Gerakan Misionaris membonceng Kolonialisme, Kapitalisme, berikutnya apa?
Peringatan Allah SWT di Surah Al Baqarah [02]:120 tentunya sudah tidak diperdebatkan lagi. Bahwa kedua musuh Islam yang disebutkan di sana (Kristen dan Yahudi) akan selalu memusuhi, memerangi umat Islam hingga muslim mengikuti, tunduk kepada mereka dan upaya mereka ini tidak akan berhenti hingga akhir zaman.
Perang Salib adalah bentuk pertama atau setidaknya upaya terbesar pertama orang Kristen memerangi umat Islam, sepeninggal Rasulullah SAW. Dengan semboyan "Deus Le Volt" pada 1096, Paus Urbanus II memprovokasi 300.000 orang Kristen untuk berangkat merebut Yerussalem.
Berikut seruannya: "Negeri kalian telah padat penduduknya, dan dari semua sisi tertutup laut dan pegunungan. Tak banyak kekayaan disini, dan tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang cukup buat kalian. Itulah sebabnya kalian sering bertikai sendiri..... Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah kembali negeri itu dari orang-orang jahat, dan jadikan milik kalian. Negeri itu, seperti dikatakan di dalam AlKitab, berlimpah susu dan madu, Allah memberikannya kepada anak-anak Bani Israel. Yerussalem, negeri terbaik, lebih subur daripada lainnya seolah-olah sorga kedua. .... Bergegaslah, dan kalian akan memperoleh penebusan dosa, serta pahala di Kerajaan Surga."
Kolonialisme
Riwayat Kristenisasi di Indonesia dimulai dengan datangnya para kolonialis. Spanyol, Portugis, Belanda, dan kemudian Inggris. Selama lebih dari tiga abad Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia sekaligus memiliki kekayaan alam yang melimpah berada di bawah penjajahan. Motif yang dibawa oleh para Imperium ini adalah gold, glory dan gospel. Kekayaan, penguasaan dan penyebaran ideologi.
Kolonialisme berusaha mengembangkan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya dengan tujuan mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut.
Kapitalisme
Setelah Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, negara-negara bekas jajahan di wilayah Asia Afrika menegaskan diri untuk bebas dari penjajahan, diskriminasi, penindasan, kemiskinan, dan perbudakan. Dan diamini bahwa saat itu adalah tonggak di mana imperialisme (penjajahan) sudah berakhir. Namun tidak disadari bahwa bentuk Imperialisme telah berubah ke wajah baru yakni Kapitalisme.
Sistem ini hanya berpihak pada pemilik modal. Mereka sah melakukan usaha apapun untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dan pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Inilah prinsip-prinsip yang dianut dalam sistem Kapitalisme.
Pemilik modal menjadi dewa, sedangkan produsen justru menjadi sapi perah yang ditindas dan dihisap oleh kapitalis. Negara adalah pelayan kaum kapitalis. Negara harus membuat undang-undang untuk melindungi kepemilikikan kapital kaum kapitalis. Juga negara harus melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan menguntungkan kaum kapitalis.
Hasil dari Kapitalisme adalah terciptanya kesenjangan yang luar biasa. Rudolf H. Strahm (1980) menulis, negara-negara industri dengan penduduk hanya 26% dari jumlah penduduk dunia telah menguasai lebih 78% produksi dunia, 81% perdagangan dunia, 70% pupuk, dan 87% persenjataan dunia. Sedang 74% penduduk (di Asia, Afrika, dan Amerika Latin) hanya menikmati sisanya, yakni seperlima produksi dan kekayaan dunia.
Contoh ExxonMobil, pada tahun 2007 memperoleh keuntungan sebesar 40,6 milyar dolar AS, nilai penjualan ExxonMobil mencapai 404 milyar dolar AS. Ini melebihi Gross Domestic Product (GDP) dari 120 negara di dunia. Kita harus memberikan catatan tegas, negara kapitalis dengan perusahaan multinasionalnya memang sejahtera, namun mereka memiskinkan negara berkembang.
Strategi Kristenisasi
altPak, peneliti Cina dalam bukunya yang berjudul China and The West mengutip ucapan Napoleon sebagai berikut,
"Delegasi misionaris agama bisa memberikan keuntungan buatku di Asia, Afrika, dan Amerika karena aku akan memaksa mereka untuk memberikan informasi tentang semua negara yang telah mereka kunjungi. Kemuliaan pakaian mereka tidak saja melindungi mereka, bahkan juga memberi mereka kesempatan untuk menjadi mata-mataku di bidang politik dan perdagangan tanpa sepengetahuan rakyat."
