..::::::..

Palestina, tanggung jawab siapa?

Persoalan Palestina merupakan pokok permasalahan umat Islam. Ia adalah persoalan aqidah di dalam pemikiran umat Islam, bukan sekadar persoalan sebidang bumi yang dirampas atau satu bangsa yang dihalau. Malah ia adalah persoalan yang lebih besar daripada itu. Namun ia tetap merangkumi kedua persoalan di atas.


Persoalan tipu muslihat dan konspirasi Yahudi itu telah dirangkumkan oleh al-Quran. Bermula daripada penentangan kaum Yahudi terhadap para Nabi yang pernah diutuskan kepada mereka sampai kepada sifat memungkiri janji dan tidak amanah serta penyembahan anak lembu ciptaan mereka.

Persoalan Yahudi dan kejahatan mereka telah mengambil ruang yang amat luas di dalam al-Quran. Dalam satu ayat Allah berfirman yang bermaksud:

"Telah dilaknat mereka yang kufur daripada keturunan Bani Israel melalui lisan Nabi Allah Daud dan Isa ibni Maryam karena mereka durhaka dan melanggar batas-batas Allah." (Al-Maidah: 78)

Kehadiran topik mengenai Bani Israel di dalam al-Quran merupakan persoalan pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Persoalan itu berkelanjutan hingga kini sehingga Allah menentukan tokoh atau golongan yang akan memperjuangkan permasalahan Palestina sehingga Palestina kembali ke pangkuan negara Islam sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar al-Faruq dan Salahuddin al-Ayubi. Inilah janji Rasulullah yang benar.

Perjuangan akan datang berpihak kepada kaum yang tertindas yang benar-benar ikhlas kepada Allah, tidak sama sekali untuk golongan yang pengecut dan penakut. Ketika itu setiap pepohonan dan batu akan memberitahu: "Wahai pejuang Muslim, ini dia si bedebah Yahudi sedang bersembunyi di belakang aku, ayo bunuhlah dia, kecuali sejenis pohon yang dikenali sebagai pohon zarqod.

Persoalan ini secara langsung menyentuh persoalan ibadat. Setiap Muslim berikrar sekurang-kurangnya 17 kali setiap hari di hadapan Allah dengan menyebut ghoiril maghdhu bi alaihim wa ladhallin (bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang sesat). Yang pertama dimaksudkan dalam ayat itu ialah kaum Yahudi dan golongan yang kedua ialah Nasrani.

Apakah sebenarnya yang dikehendaki oleh kaum pengkhianat itu sehingga mereka mengharapkan agar kaum Muslimin membelakangkan al-Quran? Jawaban ini telah dijelaskan kepada kita oleh al-Quran dengan maksudnya:

"Dan sama sekali kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan senang dengan kamu melainkan setelah kamu mengikuti agama mereka". Nah, itulah ketegasan al-Quran memberikan panduan kepada penganutnya. Tetapi malangnya pemimpin boneka mereka yang pernah menziarahi Tel Aviv melarang orang Islam membaca ayat-ayat yang menyentuh kaum Yahudi. Merekalah sebenarnya pelopor keamanan yang palsu. Suatu ketika dahulu mereka telah menjual Palestine melalui Perjanjian Camp David.

Dimanakah perwira yang pernah mengangkat ranting pohon dan mengemakan perjuangan bersenjata menentang ancaman Zionis? Dimanakah pahlawan yang menyeru kepada pembebasan bumi Isra dan Mi raj daria tangan kotor Yahudi? Dimanakah pejuang yang menyeru untuk kemerdekaan qiblat pertama dan tanah haram ketiga, Baitul Maqdis?

Bagaimanakah dengan peristiwa tragis Dir Yassin, Sabra dan Shatila serta al-Karamah? Apakah semua peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa ada hikmah dan pelajarannya? Kiranya peristiwa yang menyayat hati itu telah dilupakan atau sengaja dilupakan oleh pengkhianat yang berbaju pejuang. Umat Islam yang ikhlas dengan perjuangannya tidak akan pernah melupakan sayatan luka yang telah ditorehkan oleh Yahudi, Sama sekali tidak akan pernah.

Ingatan kita masih segar dengan peristiwa kebangkitan umat yang bangun menentang Perjanjian Balfore. Menteri Luar Inggeris telah menyatakan tekadnya untuk membantu menegakkan negara Yahudi di bumi Palestina, diikuti dengan skenario penaklukan Palestina. Rancangan yang diakui oleh perserikatan bangsa-bangsa Barat itu memperkukuhkan Perjanjian Balfore.

Bangsa Arab dan umat Islam seluruhnya sepakat mengangkat jari dan bertanya: Siapakah si Balfore yang berhak memberi dan menyerahkan bumi Palestina kepada bangsa Yahudi terkutuk itu?, sehingga menjadi opini umum bahwa mereka adalah orang yang menyerahkan sesuatu yang bukan miliknya kepada orang yang tidak berhak . Ini adalah drama palsu yang dilakonkan di dalam kepalsuan.

Kaum Muslimin seluruhnya telah menanggung derita akibat bencana yang menimpa mereka. Di sinilah bermula titik hitam dalam sejarah umat Islam. Selepas itu Amerika Serikat pula yang menangani masalah Yahudi ditambah Troman dan Roosevelt yang meneruskan tugas Inggeris dalam menindaklanjuti konspirasi Zionis antara bangsa terhadap umat Islam. Bantuan datang berbondong-bondong kepada Yahudi disaat hak bangsa Palestina di bumi sendiri diabai dan dibelakangkan. Selepas itu penghijrahan Yahudi ke bumi Palestina dibuka dengan seluas-luasnya, kumpulan demi kumpulan. Program yang penuh perencanaan itu menyusul satu demi satu dengan kemasan dan keamanan.

Pada 1948, satu angkatan bersenjata Islam telah dibentuk bagi membebaskan bumi Isra dan Mi raj dari cengkaman Yahudi. Persatuan itu mendapat sokongan negara Arab dan Islam yang lainnya apabila tenaga sukarelawan datang begitu besar. Sewaktu pertempuran sengit antara kedua-belah pihak itu, ada konspirasi jahat dan pengkhianatan terhadap pasukan Islam itu.

Pengkhianat Yahudi tidak berlaku secara terang-terangan di mata dunia. Dalam satu tragedi yang memilukan mereka melakukan pembantaian massal terhadap wanita dan anak-anak. Angkara durjana itu bertujuan mengusir bangsa Arab dari bumi Palestina dan membiarkan Yahudi menguasai sepenuhnya bumi Palestina.

Ancaman konspirasi jahat itu berjalan lancar. Apabila Inggeris mengisyaratkan penarikan diri dari jajahannya Palestina, maka golongan Yahudi di Tel Aviv terus mengupayakan pembentukan negara Israel. Beberapa menit saja setelah kesepakatan pembentukan negara Israel itu, Presiden Amerika Serikat, Troman memberikan pengakuannya kepada Negara Yahudi. Di Moscow, kerajaan pimpinan Stalin turut mengumumkan pengakuan yang sama atas Kerajaan Yahudi itu.

Begitulah hari-hari berlalu. Rencana konspirasi terus berjalan dari satu babak ke babak berikutnya dengan penuh keberhasilan sehingga meningkat kepada tercetusnya serangan trio, Inggeris-Perancis-Israel kepada Mesir, Peperangan Ramadhan, kunjungan Presiden Anwar Sadat ke Tel Aviv, Camp David dan kebogongan di Jerico.

Perjanjian Balfore dengan tegasnya menyatakan: Sesungguhnya Raja Britain (Inggris) melihat pembentukan Kerajaan Yahudi di Palestina dengan penuh simpati. Baginda Raja akan memberi perhatian penuh dan sokongan kepada pencapaian maksud ini. Inggris telah berjanji kepada Yahudi dan melaksanakan janji itu dengan melayani segala keinginan Israel, berawal dari pengakuan hingga kepada sokongan dan bantuan. Pada waktu yang sama Inggris menaburkan seribu janji palsu kepada bangsa Arab dan umat Islam serta memberikan jaminan dusta bagaikan fatamorgana. Mereka tertipu dan terus memberikan pengharapan kepada Inggeris dan Amerika Serikat.

Amerika Serikat sama seperti saudaranya, Inggeris, juga menaburkan janji-janji kosong yang menjanjikan kemusnahan, kehancuran, malah penyerahan dan penghapusan sepenuhnya etnik serta keturunan Arab di bumi Palestina, bumi Islam itu. Orang yang mengakui Kerajaan Israel dua, dalah orang yang sama merancang dan menyusun permainan politik kotor dengan berlindung di balik istilah proses perdamaian.

Apakah pelopor perdamaian (kononnya) ini belum sadar dari kesesatan mereka? Tidakkah mereka kembali kepada Al-Qur'an yang dengan jelas menyebut dan memberi peringatan kepada mereka?

"Demi sesungguhnya engkau mendapati manusia yang sangat memusuhi orang-orang yang beriman ialah orang Yahudi dan Musyrik". (Al-Madiah: 82)

"Dan apakah mereka akan terus dengan kesesatan mereka itu sehingga Allah menggantikan tempat mereka dengan satu kaum yang lain. Dan jika kamu berpaling, maka Allah akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain dari kamu dan kaum itu tidak seperti kamu". (Al-Fath: 38)
Jika ada pertanyaan, langsung kirim aja ke 0411-9303899 (esia) atau irmbf@yahoo.com



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP