Perusak Keislaman
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kaum muslimin, khususnya diri saya pribadi untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kita sebagai bekal untuk menghadap Illahi Rabbul Jalil. Serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya.
Sesungguhnya Tauhid merupakan kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul, yang merupakan pondasi da’wah mereka, Allah berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ النحل : 36
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : ”Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut” (QS. An Nahl:36)
Dan Tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah :
حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلاَ يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا رواه البخاري ومسلم
“Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempe-rsekutukan-Nya dengan yang lain” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka barangsiapa yang mengamalkan Tauhid akan masuk Surga dan barangsiapa yang me-ngamalkan dan menyakini hal-hal yang ber-tentangan dengannya, maka ia termasuk penghuni Neraka. Dan karena Tauhid itu pulalah para rasul diperintahkan untuk meme-rangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda Rasulullah :
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ الـنَّـاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رواه البخاري و مسلم
“Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah”(HR. Bukhari dan Muslim)
Merealisasikan (mewujudkan) Tauhid adalah jalan menuju kepada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat, sedang melakukan hal-hal yang bertentangan dengannya adalah jalan menuju kepada kesengsaraan. Menga-malkan Tauhid adalah jalan untuk menya-tukan barisan dan kalimat ummat. Sedang kesalahan dalam Tauhid adalah penyebab perpecahan dan tercerai berainya ummat ini.
Sesungguhnya tidak semua orang yang mengucapkan La Ilaha Illallahu termasuk ahli Tauhid hingga terpenuhinya syarat-syarat Tauhid, yaitu:
1. Mengetahui makna dan maksudnya dengan kedua dimensinya, baik dari segi peniadaan ( لاَ إِلَهَ ) “tiada sesembahan”, maupun dari segi penetapan (إِلاَّ اللهُ ) “kecuali Allah”. Jadi tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah .
2. Meyakini kandungannya dengan keyakinan yang kuat.
3. Menerima apa yang dimaksudkan oleh kalimat ini dengan hati dan lisan.
4. Tunduk kepada kandungannya.
5. Jujur yaitu ia menyebutkannya dengan lisan yang dibenarkan oleh hatinya.
6. Ikhlas yang tidak dicampuri oleh perasaan riya’.
7. Mencintai kalimat ini dengan segala kandungannya.
Sebagaimana kita wajib untuk mengamal-kan Tauhid dengan memenuhi syarat-syarat La Ilaha Illallahu, maka kitapun diwajibkan untuk menghindari dan mencegah diri dari perbuatan syirik dengan segala bentuk, pintu dan tempat masuknya, baik syirik yang besar maupun syirik yang kecil, karena sebesar-besar kezhaliman adalah syirik kepada Allah , dimana Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali perbuatan syirik itu, dan barangsiapa yang terperosok ke dalamnya maka Allah mengharamkan Surga baginya dan Nerakalah tempat kembalinya. Allah berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَ يَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ النساء:48
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”(QS. An Nisaa:48)
Dan diantara hal yang dapat membatalkan dan merusak Tauhid keislaman seseorang adalah :
1. Memakai kalung atau benang (yang diikatkan di leher atau di tangan), dari jenis apapun, seperti kuningan, besi ataupun kulit dengan maksud mengangkat dan menolak bencana, karena hal ini termasuk perbuatan syirik.