Dalam masa kolonialisme, para misionarislah yang dijadikan pembuka jalan bagi imperialis dengan menghancurkan moral penduduk pribumi. Kemudian dengan aksi kristenisasinya mereka mengubah aqidah muslim sehingga mempunyai aqidah seperti mereka. Mereka melakukan pemurtadan terhadap umat Islam di Indonesia yang mereka istilahkan sebagai 'penuaian jiwa'.
Sementara pemerintahan imperialis melindungi aktivitas misionaris agar penyebaran millah mereka terus berjalan. Setelah itu apapun yang dilakukan para pedagang dan pengeruk harta, perampok kekayaan alam ini menjadi benar dan tidak mendapatkan perlawanan.
Dengan berjalannya waktu, perkembangan pendidikan, pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat makin cerdas. Maka strategi 'penuaian jiwa' menjadi kurang ampuh, mengingat ajaran Kristen sendiri memiliki kelemahan internal sehingga orang yang berakal sehat tidak akan sudi secara sadar memeluknya.
Oleh karena itu, strategi kedua dianggap lebih realistis dan efektif, yaitu mengeluarkan orang Islam dari agamanya atau menjauhkannya dari ajaran Islam. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan,
"Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim sebagai seorang Kristen... Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu."
Semua isme/ideologi di Barat masuk seiring bentuk imperialisme baru yakni kapitalisme. Sekularisme, liberalisme, pluralisme, feminisme, nasionalisme, dll tumbuh subur dalam sistem kapitalisme yang kesemuanya mempunyai satu tujuan, menciptakan generasi muslim yang tidak lagi memiliki Islam di hatinya. Dan generasi inilah yang kita dapati di mall-mall atau tempat-tempat hiburan di kota-kota, generasi yang disebut lebih barat ketimbang orang barat, lebih Amrik ketimbang orang Amerika.
altMengapa misionaris mau bekerjasama dengan imperialis?
Jika di era kolonialisme para misionaris membonceng dengan pembagian tugas sebagai pembuka lahan bagi masuknya para imperialis. Maka di era kapitalis para misionaris menggunakan fasilitas-fasilitas kapitalisme yang berprinsip membolehkan cara apapun untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya sehingga mencampakkan segala norma. Maka tumbuh suburlah benih-benih isme yang diciptakan untuk menjauhkan muslim dari aqidah Islam.
Kapitalis dan misionaris bersimbiosis mutualisme untuk menguasai dunia Islam. Negara-negara Barat dan perusahaan-perusahaan multinasionalnya menanamkan modal yang sangat besar pada yayasan-yayasan misionaris. Di tahun 1970 saja, aktivitas misionaris telah menghabiskan 70 miliar dolar (David Waren, penanggungjawab Ensiklopedia Dunia Kristen). Menurutnya, kurang dari dua dekade jumlah ini telah mencapai hampir dua kali lipatnya dan akan terus meningkat.
Muhammad Imarah mencatat, pada 1991, Organisasi Misionaris Dunia memiliki 120.880 lembaga khusus untuk kegiatan Kristenisasi di kalangan Islam; 99.200 lembaga pendidikan untuk mencetak kader penginjil; 4.208.250 tenaga profesional; 82 juta komputer; 24.000 majalah; 2.340 stasiun pemancar radio dan televisi; 10.677 sekolah dengan jumlah 9 juta siswa; 10.600 rumah sakit; 680 panti jompo; 10.050 apotik; anggaran kegiatan kristenisasi sebesar 163 miliar dolar. Dan sekarang pastinya lebih dari itu.
Kapitalisme diujung maut
Pada hakikatnya, kolonialisme merupakan bentuk penjajahan/imperialisme secara fisik. Sedangkan Kapitalisme adalah penjajahan secara non fisik. Perubahan sistem penjajahan dari kolonialisme menjadi kapitalisme semata-mata juga karena hitungan materi.
Pemenang hadiah nobel Joseph E. Stiglitz, juga mengkhawatirkan AS akan terpuruk pada depresi hebat. Dan ia pun mengingatkan negara-negara peniru sistem kapitalisme AS, untuk bersiap-siap hancur. "Upaya penyelamatan Bush berupa kucuran dana US$ 700 milyar dan nasionalisasi sejumlah bank adalah tanda kematian sistem kapitalisme ala AS," ujarnya.
Aksi Boikot yang menyebar ke seluruh penjuru dunia bisa jadi merupakan pemicu gerakan yang menyebabkan runtuhnya kapitalisme secara global. Mesin uang zionis ini sekarang berada diujung maut. Namun perlu diingat, matinya kapitalisme bukan berarti matinya kristenisasi atau gerakan misionaris.
Gerakan ini tetap akan ada dengan membonceng pada kendaraan berikutnya. Maka, hendaknya muslim mengenali musuh sesungguhnya, seperti peringatan Allah SWT dalam Al Baqarah [02]:120, musuh umat Islam bukanlah isme/sistem namun siapa pembuat isme/sistem tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar