..::::::..

Bila Ayah Dan Ibu Super Sibuk

Anak-anak adalah perhiasan dan keindahan dunia. Kebaikan mereka adalah anugerah terindah bagi kedua orangtuanya.Mereka adalah generasi penerus umat ini. Amat sayang, banyak orangtua yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan agama mereka.


Ayah sibuk bekerja, ibu pun kerja di luar rumah. Ada ibu yang tak bekerja di luar rumah, namun waktunya habis untuk berkeliling pasar, keluar masuk toko pakaian dan asesoris. Tak ada lagi sisa waktu untuk merisaukan nasib si buah hati, kecuali sekadar memberikan limpahan makanan dan pakaian.

Adapun si anak malang ini, adalah amanah yang disia-siakan, titipan yang diterlantarkan. Sendiri menantang segala macam pengaruh dan pemikiran-pemikiran menyimpang dan menyesatkan. Terkadang hidup dalam dekapan pembantu, dan di waktu lain berjalan menyusuri jalan-jalan. Bergaul dengan sosok-sosok buruk yang kelak akan menjadi panutannya sepanjang hidupnya.

Sebagian besar anak-anak muslim, tidak mengindahkan panggilan shalat. Kaki mereka tak pernah menyentuh gerbang-gerbang masjid. Tidak pula melihat orang-orang yang menegakkan shalat di masjid, kecuali pada hari Jumat. Dan jika kita perprasangka baik, mungkin sepanjang bulan Ramadhan. Adapun menghapal al-Qur’an dan mempelajari perkara halal dan haram, mereka tak gubris.

Berapa banyak anak-anak yang menghadiri shalat jamaah di masjid? Demi Allah! Seolah-olah kita adalah umat yang tak punya generasi penerus. Hanya ada pada masa sekarang dan segera lenyap di masa datang.

Demikiankah kondisi umat kita—tanpa generasi penerus? Tidak! Dengarlah suara anak-anak kita memenuhi sudut-sudut ruangan rumah dan sekolah-sekolah. Dengarkan teriakan-teriakan mereka di jalan-jalan sebelah masjid. Tapi, siapakah yang bisa memberi contoh dan teladan yang baik? Di manakah mereka yang bertanggung jawab atas pendidikan agama mereka?

Sang ayah meluangkan waktu-waktunya yang berharga untuk membangun rumah yang megah. Berdiri di bawah terik matahari yang membakar, menjaga, mengawasi, menambah dan mengurangi, meneliti begitu rinci setiap sudut-sudut rumahnya yang sedang dibangun. Namun, sang ayah yang terhormat, melupakan siapa yang akan menghuni rumah itu besok.

Wahai, Sang Ayah! Anda akan ditanya hari kiamat kelak tentang amanah ini, mengapa Anda terlantarkan? Putera-puteri Anda adalah tanggungan Anda hari ini, dan kelak di akhirat akan menjadi musuh Anda, jika Anda menyia-nyiakan mereka, dan akan menjadi mahkota di kepala Anda, jika Anda menjaganya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan dia akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia pun akan ditanya akan apa yang dipimpinnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagaimana Anda sangat takut jika buah hati Anda tersentuh panasnya api di dunia ini, maka selayaknya Anda lebih takut dengan firman Allah Subhaanahu Wata’ala, artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”(QS. at-Tahrim: 6).

Buah Hati Anda dan Shalat
Hal yang menyedihkan adalah kosongnya masjid-masjid kita dari anak-anak kaum muslimin. Sangat jarang kita dapati anak-anak dan remaja di antara para jamaah shalat. Hal ini menunjukkan lemahnya tarbiyah (pendidikan) di kalangan anak-anak kita. Jika hari ini mereka tidak shalat, maka kapankah mereka akan mengerjakan shalat jamaah bersama kaum Muslimin?

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”(QS. Thaha: 132).

Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka (jika tidak menegakkan shalat) ketika berusia sepuluh tahun.”(HR. Ahmad).

Inilah tuntunan bijak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mendidik anak. Beliau memulai dengan bertahap dan mengedepankan sikap lembut terhadap anak-anak. Mereka diajarkan shalat ketika masih berusia tujuh tahun, dan tidak boleh dipukul kecuali setelah berusia sepuluh tahun. Rentang waktu tiga tahun tersebut, mereka mendengar ajakan shalat lebih dari lima ribu kali. Maka jika mereka dengan tekun mengerjakannya selama tiga tahun terus menerus, masih perlukah mereka untuk dipukul? Mereka telah shalat lebih dari lima ribu kali dan terbiasa dengannya. Shalat dan masjid telah mengalir dalam darah mereka, menjadi bagian penting dari jadwal-jadwal dan rutinitas mereka.

Banyak orangtua memukul anak mereka untuk persoalan remeh dan sepele yang tidak bisa dibandingkan dengan kedudukan shalat. Siapa yang mengamati keadaan jamaah shalat subuh di masjid, maka kemungkinan besar mereka tidak akan menemukan sejumlah anak-anak atau remaja. Kemana ayah, di mana ibu hingga luput membangunkan anak-anak mereka untuk shalat Subuh?

Dari Ibnu Abbas—radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah, dan ketika telah masuk waktu sore, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang dan berkata,“Apakah anak ini (Ibnu Abbas) telah shalat?”Maka mereka berkata, “Ya.” (HR. Abu Dawud).
Cara terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang ayah untuk mendidik anaknya shalat adalah dengan mengajaknya shalat bersama. Berdiri di samping anaknya untuk mengajarinya, menjaganya untuk tidak gaduh dan banyak bermain.

Mendidik anak-anak untuk shalat berjamaah di masjid memiliki keutamaan yang sangat banyak, di antaranya:
1. Lepasnya tanggung jawab Anda di hadapan Allah Azza Wajalla kelak, dan terbebas dari dosa setelah Anda membiasakan mereka untuk cinta terhadap perintah shalat.
2. Harapan mendapatkan pahala dari membiasakan mereka mengerjakan ibadah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia mendapatkan ganjaran sebagaimana apa yang telah diperoleh orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikit pun pahala dari orang yang mengikutinya tersebut.”(HR. Muslim).
3. Perasaan aman bahwa anak kita berada dalam perlindungan dan naungan Allah Azza Wajalla sepanjang hari itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam perlindungan Allah.”(HR. Ibnu Majah).
Dan manfaat-manfaat lainnya yang tak dapat kita sebutkan seluruhnya di lembaran terbatas ini.

Lalu bagaimana membiasakan hal demikian bagi anak-anak Anda?
1. Seorang ayah harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam hal penjagaan waktu-waktu shalat berjamaah. Seorang anak, tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang telah dibiasakan oleh ayah dan ibunya untuknya.
2. Tanamkan pada anak-anak Anda untuk mendahulukan perkara akhirat dari urusan-urusan duniawi dalam segala hal. Maka jangan jadikan ujian-ujian sekolah lebih penting dari shalat. Mengulangi pelajaran lebih utama dari pergi ke masjid. Bukanlah suatu kebanggaan, ketika kelak putera-puteri Anda memiliki jabatan tinggi namun mereka adalah orang-orang munafik yang meninggalkan shalat.
3. Bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”(QS. Thaha: 132).

Wahai, Ayah dan Ibu! Kelak Anda akan menyesal ketika terlahir dari pendidikan Anda seorang anak yang tak menghiraukan shalat, lantaran rasa sayang yang tidak pada tempatnya. Anda mengkhawatirkan anak Anda dari rasa dingin, sehingga Anda tidak membangunkannya untuk shalat Subuh di masjid. Anda takut anak Anda tersengat panasnya sinar matahari, lalu Anda mendiamkannya dari melalaikan shalat Dhuhur dan Ashar.

“Katakanlah! Neraka Jahannam jauh lebih panas, seandainya mereka memahami.” (QS. at-Taubah: 81).Wallahu Waliyyut Taufiq (Dari berbagai sumber)

Al Fikrah No.13/Thn.XI/07 Jumadil Akhir 1431 H



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP