..::::::..

Meneladani Para Sahabat yang Dijamin Surga

Meneladani Para Sahabat yang Dijamin Surga

SUATU hari setelah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam selesai shalat subuh, beliau menghadap ke arah sahabatnya dan bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa hari ini?”

Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, saya tidak berniat puasa tadi malam, maka pagi ini saya berbuka.”

Abu Bakar berkata, “Tapi sempat berniat puasa tadi malam, sehingga pagi ini saya puasa.”

Rasulullah bertanya lagi, “Apakah ada di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?”

Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, kami belum keluar, bagaimana kami menjenguk orang sakit?”

Abu Bakar berkata, “Aku mendapat kabar bahwa saudaraku Abdurrahman bin Auf sakit, maka saya sempat mampir ke rumahnya untuk mengetahui keadaannya pagi ini.”

Rasulullah kembali bertanya, “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan fakir miskin?”

Umar menjawab, “Kami baru saja shalat wahai Rasulullah dan belum pergi kemana-mana.”

Abu Bakar berkata, “Saat saya hendak masuk masjid, ada pengemis yang sedang meminta-minta. Kebetulan ada sepotong roti di tangan Abdurrahman (Putra Abu Bakar), maka saya ambil dan saya serahkan pada pengemis tadi.”

Rasulullah lantas berkata, “Bergembiralah engkau (Abu Bakar) dengn jaminan surga.

Dialog ringan Rasulullah dengan para sahabat seperti di atas menggambarkan bahwa para sahabat biasa berlomba-loma dalam kebaikan. Ingin selalu menjadi yang terbaik dan pertama kali. Mereka tidak ingin hari-hari mereka diisi tanpa prestasi amal shalih. Lihat saja Abu Bakar dan Umar. Mereka saling berebut dalam kebajikan. Selalu ada ide dan selalu ingin paling awal. Itulah potret kehidupan para sahabat Nabi.

Karenanya, waja bila Rasulullah memberi kabar gembira kepada Abu Bakar dengan surga. Kabar yang tiada terkira bahagiannya. Dijamin masuk surga. Tempat yang diidam-idamkan seluruh manusia. Sayangnya, tak banyak yang mendapat jaminan itu. Setidaknya, selain Abu Bakar, ada sembilan lagi sahabat yang dijamin surga.

Mereka adalah Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’id bin Zaid, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.

Kesepuluh sahabat tersebut tentunya bukan sembarang orang. Mereka memiliki kemuliaan yang lebih dari yang lain. Perjuangan dan pembelaan mereka terhadap Islam tidak diragukan lagi. Harta bahkan jiwa dan raga mereka disumbangkan seluruhnya demi tegaknya Islam di bumi ini.

Abu Bakar, Umar bin Al Khathtab dan sahabat lainnya adalah sosok generasi terbaik di masa awal Islam. Ketika mereka ikut Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah (Yastrib), mereka adalah kalangan muhajirin yang terbaik. Di saat perang Badar, mereka juga tentara terbik. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka demi Islam.

Tidak hanya itu, empat dari mereka Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah khalifah pascafawatnya Rasulullah. Sedangkan yang lainnya adalah pemuka ahlu al hall wal ‘aqd, menteri kepercayaan khalifah, panglima perang, pelopor kemuliaan, dan pemimpim pembebasan wilayah.

Dari kesepuluh sahabat tersebut, ada hal menarik dari salah satu mereka, dialah Abu Bakar. Sahabat yang memiliki umar tak berbeda jauh dari Rasulullah ini mendapat gelar Ash Shiddiq (Orang yang selalu membenarkan). Gelar ini disematkan kepada lelaki berwajah tampan dan putih ini lantaran membenarkan setiap kali ucapan Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam.

Julukan itu semakin melekat kepadanya sesaat setelah Rasulullah melakukan Isra-Mi’raj. Kala itu, ia didatangi kelompok musyrik dan ditanya, “Apa pendapatmu tentang cerita teman-temanmu itu? Ia mengaku telah diperjalankan tadi malam ke Baitul Maqdis!”.

Abu Bakar balik bertanya, “Dia mengatakan itu?” Mereka serempak mengiyakan. Abu Bakar berkata, “Kalau begitu dia benar! Seandainya ia mengatakan lebih dari itu tentang kabar dari langit, saya pasti akan membenarkannya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Tidak hanya itu, Abu Bakar juga berkata, “Jika Nabi Shallahu Alaihi Wassalam berkata, maka ia benar”.

Buku setebal 964 halaman berisi penjelasan sosok kesepuluh sahabat yang dijamin surga tersebut. Dari nasab, bentuk fisik, jasa hingga amal shalih mereka dijelaskan secara gamblang dalam buku terjemahan dari bahasa Arab ini. Buku ini menarik untuk dibaca dan direnungkan isinya. Setelah itu meneladani kisah heroik mereka dalam membela Islam. Semoga di surga kelak kita bisa berjumpa dan berkumpul dengan mereka. Amin. Syaiful Anshor



Resensi Buku

Judul : 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga

Penulis : Abdus Sattar As-Syaikh

Cetakan pertama : April 2011

Penerbit : Darus Sunnah Press

Tebal : 964 Halaman



Rep: Syaiful Anshor
Red: Cholis Akbar

dipublikasikan ulang oleh hukmulislam.blogspot.com



Artikel Terkait:

0 komentar:

Flash

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP