PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Masalah pendidikan anak di dalam Islam mendapat perhatian yang sangat serius, hal itu terbukti dari banyaknya nash-nash Al-Qur'an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad saw. yang membicarakan masalah keluarga atau rumah tangga yang menekankan pada permasalahan pembentukan generasi yang berkwalitas, baik lagi shalihin, berguna bagi dirinya, agama dan masyarakatnya serta bahagia di dunia dan selamat di akhirat, sebagai realisasi dari penghmabaan (ibadah) kepada Allah swt. di dalam seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan individual maupun sosial.
"Dan Aku sekali-kali tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menghambakan diri (beribadah) kepada-Ku" (al-Dzariat: 56).
Untuk mencapai target dan tujuan pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, Islam mengajarkan bahwa pendidikan anak harus dimulai dari beberapa hal:
Pertama: Pembentukan keluarga muslim. Keluarga merupakan dasar utama bagi kesuksesan pendidikan, ibu dan bapak merupakan guru dan pendidik pertama bagi anak. Apabila suasana keluarga baik dan bernuansa pendidikan yang terarah, penuh dengan suasana iman dan ibadah, ibu dan bapak menjadi pendidik dan suri teladan bagi anak-anaknya, maka anak didik akan tumbuh dengan baik pula. Oleh karena itu Rasulullah saw. menekankan urgensi memilih pasangan hidup (suami-istri) yang menitik beratkan kepada aspek kometmennya kepada agama (Dienul Islam). Sebagaimana beliau sabdakan kepada setiiap orang tua/wali:
"Apabila datang kepada kamu orang (lelaki yang akan memingang putrimu) yang kamu merasa puas dengan kometmennya kepada agamanya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu), dan jika tidak, maka yang akan terjadi adalah kerusakan yang besar di muka bumi ini". (HR. )
Dan juga sabdanya kepada kaum lelaki :
" ......Maka pilihlah wanita yang kometmen kepada agama, niscaya kamu beruntung".(HR. Bukhari : Kitab Nikah).
Kedua: Berdo`a memohon keturunan yang shalih kepada Allah swt. baik sebelum dan sesudah mempunyai anak. Berdo`a, menunjukkan kesungguhuhan seseorang untuk memperoleh sesuatu yang didambakan, lebih-lebih jika do`a tersebut selalu dilakukan dan disertai dengan upaya dan usaha lahiriah yang dapat mendukung bagi kesuksesan. Banyak do`a ma`tsur untuk mempunyai anak keturunan yang shaleh yang diajarkan oleh Islam, seperti do`a sebelum melakukan jima` (persetubuhan), do`a yang terdapat di dalam al-Qur`an, seperti yang dilakukan oleh Nabi Zakariya: "Wahai Tuhan-ku, karuniakanlah kepadaku dari sisi-Mu anak keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a" (Ali `Imran : 38), dan seperti do`a : "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa". (al-Furqan : 74), dan lain-lain. Do`a yang terakhir ini disebutkan oleh Allah dalam kontek membicarakan ciri dan karakter orang yang mendapat pengakuan dari Allah sebagai hamba yang disebut dengan `ibadurrahman.
Ketiga: Menggunakan pendekatan-pendekatan (asâlîb) idukatif di dalam mendidik anak, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw. Banyak sekali pendekatan atau asâlîb yang digunakan oleh Rasulullah saw. di dalam mendidik anak-anak kaum muslimin di zamannya, yang semua itu masih dan tetap menjadi pendekatan prinsip di dalam pendidikan modern.
Yang terpenting diantaranya adalah :
a. Mendidik anak dengan pendekatan Qudwah Hasana (Suri teladan yang baik). Maksudnya adalah bahwa orang tua haruslah menjadi contoh hidup dan nyata bagi ajaran Islam yang akan ditanamkan di dalam diri anak-anaknya. Sebab, secara fitrah anak-anak (bahkan manusia pada umumnya) telah mempunyai kecenderungan untuk mencontoh dan meniru prilaku orang lain yang dinilai lebih unggul daripadanya, terutama orang tuanya; bahkan, di dalam pandangan anak, semua perkataan dan perbuatan orang tuanya adalah benar dan yang bukan dari orang tuanya adalah salah. Dan dengan adanya keteladanan, anak didik akan merasa tentram dan yakin terhadap apa yang ia pelajari. Oleh karena itulah Rasulullah saw. diutus oleh Allah swt. sebagai rasul agar menjadi suri teladan di dalam segala persoalan kehidupan, baik besar maupun kecil, termasuk aspek pendidikan, agar semua ajaran Islam dapat dilihat secara nyata oleh umatnya lalu mereka dapat mencontohnya. Maka Nabi Muhammad saw. benar-benar merupakan sosok suri teladan di dalam setiap pebuatan dan perkataan, ibadah, akhlaq dan lain-lainnya.
Di dalam bergaul (mu`amalah) Rasulullah benar-benar qudwah bagi semua manusia, sampai kepada anak-anak. Terhadap anak-anak beliau selalu bercanda, bercumbu-rayu mengungkapkan rasa belas kasihnya yang mendalam, bahkan beliau menghargai mereka dan memberi salam kepada mereka, hal mana prilaku beliau terhadap mereka mempunyai pengaruh besar di dalam jiwa mereka, sebagaimana diturturkan oleh Anas bin Malik ra."Demi Allah, Rasulullah saw. belum pernah meyalahkan aku, kenapa kamu lakukan ini dan kenapa bigutu dan begini". Bahkan keberanian Nabi saw. di dapam berperang sangat membekas di dalam jiwa semua para shahabatnya sampai kepada mereka yang masih anak-anak. Hal itu tampak di dalam peperangan Uhud dinama ada tiga anak yang masih berusia dini minta izin kepada beliau untuk ikut di dalam peperangan.
b. Memberikan pengajaran dan bimbingan (ta`lîm dan ta'dîb) kepada anak-anak. Hal ini mendapat perhatian dari Rasulullah saw. dimana beliau bersabda:
"Sungguh jika seorang ayah mengajar dan membimbing anak-anaknya itu lebih baik dari pada jika ia bersedekah satu sha`". Dan sabda beliau: "Tiada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih baik (utama) dari pada budi pekerti yang luhur". (HR. Turmudzi di dalam kitab al-Birr was shilah, bab: tentang etika anak).
Anak, dimasa kecilnya tidak dapat membedakan antara mana yang baik dan mana yang buruk, ia hanya mempunyai keinginan di dalam jiwanya yang dapat mendorongnya untuk mematuhi orang yang mengarahkan dan membimbingnya, sehingga ia merasa aman bila ia hidup dibawah lindungan dan bimbingan orang yang mengarahkannya. "Dan jika ia tidak mendapatkan orang yang berbuat demikian terhadap dirinya, maka ia akan hidup penuh dengan kebimbangan, lemah semangat dan lemah kepribadiannya". Demikian DR. Abdurrahman an-Nahlawi menegaskan.
Di dalam bidang pendidikan dan pengajaran ini Rasulullah saw. benar-benar teladan yang baik, dimana perbuatan dan prilaku beliau terhadap anak-anak para shabatnya penuh dengan nilai edukatif. Sebagai contoh adalah bahwasanya pada suatu ketika Rasulullah saw. melihat seorang anak muda yang sedang menguliti seekor domba, akan tetapi ia tidak bisa melakukannya dengan baik, maka Rasulullah datang kepada anak itu dan bersabda : "Minggirlah kamu, biar aku akan memperlihatkan kepadamu" (bagaimana cara mengulitinya. pen.). Maka Nabi memasukkan tangan beliau di antara kulit dan daging domba itu dan menekankannya hingga kulit domba terkelupas sampai ke ketiak domba, kemudian beliau pergi.(HR. Abu Daud di dalam Kitabut thaharah).
Di sini kita lihat, betapa perhatian Rasulullah sangat besar kepada anak-anak, beliau mengajarkan apa saja yang berguna bagi mereka. Beliau tidak segan-segan untuk meluangkan waktunya untuk mengarahkan umatnya sampai pada masalah yang mungkin kita pandang sepele. Mungkin kita bertanya, kenapa Rasulullah tidak menyuruh seorang shahabatnya untuk mengajarkan bagaimana cara menguliti domba kepada anak lelaki tersebut, sehingga Rasulullah saw. (yang kedudukannya begitu agung dan mulia) tidak perlu mengurusi hal- yang sepele itu?
Di sinilah pentingnya qudwah dan keteladanan.
Demikianlah secuplik dari metode pendidikan anak yang dapat kita petik dari Sunnah Rasulullah saw. dan masih banyak lagi perbuatan dan ucapan/sabda beliau yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Semoga kita dapat meneladaninya. Wallahu a`lam.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُؤَدِّيْنَ لِوَاجِبَاتِهِمْ مَعَ الْمُخْلِصِيْنَ السَّائِلِيْنَ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Musthofa Aini, Lc
Mahasiswa Pasca Sarjana UMJ
0 komentar:
Posting Komentar