Fundamentalis Kotor?
Dua kata fundamentalis dan kotor. Dua kata yang paradok. Dua kata ini dalam realitas kehidupan, sebenarnya tidak mungkin bisa bertemu satu dengan lainnya. Menjadi seorang fundamentalis, tetapi juga sekaligus menjadi seorang yang hidupnya kotor.
Fundamentalis yang dalam bahasa arabnya disebut “ushuliyun” adalah orang-orang yang memegang teguh ajaran agamanya (Islam) dengan komitmen yang utuh alias kaffah. Menjadikan inti ajaran Islam, tauhid rububiyah dan uluhiyah menjadi dasar prinsip hidupnya, menolak segala bentuk syirik yang akan menjerumuskannya ke dalam sikap yang “ambigu” (mendua).
Tidak mungkin menjadi seorang yang taat dalam Islam, sebagai mukmin, tetapi menikmati segala yang menjadi larangan Islam. Memakan makanan yang bersumber dari hal-hal yang haram, mubah, dan najis. Tidak mungkin menjadi seorang yang taat dalam Islam, sebagai mukmin, dalam kehidupannya sehari-hari toleran dengan kebathilan, kemungkaran, dan memolopori kesesatan dan kedurhakaan terhadap Allah Ta’ala. Tidak mungkin menjadi seorang yang taat dalam Islam, sebagai mukmin, lalu menjadikan orang-orang kafir, musyrik, dan munfik itu menjadi sahabatnya yang setia. Menyerahkan loyalitasnya, dan meminta perlindungan kepada musuh-musuh Allah, dan dengan ridha.
Tidak mungkin seorang yang taat dalam Islam, sebagai mukmin, tetapi hidupnya talbiz (bercampur) dengan kehidupan jahiliyah. Mengaku mukmin, tetapi dalam berpolitik dan bermualah lainnya, menggunakan standar Machiavelli, yang menghalalkan segara cara. Tidak ada lagi pembatas, segalanya menjadi boleh untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Tidak ada lagi yang membedakan antara mukmin dan kafir. Statusnya sebagai muslim dalam bermualah, menggunakan standar Machiavelli.
Orang-orang yang mengaku aktivis Islam, pergerakan Islam, dan da’i, tetapi dalam praktek muamalahnya, tidak mencerminkan sebagai seorang yang menggunakan standar nilai-nilai Islam, tetapi menggunakan standar jahiliyah, prinsip-prinsipnya Nicolo Machiavelli, yang menghalalkan segala cara.
Mungkinkah menginginkan tegaknya prinsip Islam dengan cara yang bathil? Mungkinkah membangun menara masjid, yang sumbernya uangnya dari hasill uang haram?
Di zaman orang yang sudah kehilangan idealisme dan komitmen terhadap agama (Islamn), kecenderungan orang menjadi sangat permisif, dan membolehkan apa saja, dan memanfaatkan apa saja dan siapa saja dalam rangka mencapai tujuan.
Kehidupan menjadi sangat pragmatis dan oportunistik. Segalanya menjadi tidak memiliki dasar dan landasan agama (Islam). Kemudian agama (Islam) dilogikakan sesuai dengan keinginannya. Agama menjadi alat bukan menjadi sebuah landasan dan yang menentukan.
Mereka mempunyai standar ganda di depan para pengikutnya mereka bisa berwajah “malaikat”, tetapi di tempat lain, ketika bermuamallah dengan orang luar, mereka bisa berwajah mirip “setan”. Inilah paradok-paradok yang sekarang ini berlangsung dalam kehidupan yang sangat menyesakkan, dan membuat masa depan menjadi buram.
Kehidupan yang ada sekarang yang serba pragmatis, tak ada lagi yang bisa mengatakan “tidak” terhadap yang dilarang oleh agama (Islam). Tak heran sekarang ini banyak orang yang mengaku “pemimpin” dan “tokoh” umat, yang sejatinya mereka tak lain, para Machiavellis sejati. Wallahu’alam.
Apabila ada pertanyaan, kritik, atau saran silakan hubungi di nomor 0411-9303899
Artikel Terkait:
- Jujur Melihat Sejarah Umat Islam
- Islam adalah agama untuk realitas
- Rapor Merah Ideologi Demokrasi
- Rahasia Membangun Piramida Firaun
- Penyakit Syubhat Dan Syahwat
- Inilah Macam-macam Cara Tak Menghormati Ibadah Jum’at
- قال الإمام أحمد بن حرب_رحمه الله_
- Ahmadiyah Dibela, Islam Dihujat!
- Menangis Hingga Kedua Matanya Buta
- Menjebak dan Memerangkap Umat Islam
- Ketika Kecantikan dan Harta Menjadi Tujuan Utama
- Buta Islam, Bagaimana Mengobatinya?
- Karena Niat Begitu Berarti …
- Allah Maha Kuasa untuk Mengadzab
- Saya orang indonesia atau orang Islam?
- Berdialog Dengan Teroris (Belajar Dari Pengalaman Arab Saudi Dalam Menumpas Terorisme)
- Kenapa Film yang Dianggap Islami Tidak Mengarah ke Islam?
- Pengertian Dosa Besar
- Tabot, Tabuik dan Nikah Mut’ah
- Serial Aurat Buku Syaikh Idahram-2 (bag. 2)
- Serial Aurat Buku Syaikh Idahram-2 (bag. 1)
- Pembodohan dan Penipuan Terhadap Umat Islam
- Pluralisme Agama, Gagasan Orang Dungu
- Suburnya Aliran Sesat di Indonesia
- Kyai-Kyai NU, dari Hal Membayangkan Zinai Artis Sampai Situs Porno
- Permainan Logika Bung Karno dan Islam yang Tak Dapat Dibendung
- Contoh Nyata Taqlid Buta di Kalangan NU dan PKB
- Waspada! Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” Mengusung Faham Rafidhah (Syi’ah Iran)
- Jawaban terhadap Prof. KH. Said Agil Siradj, M.A. (Ketua Umum PBNU)
0 komentar:
Posting Komentar