Valentine’s Day Dilarang karena Merusak Aqidah dan Moral
Acara valentine’s day atau apa yang dianggap sebagai hari kasih sayang (padahal kasih sayang tidak mengenal hari tertentu) telah dilarang di Bukittinggi Sumatera Barat. Larangan serupa juga sudah ditetapkan di Brunei Darussalam dan lainnya. Berbagai sikap yang menolak bahkan mengharamkan acara valentine yang berasal dari bid’ahnya agama kekafiran dari Katolik itu telah lama dikemukakan oleh para ulama. Sehingga penolakan dari Ummat Islam pun bergejolak di sana-sini.
Anehnya, justru ada yang seakan mengail di air keruh. Untuk kepentingan mengenalkan partai atau istilahnya kampanye maka ikut nimbrung mengadakan semacam valentine’s day.
Dengan kenyataan itu berarti ada tarik menarik yang sebenarnya seru mengenai vakentine’s day. Ini tampaknya menambah sikap Ummat Islam yang menolak dan bahkan melarang acara valentine’s day makin tegas.
Momentum ini tampaknya sangat bagus apabila digunakan oleh yang berwewenang untuk mengintensipkan razia-razia kejahatan termasuk razia kejahatan moral atau kemesuman yang telah digalakkan akhir-akhir ini. Mungkin sekali hasil tangkapannya akan lebih banyak lagi. Namun kalau moment ini dilewatkan begitu saja, kemungkinan justru yang muncul adalah penangkap-penangkap yang tidak resmi, yang telah merasa gerah dengan melonjaknya jumlah aneka kejahatan termasuk kejahatan moral.
Bila itu terjadi maka akan timbul masalah baru lagi, yakni mempermasalahkan penangkap-penangkap tak resmi itu (yang sebenarnya kalau diadakan razia kejahatan sekitar hari valentine maka tak ada masalah). Sedang masalah yang harus dihadapi yakni makin banyaknya kejahatan (termasuk kejahatan moral) terlewatkan begitu saja di saat momentumnya sangat tepat untuk dirazia itu.
Bila sampai benar-benar hari valentine itu tidak ada razia kemesuman, maka para petugas itu ibarat pemain bukan pemain yang jeli. Hingga mainnya seperti kata pepatah: Yang diraih tiada dapat, yang dikandung berceceran. Mestinya menangkapi orang-orang yang berbuat mesum, mungkin malah menangkapi orang-orang yang kemungkinan beraksi akibat tidak tahan melihat makin beraninya dan tidak malu-malunya orang-orang berbuat mesum di mana-mana.
Gejala makin rusaknya moral di kalangan muda dan remaja sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana pula bila apa yang mereka sebut hari kasih sayang yang sudah berubah jadi seakan hari seks bebas itu dibiarkan. Oleh karena itu dapat kita fahami, tahun ini mulai ada larangan acara valentine’s day.
Inilah kenyataan berita-beritanya:
Di Bukittinggi, Valentine Day Dilarang
Rabu 13 Februari 2008
Pemko Bukittinggi mengambil langkah berani, menutup habis semua bentuk kegiatan Valentine Day (hari kasih sayang). Kebijaksaan itu diambil setelah melaksanakan musyawarah dengan Muspida. Hotel, restoran dan sejenis dilarang mengadakan acara yang bernuansa maksiat tersebut, dan mungkin ini satu-satunya di Indonesia Pemda melarang perayaan tersebut.
Walikota Bukittinggi, Drs. H. Djufri, didampingi Wakil Walikota, H. Ismet Amzis, SH., dan Sekda Drs. H. Khairul, menyampaikan hal itu dalam jumpa pers, Selasa (12/2). Jumpa pers itu juga dihadiri PHRI Bukittinggi, Kakan Kesbanglinmas, Kakan Sat Pol PP, Kakan Perhubungan, Kakan Pariwisata, Seni dan Budaya, dan Kabag Humas.
“Saya sangat banyak menerima pesan pendek lewat telepon selular saya. Yang intinya melarang adanya perayaan Valentine Day di Bukittinggi. Masukan dari masyarakat itu dimusyawarahkan dengan Muspida, dan ternyata Muspida sepakat di Bukittinggi tidak ada acara perayaannya,” tegas Walikota.
Selain banyaknya pesan pendek dari warga, seluruh wartawan yang bertugas di Bukittinggi, juga berharap yang sama. Warga tidak ingin di tanahnya ini ada acara yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Setelah dipelajari ternyata Valentine Day itu bukanlah budaya bangsa ini. “Ajaran agama yang kita anut, yakni Islam melarang acara seperti itu. Meski labelnya hari kasih sayang, toh bila sudah dilaksanakan tidak sesuai dengan aturan, maka dia jadi terlarang. Agama apapun di muka bumi ini tidak membolehkan penganutnya melakukan perbuatan maksiat,” katanya.
Dan, hari kasih sayang yang dirayakan 14 Februari itu, lebih bermuatan maksiat ketimbang kasih sayang. Bagi umat Islam, sesuai apa yang disampaikan lewat Alquran maksiat tersebut sangatlah terlarang. Sebagai realisasinya, selain tidak akan mengeluarkan izin bagi hotel dan restoran untuk acara tersebut, izin yang sudah terlanjur diberikan baik dalam pentas musik dan sejenisnya, akan dicabut. Perizinan yang tengah dalam proses dihentikan dan dibatalkan.
“Jangankan berbentuk acara, bentuk-bentuk propagandanya saja tidak boleh. Misalnya memasang spanduk, pamflet, stiker dan lainnya. Untuk itu SatPol PP Kota Bukittinggi siap mengawalnya. Pokoknya tidak ada Valentine Day,” Djufri sambil memerintahkan Kakan Pol PP untuk mengawal Bukittinggi Kamis malam lusa itu.
Walikota juga menghimbau seluruh warga kota , terutama keluarga yang mempunyai anak perempuan atau anak gadis, agar tidak membolehkan anak gadisnya keluar malam, kecuali dengan alasan penting. Karena selain Pemko dan jajarannya, warga sendiri juga berkewajiban membantu menertibkan kota ini.
Untuk lebih terpadunya pengawalan pada malam Kamis lusa itu, Pol PP bekerjasama dengan Polresta Bukittinggi, Kantor Perhubungan, Kantor Pariwisata dan Kantor Kesbanglinmas melakukan penjagaan di titik-titik rawan dalam kota , di hotel-hotel baik berbintang maupun hotel melati, rumah makan dan restoran serta tempat-tempat keramaian lainnya. Sementara itu, Edison , Sekretaris Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bukittinggi, menyebutkan secara pribadi menyambut baik langkah yang diambil Pemko tersebut. Namun, PHRI akan terus menyampaikannya kepada seluruh anggota PHRI Bukittinggi.
MUI dan LKAAM dukung
Sementara itu sejumlah elemen masyarakat, di antaranya Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bukittinggi, Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Bukittinggi, menyatakan mendukung langkah yang diambil Pemko Bukittinggi tersebut. DR. Zainuddin Tanjung, MA., Ketua MUI Bukittinggi, menilai Valentine Day dan acara menyambut tahun baru bertentangan dengan agama Islam. MUI bahkan sudah melakukan upaya antisipasi lebih awal, seperti turun ke seluruh sekolah pada 8 Februari dan memberikan ceramah agama tentang larangan merayakan hari kasih sayang itu. “Secara umum siswa menyambut baik himbauan yang disampaikan oleh MUI tersebut. Selain itu menerbit buletin sebanyak 18.000 eksemplar yang isinya himbauan kepada masyarakat terutama kaum muslimin dan muslimat agar tidak ikut-ikutan merayakannya,” tambah Zainuddin lagi.
Ketua LKAAM Bukittinggi, M. H. Dt. Pandak, mengajak seluruh tokoh-tokoh adat di Bukittinggi untuk mendukung komitmen Pemko dalam melarang kegiatan perayaan Valentine dan perayaan menyambut tahun baru Masehi. “Sebab dipandang dari segi mana pun, termasuk dari sisi adat kegiatan itu jelas tidak sesuai. Apalagi bila melihat falsafah alam Minangkabau yang berbunyi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Salah seorang tokoh masyarakat Kurai, Datuak Limbago Sati, peringatan tahun baru dan Valentine Day ini adalah usaha pihak luar yang hendak merusak akidah dan norma-norma yang berlaku di ranah Minangkabau ini.
Adanya langkah yang diambil Pemko yang melarang kegiatan tersebut, dihimbau kepada seluruh anak kemenakan agar mematuhi dan memakluminya. Ini adalah langkah yang berani, tepat dan terpuji di kalangan masyarakat. Salah seorang cendekiawan Bukittinggi, H. Sabir, SH., menyikapinya bahwa perbuatan yang mengarah pada maksiat, tidak hanya bertentangan dengan agama dan adat di Minangkabau ini, hukum positif pun mengatur tentang itu. Pasal 281 KUHP, mengancam dengan pidana penjara dua tahun delapan bulan, bagi barangsiapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan, dan barangsiapa dengan sengaja di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan kehendaknya melanggar kesusilaan. -K.01/202/203/432
Singgalang, Rabu 13 Februari 2008
Diposkan oleh Nasrul Azwar
Label: NEWS di Rabu, Februari 13, 2008 http://mantagisme.blogspot.com/2008/02/di-bukittinggi-valentine-day-dilarang.html
Pejabat ekskutif di Bukittinggi Sumatera Abarat berani melarang acara valentine, tetapi sebaliknya yang berkarsa agar berkuasa justru nimbrung bervalentine. Contohnya, berita berikut ini:
Di Depok
Jaring Pemilih Pemula, PKS Rayakan Valentine
Minggu, 8 Februari 2009 – 11:49 wib
Marieska Harya Virdhani – Okezone
DEPOK – Tampaknya tidak mudah menjaring pemilih pemula atau pemilih usia remaja untuk memberikan suaranya dalam pemilu mendatang.
Hal tersebut juga dirasakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS mengaku belum menemukan cara jitu untuk menggaet suara anak muda yang sangat potensial untuk memenangkan pemilu.
Tapi PKS tak kehabisan akal. Momen hari kasih sayang atau Hari Valentine pada 14 Februari mendatang diam-diam menjadi incaran PKS untuk mencuri perhatian anak muda, khususnya di wilayah Depok, Jawa Barat.
“Karena itu pada momen Valentine, PKS akan memanfaatkan untuk membagikan hadiah yang identik dengan Valentine seperti cokelat yang diselipkan stiker caleg, bunga yang ada lambang nomor 8. Setiap kader khusus mendatangi para remaja,” ujar Ketua DPD PKS Depok Mujtahid Rahman Yadi, Minggu (8/2/2009).
Dalam program Ketok Sejuta Pintu rumah yang diluncurkan PKS, para kader pun mengaku kesulitan untuk melakukan sosialisasi kepada anggota keluarga yang masih tergolong pemilih pemula.
“Yang paling susah memperkenalkan (PKS) ke anggota keluarga karena berbeda pilihannya. Apalagi mendekati pemilih pemula atau remaja, dan sampai sekarang kami belum menentukan formula untuk remaja,” pungkasnya.( lam).http://pemilu. okezone.com/ index.php/ ReadStory/ 2009/02/08/ 267/190574/ pks-rayakan- valentine- untuk-jaring- pemilih-pemula
Di Malaysia
Pasangan Islam dilarang sambutan Hari Valentine esok
Feb 13, 06 7:10pm
Pasangan umat Islam yang bercinta dilarang menyambut dan meraikan Hari Valentine atau Hari Kekasih kerana ia diharamkan oleh Islam, kata Timbalan Pengerusi Jawatankuasa Pembangunan Islam Hadhari Terengganu Muhammad Ramli Nuh. http://www.malaysiakini.com/news/46861
Di Brunei Darussalam
*Senin, 4 Februari 2002*
*Hari Valentine Dilarang di Brunei
Bandar Seri Begawan- Para pemimpin Islam di Brunei mengingatkan Muslim setempat agar tidak turut merayakan ”Hari Valentine” karena ini bukan kebiasaan Islam, dan sesuatu yang dapat ”menggerogoti nilai-nilai moral, melemahkan masyarakat dan menghancurkan Islam.” Dalam khotbah tertulis yang disampaikan di mesjid-mesjid pekan lalu ke kesultanan berpenduduk mayoritas Islam itu, para ulama setempat mengingatkan mengenai adanya upaya untuk melemahkan masyarakat dan menghancurkan Islam.
”Kita harus mengingat upaya-upaya oleh anasir-anasir tertentu untuk melemahkan umat dan menghancurkan Islam yang terus berlangsung tiada henti,” kata para ulama dalam khotbah yang dipersiapkan tersebut.
”Mereka akan mencoba semua sarana dan cara untuk melemahkan ummat, khususnya kaum muda dengan menanamkan kebudayaan negatif mereka ke dalam masyarakat kita seperti mempromosikan Hari Valentine,” kata mereka. Para ulama Brunei itu mengemukakan keutamaan akan cinta pada Allah dalam Islam. ”Oleh karena itu, lebih baik bagi kita memperkuat hubungan dengan Allah, Yang Mahakuasa, dan merayakan cinta kita akan Dia dengan berperilaku baik, yang pada akhirnya akan memperkuat cinta kita padasatu dengan yang lainnya, pada keluarga dan masyarakat kita secara umum.” (Ant) http://www.sinarharapan.co.id/berita/0202/04/lua06.html
Di Medan
Rilis Pers 13/02/08 09:47
Waspadai “Valentine Day” Karena Terkait Seks Bebas
Medan (ANTARA News) – Kalangan remaja, khususnya yang beragama Islam, harus mewaspadai fenomena “Valentine Day” yang sering dikonotasikan dengan melakukan perbuatan yang berkaitan dengan seks. Fenomena itu yang menyebabkan Valentine Day sering diharamkan para ulama di negeri ini, kata pengamat sosial, Drs. Ahmad Ramadhan, MA di Medan, Rabu, ketika ditanya mengenai Hari Valentine.
Menurut dia, perayaan Valentine Day adalah budaya Barat yang awalnya bertujuan baik karena bermaksud mengikat persaudaraan dan silaturahmi. Namun di negara Barat sendiri Valentine Day juga mengalami pergeseran nilai di kalangan remajanya, dengan mengindentikkannya sebagai ungkapan cinta kasih kepada pasangan yang sangat erat kaitannya dengan seks. Bahkan, katanya, remaja di Indonesia yang terlalu mengagungkan budaya Barat itu meniru fenomena tersebut tanpa mampu menyaringnya, sehingga negara kita dikenal sebagai “tukang tiru” budaya Barat.
Ia menjelaskan, fenomena Valentine Day yang dikaitkan dengan seks bukan hal tabu di negara Barat, karena budaya mereka tidak melarang hal seperti ini. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran dan norma agama. Dikatakannya, seharusnya Valentine Day dirayakan dengan wajar tanpa melanggar adat budaya dan norma agama. Hari kasih sayang itu boleh saja dirayakan dan tidak menyimpang dari aturan yang berlaku. “Namun jika dirayakan dengan ambisi “umbar syahwat”, maka Valentine Day haram hukumnya,” ujar Dosen Fakultas Syariah (Hukum Islam) IAIN Sumut tersebut. (*)(ANTARA News) http://www.pdmbontang.com/?pilih=lihat&id=1432
Di Sukabumi
HMI Minta MUI Sukabumi Larang Perayaan Valentine
Selasa, 12/02/2008 18:39 WIB
Kesadaran untuk membangun moral dan akhlaqul karimah akhirnya disadari oleh segelintir mahasiswa Jawa Barat, yang notabene dikenal selalu mengikuti trend gaya hidup. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukabumi, Jawa Barat, berunjuk rasa menuntut Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat untuk mengeluarkan fatwa yang melarang remaja setempat merayakan Hari Kasih Sayang (Valentine).
Di dalam orasinya di depan kantor MUI Kota Sukabumi mereka menyatakan, hari valentine sering disalahgunakan oleh para remaja sebagai ajang untuk “melegalkan” pergaulan bebas, seks bebas, maupun penggunaan narkoba.
Para Mahasiswa juga berunjuk rasa di depan kantor DPRD Kota Sukabumi, Koordinator aksi Ferry Gustaman menyebutkan, maraknya penyalahgunaan hari valentine telah merusak moral, karena selain dijadikan ajang untuk pesta narkoba, juga acapkali dijadikan momentum melakukan seks bebas yang riskan terhadap penyebaran HIV/AIDS.
“Oleh sebab itu, kami mendesak MUI untuk segera mengeluarkan fatwa larangan terhadap perayaan Hari Valentine, “tegasnya
Selain itu, kata dia, pihaknya juga meminta kepada pemerintah untuk segera mengeluarkan peraturan tentang larangan merayakan Valentine.
“Pemerintah harus mengawasi ketat tempat hiburan malam dan tempat penginapan pasalnya banyak kasus seks bebas dan penggunaan narkoba, ” tuturnya seraya mengimbau kepada para orangtua untuk mengawasi anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam budaya negatif.
Sementara itu, Anggota DPRD Kota Sukabumi Agus, menyebutkan, perayaan hari Valentine merupakan budaya yang dilarang oleh syariat Islam karena melakukan pergaulan bebas seperti seks dan penggunaan narkoba. “Valentine hanya sebagai kedok untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan agama Islam, “ujarnya.
Aksi untuk menegakkan syariah Islam itu sempat diwarnai kericuhan ketika mereka petugas keamanan MUI, menghampiri dan melarang pengunjukrasa menggunakan megaphone.
Tindakan petugas keamanan MUI dilakukan dengan alasan suara keras megaphone telah mengganggu para pengurus MUI Kota Sukabumi yang tengah melakukan Rapat Kerja Daerah (Rakerda). Aksi dorong-mendorong pun terjadi, namun tidak sampai terjadi tindakan kekerasan fisik. Para pengunjukrasa akhirnya membubarkan diri dan langsung menuju kantor DPRD Kota Sukabumi menyampaikan aspirasinya. (novel/ant) http://www.eramuslim.com/berita/nasional/hmi-minta-mui-sukabumi-larang-perayaan-valentine.htm
Di Bandung
Menentang Penjajahan Budaya
Rabu, 14 Februari 07 – oleh : Wisnu Sudibjo
PERNYATAAN SIKAP
Berkenaan dengan tanggal 14 Februari yang biasa dirayakan oleh masyarakat khususnya kalangan muda sebagai hari valentine maka dengan ini Gema Pembebasan Jawa Barat menyatakan sikapnya :
1. Menolak segala hal yang berupa kebudayaan barat sekuler karena tidak sesuai dengan nilai – nilai ideology Islam yang tentu saja tidak sekuler ( tidak memisahkan kehidupan dari agama ). Termasuk juga menolak keras SIPILIS yaitu Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme
2. Menolak segala hal yang merupakan representasi dari penjajahan budaya di negeri ini seperti seks bebas, mode bebas, kebebasan tingkah laku, kebebasan berbicara tanpa batas, kebebasan siaran televisi, acara – acara televisi yang hedon, kebebasan media yang tanpa aturan seperti pelegalan majalah Playboy, serta berbagai macam bentuk penjajahan budaya dalam bidang – bidang yang lain seperti pendidikan sekuler tanpa nilai agama, lokalisasi pelacuran dll
3. Mendorong pemerintah khususnya dan masyarakat umumnya untuk menghentikan berbagai macam kemaksiatan ini dan kembali bertaubat kepada Alloh Swt karena bisa jadi berbagai macam bencana yang terjadi merupakan azab dariNya sebagaimana azab kepada kaum – kaum bejat nabi Luth dan kaum – kaum yang bermaksiat lainnya
4. Menolak ideology kapitalisme sekuleristik beserta turunannya yang merupakan akar dari semua tumbuhan penjajahan budaya ini.
5. Menerima bahkan mengharuskan kita untuk mempelajari segala sesuatu yang merupakan ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi. Karena ilmu dan teknologi ini merupakan sesuatu yang dibolehkan bahkan sangat dianjurkan oleh Islam untuk meraihnya. Maka kami mengatakan teknologi Yes, budaya sekuler No.
6. Menyerukan kepada masyarakat untuk segera menegakkan Islam dengan khilafahnya, karena hanya itulah institusi yang dapat membentengi kita dari serangan budaya sekuler kapitalistik.
Bandung, 14 Februari 2007
Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Pembebasan Jawa Barat
Wisnu Sudibjo http://www.gemapembebasan.or.id/?pilih=lihat&id=311
Kasih sayang tak kenal hari
14 Februari 2008
Ketua I DPP FPI, Ust. Shobri Lubis, menginstruksikan seluruh laskar FPI di seluruh Indonesia untuk melakukan pemantauan selama perayaan valentine, bila ada tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam. Menurut Ust. Shobri, perayaan valentine sekarang sudah terlewat batas, padahal dalam Islam kasih sayang tidak mengenal hari, tapi setiap hari. FPI mengimbau, agar seluruh umat Islam tidak merayakan hari valentine. Menurutnya, perayaan valentine tidak sesuai dengan ajaran Islam, budaya valentine adalah budaya barat yang bersumber dari ajaran agama di luar Islam. http://www.fpi.or.id/artikel.asp?oy=aks-26
Untuk mengetahui apa itu valentine’s Day dan sejarahnya serta hukum haramnya bagi Ummat Islam mengikutinya, kami kemukakan tulisan berikut ini:
Hukum Merayakan Hari Valentine
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya,
“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Valentine’s Day adalah salah satu contoh hari besar di luar Islam yang pada hari itu sebagian kaum muslimin ikut memperingatinya, terutama kalangan ramaja dan pemuda. Padahal Valentine -menurut salah satu versi sebuah ensiklopedi- adalah nama pendeta St. Valentine yang dihukum mati karena menentang Kaisar Claudius II yang merlarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu kiranya perlu dijelaskan kepada kaum muslimin mengenai hukum merayakan hari Valentine atau yang sering disebut sebagai hari kasih sayang.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, “Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata?ala. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata?ala dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah subhanahu wata?ala.”
Abu Waqid meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan berikut:
Pertama; ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai mereka-. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata?ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya telah membaca ayat,artinya,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-Fatihah:6-7)
Bagaimana mungkin ia memohon kepada Allah subhanahu wata?ala agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri justru menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah subhanahu wata?ala telah berfirman, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (al-Maidah:51)
Di dalam ayat lainnya, artinya,
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku!! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadits qudsi, Allah subhanahu wata?ala berfirman yang artinya,
“Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku.” (HR. Ahmad).(fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
· Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
· Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti meminum minuman keras dan sebagainya.
· Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.
· Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam memperingati hari Valentin’s tersebut.
Sumber: Ada Apa dengan Valentine’s Day Al-Sofwa, dengan penambahan. (Kholif) (Artikel Buletin An-Nur , Jumat, 04 Februari 05, alsofwah.or.id)
Ketika para ulama telah memfatwakan haramnya ikut acara valentine’s day, sedang pejabat di Indonesia juga sudah ada yang melarangnya untuk wilayah yang dipimpinnya, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa yang selamat adalah yang tidak ikut acara yang merusak aqidah dan akhlaq itu. Semoga Allah memberi kekuatan bagi Ummat Islam untuk menghindarinya. Amien, ya Rabbal ‘alamien. (haji).
0 komentar:
Posting Komentar