu (28/1), mengatakan jika memang apa yang diinformasikan itu benar, sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) maka hal itu jelas masuk kategori pidana murni.

”Kalau sudah memaksa orang untuk menjalankan sebuah ajaran, apalagi ada pelecehan seksual yang jelas dilakukan, maka itu termasuk pidana murni,” ujarnya.

Jasman juga menyatakan, pihaknya sangat setuju dengan tindakan yang dilakukan pihak Kepolisian, yang langsung bertindak begitu mendengar laporan masyarakat, dengan membubarkan aliran tersebut dan memeriksa beberapa pengikutnya.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, pemimpin aliran mesum Satrio Piningit Agus Imam Solihin, diduga memerintahkan para pengikutnya untuk berhubungan badan di depannya sebagai salah satu ritual ajarannya.

Agus juga ditenggarai melakukan pelecehan seksual kepada para pengikutnya serta melarang para pengikutnya untuk menjalankan kewajiban agama Islam seperti salat, puasa, dan zakat. (t.Ut/ toeb) http://www.endonesia.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=41&artid=2681

Masalah telanjang dan seks bebas

Masalah ajaran ritual telanjang diungkap beberapa orang hingga Kejagung pun mengemukakannya. Demikian pula seks bebas. Beritanya sebagai berikut:

Dalam Tulisan Ini

Kejagung: Sembahyang Kelompok Agus Sambil Telanjang
Kamis, 29 Januari 2009 – 19:04 wib
Nurlaili – Okezone
Aliran Mesum Bangun Bunker di ‘Istana Cileungsi’
Kamis, 29 Januari 2009 – 16:14 wib
Istana Aliran Mesum di Cileungsi Digerebek Warga
Kamis, 29 Januari 2009 – 15:37 wib
Pemimpin Aliran Mesum Modis & Gaul
Kamis, 29 Januari 2009 – 13:59 wib
Yudis Thea Marga Tuasamu – Okezone

Kejagung: Sembahyang Kelompok Agus Sambil Telanjang
Kamis, 29 Januari 2009 – 19:04 wib
Nurlaili – Okezone

JAKARTA – Kejaksaan Agung tengah mengkaji kemungkinan adanya penodaan agama oleh aliran Satria Piningit Weteng Buwono, karena diinformasikan melakukan ritual sembahyang sambil telajang.

“Dalam ritual, Agus dan kelompoknya sembahyang sambil telanjang. Juga melakukan seks bebas, artinya melakukan hubungan seks bersama-sama,” ungkap Jaksa Agung Muda Intelijen Kejagung Wisnu Subroto di Gedung Bundar Kejagung, Jalan Sultan Hasanuddin, Jakarta, Kamis (29/1/2009).

Dia menambahkan saat ini pihaknya masih dipelajari apa betul simbol-simbol agama yang mereka gunakan,apa hanya sebagai simbol atau itu juga bagian dari ibadahnya mereka.

“Ritualnya kan belum, kalau yang menyalahinya ajaran pokok itu baru penodaan agama seperti sembahyang. Sembahyang seperti apa. Kalau itu telanjang dalam lima kali sehari, hubungan bebas sampai lima kali sehari, nah ini masih belum jelas. Apakah mereka itu telanjang karena mempersepsikan di surga itu telanjang,” beber Wisnu.

Dia menambahkan ada sedikitnya 30 atau 40 orang pengikut dari sekte mesum Satria Piningit Weteng Buwono. Kegiatan diketahui di Kebagusan, Pasar MInggu. Namun pada pertengah 2008 sudah berakhir, karena masyarakat sekitarya tidak setuju.

Kemudian mereka pindah ke Bekasi dan kabarnya berakhir di Cileungsi. Terbongkarnya aliran mesum ini berawal dari dua anggotanya yang akan mengambil barang-barang yang tertinggal, tapi dihalang-halangi oleh A Kusmana, pemilik rumah yang dijadikan markas.

Menurut Wisnu, A Kusmana dulu juga pengikutnya Agus Imam Solihin. A Kusmana belakangan minta Agus mempertanggungjawabkan anaknya yang sakit hingga meninggal karena dilarang berobat oleh Agus.

Lebih lanjut Wisnu mengatakan istrinya A Kusmana pernah disetubuhi Agus sewaktu masih menjadi anggotanya. (ram) http://news.okezone.com/read/2009/01/29/1/187623/1/kejagung-sembahyang-kelompok-agus-sambil-telanjang

Mau buat markas ibadah di Cilengsi Bogor.

Aliran sesat yang mengacak-acak Islam ditambah pula dengan kemesuman ini mau membuat markas di Cilengsi Bogor. Beritanya sebagai berikut:
Aliran Mesum Bangun Bunker di ‘Istana Cileungsi’
Kamis, 29 Januari 2009 – 16:14 wib

BOGOR – Istana aliran mesum Satria Piningit Weteng Buwono di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, rencananya akan dilengkapi sarana bunker yang berlokasi di bawah bangunan induk.

Keberadaan sarana perlindungan itu diketahui dari denah bangunan. Sebuah gambar bunker berukuran 10 x 6 meter sudah didesai dan siap dibangun. Tinggal tahap pelaksanaannya saja.

Informasi tersebut dibenarkan oleh salah satu pengikut aliran Satrio Piningit Weteng Buwuno bernama Priyatno, yang tertangkap dalam penggerebekan siang tadi. “Rencananya bunker itu untuk tempat ibadah,” aku Priyatno di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/1/2009).

Perlu diketahui, pemimpin aliran Satrio Piningit Weteng Buwono, Agus Imam Solihin berencana membangun sentra kegiatan alirannya di atas lahan seluas 5.300 meter di Kampung Karet, Desa Situsari, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Di atas lahan itu telah berdiri satu pendopo, toilet, serta beberapa ruangan setengah jadi. Sisanya baru pondasi bangunan, besi pancang dan tiang baja yang sudah berdiri kokoh. “Pembangunan rumah itu atas nama Ahmad,” ujar Caca, salah seorang warga setempat.

Meski proses pembangunan belum selesai 100 persen, menutur Caca, banyak pengikut aliran Satria Piningit yang berkunjung ke tempat tersebut. Bahkan, dua pekan lalu sempat ada acara yang diiringi dengan pentas musik di tempat itu. “Mayoritas yang ikut ABG,” pungkasnya.

(Endang Gunawan/Global/ful) http://news.okezone.com/read/2009/01/29/1/187558/1/aliran-mesum-bangun-bunker-di-istana-cileungsi
Istana Aliran Mesum di Cileungsi Digerebek Warga
Kamis, 29 Januari 2009 – 15:37 wib

BOGOR – Puluhan warga Cileungsi bersama polisi menggerebek istana aliran mesum Satria Piningit Weteng Buwono di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, tadi siang.

Lokasi istana yang berdiri di atas lahan 5.300 meter itu di Kampung Karet, Desa Situsari, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dalam penggerebegan tersebut petugas mengamankan dua orang pengikut aliran mesum.

Warga turut serta dalam penggerebekan karena selama ini resah dengan perilaku kelompok pimpinan Agus Imam Solihin itu.

Caca, salah seorang warga setempat, menuturkan istana aliran mesum Satrio Piningit Weteng Buwuno dibangun tanpa ada persetujuan dari penduduk desa tersebut. “Mereka juga sangat tertutup,” ungkapnya di Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/1/2009).

Satu per satu ruangan seperti pendopo, kamar mandi, dan sejumlah ruangan di dalam rumah di sweeping.

Sementara itu, salah seorang pengikut aliran Satrio Piningit Weteng Buwono yang bernama Priyatno, mengaku rencananya di atas lahan seluas 5.300 meter persegi itu akan dibangun istana megah.(ful)

(Endang Gunawan/Global/mbs) http://news.okezone.com/read/2009/01/29/1/187539/1/istana-aliran-mesum-di-cileungsi-digerebek-warga

Menyerahkan diri, berpenampilan modis dan gaul

Agus Imam Solihin telah menyerahkan diri ke pihak polisi, Kamis 29 Januari 2009. penampilannya modis dan gaul, menurut pihak polisi. Beritanya sebagai berikut:
Pemimpin Aliran Mesum Modis & Gaul
Kamis, 29 Januari 2009 – 13:59 wib
Yudis Thea Marga Tuasamu – Okezone

JAKARTA – Berbeda dengan pemimpin spiritual pada umumnya, penampilan imam aliran mesum Satrio Pinigit Weteng Buwono Agus Imam Solihin terlihat sangat modis dan gaul layaknya anak muda sekarang.

Rambutnya disemir cokelat pirang dan memakai celana jeans berpadu kaos ketat berwarna putih.

“Keren, kayak anak gaul zaman sekarang,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnaen Adinegara menceritakan penampilan Agus saat menyerahkan diri ke Mapolres Jakarta Selatan, Kamis (29/1/2009).

Busana yang dipakai Agus juga serasi dengan postur tubuhnya yang cukup ideal dan warna kulit putih bersih.

Gambaran tentang diri Agus ini sangat kontras dengan foto-foto miliknya yang dipajang di markas aliran Satrio Pinigit Weteng Buwono di Jalan Kebagusan II, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Di dalam foto, Agus terlihat seperti pemuda jaman dahulu yang berambut panjang dan tidak mengikuti tren.

(ful) http://news.okezone.com/read/2009/01/29/1/187488/1/pemimpin-aliran-mesum-modis-gaul

Shalat diganti dengan nyanyi Cocak Rowo

Aliran sesat yang menghapus shalat wajib lima waktu ini kadang mengganti shalat itu dengan nyanyi, diantaranya nyanyian Cocak Rowo. Berita berikut ini mengungkapnya:



Haram Berobat, Anggota Sekte Mesum Meninggal



Warta Kota, Kamis, 29 Januari 2009 | 08:16 WIB

JAKARTA, KAMIS — Akibat larangan berobat ke rumah sakit, seorang anggota sekte/aliran Satria Piningit Weteng Buwono pimpinan Agus Imam Solichin meninggal dunia bulan lalu.

Menurut penuturan salah satu mantan pengikut aliran ini, Eko, sang guru melarang para pengikutnya berobat ke rumah sakit atau mengonsumsi obat-obatan medis jika sakit. Kata Agus, seperti dituturkan Eko, berobat ke rumah sakit atau ke dokter adalah haram karena tidak natural. Selain itu, Agus yang mengaku sudah menyatu (manunggal) dengan Tuhan menyatakan dirinya bisa menyembuhkan penyakit.

“Saya baru sadar aliran ini keliru ketika sepupu saya meninggal,” ujar Eko (33) kepada wartawan di sela-sela olah tempat kejadian perkara (TKP) kasus dugaan aliran sesat itu di markas sekte di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (28/1).

Sepupu Eko, Ratna Ayu Kusumaningrum (33), awalnya dinyatakan dokter menderita sakit paru-paru dan lever. Dia sempat dirawat di RS Pasar Rebo, Jaksel, selama beberapa hari pada November 2008 lalu.

Namun, Ayu diminta pulang ke rumah karena Agus meyakini bisa menyembuhkan penyakit Ayu. Dalam perawatan Agus, Ayu dilarang makan obat, dilarang terkena sinar matahari, dan hanya boleh tidur. “Semua makanan Ayu diatur oleh Agus karena hanya dia yang bisa menyembuhkan Ayu,” terang Eko.

Keluarga Ayu, terutama bapaknya, Kusmana (yang juga paman Eko), mulai curiga saat kondisi Ayu makin melemah dan akhirnya meninggal dunia pada 8 Desember 2008. Setelah Ayu meninggal, entah kenapa keluarga besar Ayu masih tidak mempertanyakan perihal kematian tersebut kepada Agus. Yang justru terjadi, beberapa hari kemudian Agus tak pernah muncul lagi.

Menurut mantan pengikut sekte lainnya, Riki Alamsyah (28), satu lagi korban meninggal adalah kakak ipar Agus sendiri yang bernama Santi. Dia juga sakit paru-paru dan Agus melarangnya berobat ke rumah sakit. “Akhirnya Santi meninggal. Kita enggak tahu meninggalnya gimana. Cuma saat meninggal keduanya ada di dalam satu ruangan (Agus dan kakak iparnya),” jelas Riki.

Setelah kematian Ayu yang pegawai sebuah bank swasta itu, Eko dan keluarga besarnya pun bertobat dan berhenti mempercayai sekte Satria Piningit Weteng Buwono.

Eko dan ayahnya, serta Ayu dan Kusmana tergabung dalam aliran ini selama beberapa tahun sejak 2002. Bahkan, rumah di Jalan Kebagusan II Nomor 37 yang selama ini digunakan untuk menjalankan ritual sesat itu adalah milik Kusmana.

Seperti diberitakan sebelumnya, rumah di Kebagusan tersebut akhirnya digeledah oleh polisi, Senin (26/1) lalu. Penggeledahan dilakukan menyusul laporan bahwa rumah tersebut dijadikan markas sekte sesat Satria Piningit Weteng Buwono.

Sekte ini memiliki 13 ritual, termasuk melakukan hubungan seks secara berbarengan. Hubungan seks itu dilakukan dalam satu ruangan yang sama dan disaksikan oleh Agus.

Aliran ini juga menyimpangkan ajaran Islam karena membebaskan pengikutnya yang Muslim dari kewajiban salat, berpuasa, dan berzakat. Sekte ini juga menjanjikan rumah di surga. Ibadah salat diganti dengan ritual menyanyikan lagu-lagu, termasuk yang paling sering adalah lagu campursari yang terkenal Cucak Rowo. Karena itu pula, ada yang menyebut aliran ini sebagai Sekte Cucak Rowo.

Namun, Eko membantah bahwa ritual hubungan seks dilakukan dengan tukar-menukar pasangan di antara para pengikut. “Tidak. Kami hanya berhubungan dengan istri kami sendiri, cuma dilakukan bersama-sama dengan pasangan yang lain di satu ruangan,” jelas Eko.

Ia menambahkan, sepengetahuan dia, ritual berhubungan seks itu hanya pernah diadakan dua kali. Tetapi, ritual bertelanjang bulat campur baur antara pengikut laki-laki dan perempuan beberapa kali diadakan.
Dikatakan oleh sang pemimpin sekte, Agus Imam Solichin, ritual telanjang itu untuk mencontoh suasana di surga. “Karena, katanya, di surga kita semua telanjang,” ucap Eko.

Bagaimanapun, imbuh Eko, Agus juga mengajarkan tentang kesabaran, keikhlasan, dan tawakal. Umumnya, para pengikut Agus yang berjumlah sekitar 40 orang diberi khotbah tentang hakikat beragama. Kepada mereka juga diajarkan tentang agama lain. Alasan Agus, karena umat Islam juga harus mempercayai kitab-kitab agama lain.

Dalam olah TKP kemarin, aparat dari Polsek Pasar Minggu memeriksa 5 orang mantan pengikut Sekte Cucak Rowo ini, termasuk Eko dan Kusmana. Mereka dimintai keterangan sebagai saksi.

Sejauh ini kepolisian belum menemukan bukti-bukti kuat yang menunjukkan sekte yang dipimpin Agus ini melakukan pelanggaran Pasal 281 KUHP mengenai perbuatan yang melanggar kesusilaan. “Yang sudah diperiksa lima orang. Mereka sebagai saksi,” kata Kapolsek Pasar Minggu Kompol Maryoto seusai olah TKP.

Menurut Maryoto, belum ada bukti kuat maupun dokumen yang menunjukkan ajaran Agus melanggar kesusilaan. “Kita hanya menyelidiki kemungkinan adanya pencabulan, tidak menyelidiki tentang kemungkinan adanya penodaan terhadap agama. Untuk menentukan apakah aliran ini telah melakukan penodaan terhadap agama, ada lembaga lain yang lebih berwenang,” ucap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Zulkarnain di tempat terpisah.

Dari pemeriksaan TKP, polisi membawa foto Agus Imam Solichin. Dokumen berisi ajaran aliran itu juga diamankan. Foto berukuran 10 R itu biasanya dipajang di lantai 2 markas sekte. Agus dalam foto itu mengenakan baju serba putih dan memegang tongkat dengan latar belakang tulisan Arab berbunyi “Allah”.

Sementara itu, Badan Koordinasi Pengkajian Ajaran dan Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) akan secepatnya mempelajari dan mendalami sekte Satria Piningit Weteng Buwono. Pembubaran dan pemidanaan akan diberikan bila terbukti sekte ini melakukan penyimpangan.

“Apabila terbukti ada ritual seperti yang dilansir oleh media, misalnya persetubuhan, itu merupakan tindak pidana kesusilaan,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Djasman Panjaitan saat dihubungi Surya.

Menurut Djasman, apa yang dilakukan polisi sudah tepat dalam menangani kasus ini, yaitu dengan menyelidiki kemungkinan terjadinya tindak asusila. “Kalau soal sesat atau tidaknya sekte, Bakor Pakem yang menentukan,” jelas Djasman. Unsur-unsur dalam Bakor Pakem antara lain adalah Kementerian Dalam Negeri, Kejaksaan Agung, Polri, dan Departemen Agama. (http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/29/08162996/haram.berobat.anggota.sekte.mesum.meninggal)

Demikianlah salah satu aliran sesat yang “bermanja-manja” di Indonesia dengan menyuntikkan kesesatannya. Di antara korban kesesatan itu telah menghadap Allah Ta’ala, dan belum sempat bertaubat. Apakah kejadian yang sangat membahayakan masyarakat itu akan senantiasa dihadapi dengan ala kadarnya? Semoga saja tidak. (haji).



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP