Ayat-Ayat Rahmat
Rahmat atau kasih sayang bukan sekadar untuk dijadikan pengetahuan semata, tetapi untuk dihayati lalu diaplikasikan. Karena kalau kita menerapkannya dengan baik, pasti pada hari kiamat kita akan mendapatkan kasih dan sayang-Nya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang dikaruniai sifat kasih sayang (rahmat).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Allah Menetapkan Rahmat atas Diri-Nya
Lihatlah kasih sayang Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, hingga kita dapat mengetahui berbagai sifat-Nya, sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata’ala, artinya, Rabb-mu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang.” (QS. Al An’am: 54).
Sifat Allah adalah kasih sayang. Adapun kemurkaan-Nya adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. Dan kasih sayang Allah mengalahkan kemurkaan-Nya.
Dan Rahmat-Ku meliputi Segala Sesuatu
Allah Azza Wajalla berfirman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, artinya,
“Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah, “Rabbmu mempunyai rahmat yang luas.” (QS. Al An’aam: 147).
Tatkala membaca ayat ini, mungkin Anda bertanya, “Seberapa luas bentangan rahmat-Nya?” Jawabnya ada pada ayat berikut, artinya, “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raf: 156).
Nampaknya, Anda mulai merenungkan betapa luasnya rahmat dan kasih sayang Allah. Maka sudah sepantasnya kita memuji kepada Allah Azza Wajalla atas kasih sayang-Nya yang luas tak bertepi.
Sesungguhnya Rahmat-Ku Mengalahkan Kemurkaan-Ku
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Ketika Allah menciptakan jagad raya ini, Dia menulis di atas kitab-Nya yang tersimpan di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Subhanallah! Pikirkanlah bahwa alam raya ini Allah ciptakan dengan rasa kasih sayang-Nya yang Mahaluas.
Kecuali Allah Melimpahiku dengan Rahmat-Nya
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidak seorang pun dimasukkan surga karena amalannya..” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?” Ia menjawab, “Dan saya pun tidak termasuk, kecuali Rabbku melimpahkan rahmat-Nya kepada-Ku.” (HR.. Muslim).
Ya, alam raya ini diciptakan dengan kasih sayang, dan tidak seorang pun yang masuk surga kecuali dengan kasih sayang-Nya. Inilah nilai kasih sayang itu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya, Allahlah yang menciptakan rahmat itu, pada hari ia menciptakannya sebanyak seratus bagian. Ia menggenggamnya 99 bagian dan menurunkannya ke bumi hanya satu bagian dari rahmat tersebut. Dengannya (satu rahmat tersebut) seluruh makhluk saling mengasihi, sampai binatang melata pun mangangkat kukunya, kuatir akan mengenai anaknya.” (HR. Bukhari).
Hanya satu rahmat diturunkan ke dunia, tapi dengan satu rahmat saja seluruh makhluk merasakannya. Seluruh makhluk, manusia, hewan, dan sebagainya! Mereka dapat saling mengasihi dengan hanya diturunkan satu rahmat. Sedangkan Allah masih menyimpan 99 rahmat lainnya untuk kita, kelak pada hari kiamat.
Taburan Rahmat Menuntut Kita Berpikir
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al Qashash: 73).
Dengan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada kita, Ia menciptakan siang dan malam.
Mari merenung sejenak! Andai dunia ini hanya ada malam atau siang saja, pasti kita akan mengetahui akibatnya; alangkah dahsyatnya penyakit jiwa yang akan menimpa kita. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,
“Katakanlah, "Terangkanlah kepada-Ku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?" Katakanlah, "Terangkanlah kepada-Ku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Al Qashash: 71-72).
Lihatlah keagungan Allah dalam menciptakan siang dan malam. Sungguh, siang itu tidak datang dengan tiba-tiba, demikian juga malam hari; keduanya datang silih berganti secara perlahan-lahan.
Itulah rahmat Allah yang tidak pernah terbetik sedikit pun dalam hati kita, padahal kita melihatnya setiap hari. Alangkah melimpahnya rahmat Allah tersebut, sehingga menuntut kita untuk memikirkannya.
Lihatlah Tanda-tanda Kasih Sayang Allah
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,
“Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah yang Mahapelindung lagi Mahaterpuji.” (QS. Asy-Syu’ara: 28).
Tanpa air, bumi akan mati. Perhatikan kembali firman-Nya, “Dan Dia menyebarkan rahmat-Nya”, hujan itu merupakan rahmat Allah yang dibagikan ke bumi. Allah Azza Wajalla berfirman, artinya,
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.” (QS. Ar-Rum: 50).
Sekiranya rahmat Allah itu lenyap dari kita, karena di antara rahmat-Nya adalah menurunkan hujan. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,
“Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS. Al Waqi’ah: 69-70).
Bayangkan, andai air hujan itu diturunkan dalam keadaan asin, bukankah seluruh isi bumi akan mengalami kepunahan?
Karena Rahmat-Nya, Allah Menutupi Kemaksiatan Kita
Andai saja Allah Azza Wajalla membeberkan kemaksiatan, setelah kita melakukannya, tatkala pulang ke rumah, pastilah orang di rumah Anda akan mengetahui apa yang Anda lakukan. Tapi, karena rahmat-Nya, Ia menutupi kemaksiatan kita.
Andai dosa itu dapat dicium bauanya. Setiap kali kita melakukan kemaksiatan, pasti akan tersebar bau dosa tersebut. Dosa merupakan bau yang amat busuk, sehingga hidung kita tidak kuat bersentuhan dengannya. Tetapi dengan rahmat-Nya, Allah menutupi perbuatan maksiat kita.
Karena Rahmat-Nya, Mudah untuk Bertaubat
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman, artinya,
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya.” (QS. Al Baqarah: 37).
Ketika Nabi Adam Alaihissalam melakukan kemaksiatan kepada Allah, berupa memakan buah yang terlarang untuk dimakan, ia pun menyesal. Tapi ia tidak tahu bagaimana cara bertaubat. Dalam penggalan firman-Nya, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabbnya.”
Ketika beberapa kalimat tersebut diucapkan, lalu ia bertobat kepada Allah, maka dosa-dosanya pun diampuni. Apakah untaian kalimat tersebut? Keduanya berkata,
"Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 23).
Subhanallah! Bukan hal yang mengherankan, jika seorang hamba amat mencintai tuannya karena perhatian tuannya kepadanya. Tapi, yang lebih mengherankan lagi adalah jika seorang tuan amat mencintai hambanya. Dan itulah, Allah mencintai kita dengan rahmat-Nya.
Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Syafaat itu diberikan kepada para nabi, para rasul, para malaikat dan kekasih-Ku Muhammad. Bukankah Aku Mahapemaaf? Maka Allah Yang Mahatinggi dan Mahamulia meletakkan orang-orang mukmin dalam genggaman tangan-Nya di neraka Jahannam dan mengeluarkannya dari neraka tersebut bagi siapa yang di dalam hatinya terdapat sebiji dzarrah (biji sawi) kalimat lailaaha illalloh Muhammadar rasululloh (tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya). Kemudian mereka keluar meskipun mereka telah menjadi arang. Lalu Allah menaruh mereka di sungai al Hayat, seolah-olah mereka tumbuh lagi sebagaimana tanaman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan Rahmat-Nya, Ia Tidak Menyiksa Secara Langsung sebab Dosa-dosa Kita
Siapakah di antara kita yang sepanjang hidupnya tidak pernah melakukan setitik dosa? Sebagian rahmat Allah yang dianugerahkan kepada kita adalah Ia tidak menyiksa langsung akan dosa-dosa kita.
“Dan Tuhanmulah Yang Mahapengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka.” (QS. Al Kahfi: 58).
“Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Tetapi (kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.” (QS. Yasin: 43-44).
Jika Allah Azza Wajalla menyiksa lantaran dosa kita secara langsung, maka Ia tidak akan membiarkan seorang pun di dunia ini, akan tetapi dengan rahmat-Nya kita diberi kelonggaran.
Maka sepantasnyalah kita segera bertaubat agar Allah mengampuni kita. Tidakkah kita patut bersyukur karena rahmat-Nya? Allah Azza Wajalla berfirman, artinya,
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7).
Dan di antara bentuk kesyukuran itu adalah tidak sekadar berpangku tangan berharap rahmat Allah. Sejatinya, seorang muslim harus senantiasa berusaha keras melakukan amal shaleh untuk menjemput rahmat-Nya. Allah Azza Wajalla berfirman, artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah: 218).
Berbagai sumber. Wallahu A’lam wa Huwa Ar Rahman Ar Rahim (Buletin Al Fikrah)
Terakhir Diperbaharui ( Friday, 05 February 2010 )
0 komentar:
Posting Komentar