Diriwayatkan dari Imran bin Husain , bah-wasanya Rasulullah pernah melihat seorang laki-laki yang mengenakan gelang dari kuni-ngan, maka beliau bertanya :
مَا هَذِهِ ؟ قَالَ : "مِنَ الْوَاهِنَةِ" فَقَالَ : اِنْزِعْهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَزِيْدُكَ إِلاَّ وَهْنًا، فَإِنَّكَ لَوْ مُتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا رواه أحمد
“Untuk apa ini?” laki-laki itu menjawab : “untuk mencegah atau menghilangkan kejelekan (bala’)” maka Rasulullah bersabda : “Lepaskanlah gelang itu; karena gelang itu tidak membantumu kecuali akan membuatmu semakin lemah, dan apabila kamu mati dan gelang itu masih engkau kenakan maka (di akhirat kelak) kamu tidak akan selamat” (HR. Ahmad)
2. Menggunakan mantra-mantra atau jampi-jampi bid’ah untuk pengobatan dan menggu-nakan tamimah (jimat)
Mantra-mantra bid’ah yang dimaksud ada-lah coretan-coretan, gambar-gambar dan per-kataan-perkataan yang tidak dimengerti, serta meminta pertolongan kepada jin dalam men-deteksi suatu penyakit atau melepaskan dari dari sihir atau kesurupan. Sedang yang di-maksud dengan tamimah adalah apa-apa yang dikalungkan pada manusia atau hewan yang terbuat dari benang atau ikatan lainnya, baik yang tertulis dengan ucapan bid’ah yang tidak bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah, ataupun yang bersumber dari keduanya (ber-dasarkan pendapat yang rajih/kuat), karena ini termasuk hal yang melahirkan perbuatan syirik. Rasulullah bersabda :
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَ التِّوَلَةَ شِرْكٌ رواه أحمد و أبو داود
“Sesungguhnya mantra, tamimah dan tiwalah (sihir cinta) adalah perbuatan syirik” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Termasuk perbuatan ini adalah menggan-tungkan selembar kertas, lempengan logam kuningan atau alumunium di pintu rumah, di ruang tamu atau di dalam mobil yang diatas-nya tertulis lafzhul jalalah ( الله ) atau ayat kursi atau meletakkan mushaf Al Qur’an de-ngan keyakinan bahwa itu semua dapat menjaga dan mencegah dari kejelekan seperti sihir atau pencuri. Termasuk pula memasang sepotong kertas atau logam yang berbentuk telapak tangan atau terdapat gambar mata dan sebagainya. Ini semua tidak boleh di pasang dengan keyakinan dapat mencegah dari kejelekan. Rasulullah bersabda :
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَــيْهِ رواه أحمد و الترمذي
“Barangsiapa yang menggantungkan dirinya (bertawakkal) kepada sesuatu (selain kepada Allah), maka Allah akan membuatnya tetap ber-gantung (bertawakkal) kepadanya” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
3. Mencari berkah pada orang-orang tertentu dengan menyentuh dan meminta berkahnya atau mencari berkah pada pohon-pohon, batu-batu, kuburan-kuburan yang pemiliknya dianggap wali dan lain-lainnya, bahkan kepa-da ka’bah, hajar aswad atau kuburan Rasulullah pun tidak boleh disentuh dengan tujuan mencari dan mengambil berkahnya. Berkata Umar ketika mencium hajar Aswad :
((إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنـْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ)) متفق عليه
“Sesungguhnya saya tahu bahwa kamu adalah batu yang tidak mendatangkan mudharat dan manfaat,seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu, saya tidak akan menciummu”(Muttafaqun ‘Alaihi)
4. Menyembelih hewan bukan karena Allah , seperti untuk para wali, setan-setan dan jin dengan tujuan untuk mengambil manfaat dan mencegah kejahatan mereka. Perbuatan ini termasuk syirik paling besar. Rasulullah bersabda :
لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ رواه مسلم
“Allah melaknat orang yang menyembelih kepada selain Allah” (HR. Muslim)
Dan sebagaimana kita dilarang menyem-belih untuk selain Allah , maka kitapun di-larang menyembelih pada tempat-tempat penyembelihan yang biasa digunakan me-nyembelih hewan untuk selain Allah , walaupun orang tersebut menyembelih de-ngan niat untuk Allah . Seperti seseorang yang menyembelih hewan qurban, aqiqah atau nazar dengan niat karena Allah , namun ia laksanakan di tempat-tempat yang biasa digunakan penyembelihan hewan kepa-da selain Allah seperti di kuburan para wali fulan, syaikh fulan, pohon angker, bangunan keramat dan tempat-tempat lainnya maka ini perbuatan yang dilarang, namun apablla di tempat-tempat tersebut tidak pernah di laku-kan penyembelihan kepada selain Allah maka hal tersebut tidak mengapa namun hendaknya dihindari, hal ini bertujuan untuk mencegah seseorang terperosok ke dalam perbuatan syirik. Diriwayatkan dari Tsabit bin Dhohhak ia berkata :
نَذَرَ رَجُلٌ أَنْ يَنْحَرَ إِبِلاً بِبُوَانَةَ، فَسَأَلَ النَّبِيَّ ؟ فَقَالَ : هَلْ كَانَ فِـيْهَا وَثَنٌ مِنْ أَوْثَانِ الْجَاهِلِـيَّةِ يُعْبَدُ ؟ قَالُوْا : "لاَ" قَالَ : فَهَلْ كَانَ فِـيْهَا عِيْدٌ مِنْ أَعْيَادِهِمْ ؟ قَالُوْا : "لاَ" فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ : أَوْفِ بِنَذَرِكَ فَإِنَّهُ لاَ وَفَاءَ لِنَذَرٍ فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ... رواه أبو داود
“Seseorang telah bernazar (kepada Allah ) untuk menyembelih seekor unta di daerah buwanah, maka ia bertanya kepada Nabi , maka Nabi bersabda : “Apakah di dalam (daerah buwanah) terdapat sebuah berhala dari berhala-berhala ?” maka para shahabat menjawab :”Tidak”, Nabi bersabda : “Apakah tempat tersebut pernah di-laksanakan upacara keagamaan dari acara-acara keagamaan (penyembah-penyembah berhala)?” maka para shahabat menjawab : “Tidak”, maka bersabda Rasulullah :”Laksanakanlah nazar-nya tersebut karena tidak boleh melaksanakan nazar untuk bermaksiat kepada Allah ...” (HR. Abu Daud)
5. Ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap para wali dan orang-orang sholeh dan mengangkat mereka melebihi kedudukannya. Yaitu dengan berlebih-lebihan dalam memuliakan atau mengangkat mereka sederajat dengan kedu-dukan para rasul atau menganggap mereka sebagai orang-orang yang ma’shum (terbebas dari dosa), Rasulullah bersabda :
إِيَّاكُمْ وَ الْغُلُوَّ، وَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَـبْلَكُمْ اَلْغُلُوُّ رواه أحمد
“Hati-hatilah kalian dari sifat ghuluw, sesungguhnya binasanya ummat terdahulu adalah dikarenakan sifat ghuluw” (HSR. Ahmad)
6. Ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap kubu-ran orang-orang shalih hingga menjadikannya sebagai sesembahan selain Allah dengan melakukan suatu bentuk ibadah seperti shalat, penyembelihan hewan dan lain-lain, ini termasuk perbuatan syirik. Rasulullah ber-sabda :
أَلاَ فَلاَ تَـتَّخِذُوْا الْقُبُوْرَ مَسَاجِدَ، فَإِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ رواه مسلم
“Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari perbuatan itu” (HR. Muslim)
di hadits lainnya Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata :
(( لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ...اَلْمُـتَّخِذِيْنَ عَلَـيْهَا الْمَسَاجِدَ وَ السُّرُجَ )) رواه الترمذي
“Rasulullah melaknat…orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid dan orang-orang yang memasang penerangan (lampu, lilin dan semacamnya di kuburan, sebagai bentuk pengagungan terhadapnya)”(HHR. Tirmidzi)
Kalau saja kita dilarang untuk shalat di kubu-ran atau menghadap ke kuburan karena da-pat menggiring seseorang kepada perbuatan syirik, maka bagaimana pula apabila shalat dan beribadah kepadanya? Na’udzu billah
7. Mendatangi tukang sihir, dukun, paranor-mal, ahli nujum dan sebagainya karena mere-ka adalah orang yang kafir, maka tidak boleh mendatangi, bertanya dan membenarkannya, walaupun diantara mereka telah bergelar haji atau kyai atau mengaku sebagai wali, syaikh dan sebagainya. Rasulullah bersabda :
مَنْ أَتَى كَاهِنًا، فَصَدَّقَ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ رواه أبو داود
“Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun, paranormal dan lain-lain) lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka sesungguhnya ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan atas Muhammad (Al Qur’an)” (HSR. Abu Daud)
8. Tathayyur, yaitu perasaan pesimis terha-dap burung, hari, bulan atau orang tertentu, seperti mendengarkan suara burung jenis tertentu lalu berprasangka buruk akan adanya malapetaka, atau berprasangka bahwa ada hari atau bulan jelek dan sebagainya sehingga menghalanginya untuk melaksanakan hajat-nya. Rasulullah bersabda :
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ رواه أبو داود
“Tathayyur adalah perbuatan kesyirikan” (HR. Abu Daud)
di hadits lainnya Rasulullah bersabda:
مََنْ رَدَتْهُ الطِّيَرَةُ عَنْ حَاجَـتِهِ فَقَدْ أَشْرَكَ رواه أحمد
“Barangsiapa yang terhalangi untuk melakukan suatu pekerjaan dikarenakan tathayyur, maka sesungguhnya ia telah syirik” (HR. Ahmad)
Sebagaimana kita wajib untuk mengamal-kan Tauhid ini dengan benar maka kita juga harus berhati-hati dari segala hal yang dapat merusak dan membatalkan Tauhid itu. Jangan sampai kita terjatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan Tauhid, sehingga ia mengeluarkan kita dari Islam tanpa kita sadari.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ وَالآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكْم فِيْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغفر لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
-Abu Abdirrahman-
Maraji’ :
1. Al Qaul Al Mufid ‘Ala Kitab At Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin
2. Nasyrah Fadhlu At Tauhid wa At Tahdzir Mimma Yudhaduhu (terj), Syaikh Abdullah bin Jibrin
0 komentar:
Posting Komentar